Out of The Blue

ENAM BELAS

Di markas bahwa tanah milik Juna lah James menghabiskan waktu selama dua hari ini. Karena dirinya sudah berjanji untuk memberikan waktu bagi Sana untuk memikirkan tawaran nya. James sengaja tidak menemui ataupun menampakkan diri di depan Sana. Tentu saja agar gadis itu bisa berpikir tenang. Bagaimanapun James tau bahwa kehadirannya sedikit banyak berpengaruh pada Sana.

Meski demikian, James tetap mengawasi aktivitas Sana di luar unit apartementnya melalui pantauan kamera CCTV. Karena memang keamanan gadis itu adalah salah satu prioritas James saat ini.

“Dugaanmu benar, James.” Pak No yang duduk di salah kursi depan James, menunjukkan beberapa foto di layar tablet nya. “Selain cerita yang aku dapat dari satpam klinik, setelah aku berhasil membuatnya menjadi pelanggan tetap nasi gorengku. Aku juga berhasil memasukkan Leon ke klinik itu sebagai cleaning servis. Juga dengan sedikit bantuan satpam itu. Leon lah yang mendapatkan foto-foto ini. Selain itu, Leon juga masih berusaha untuk menghack sistem cctv mereka.”

Mata James mengamati foto dari setiap ruang klinik tempat dokter Edi melakukan operasi transplatasi organ itu. Foto yang diambil pemuda yang pernah membantu James menjinakkan bom itu, menunjukkan point penting yang diinginkan James. Leon, mantan snipper dan anggota gangster Lingga yang juga anak didik Pak No itu berhasil melakukan pekerjaannya dengan baik.

Leon tidak hanya memfoto setiap ruangan yang memiliki fasilitas lengkap. Fasilitas yang tidak kalah dengan rumah sakit swasta terkenal. Tapi Leon juga mengirimkan foto berbagai peralatan canggig yang dimiliki klinik itu. Sehingga James pun semakin yakin dengan kesimpulannya. Klinik itu bukan klinik biasa.

Dokter Edi memang melakukan operasi untuk customer nya di klinik itu. Tentu saja dengan fasilitas dan peralatan operasi lengkap. Ditambah ruang yang juga di design tepat seperti ruang operasi rumah sakit berbiaya tinggi. Dokter Edi bisa dengan mudah melakukan operasi transplatasi organ di klinik itu. Setelahnya, para customernya bisa dengan nyaman memulihkan diri di kamar-kamar inap dengan fasilitas yang tidak kalah dari hotel bintang empat.

“Anwar, satpam klinik itu, juga menginfokan padaku bahwa pada malam-malam tertentu beberapa dokter dan perawat akan lembur sampai pagi.” Tambah Pak No. “Anwar bahkan menawarkan akan mengirimkan pesan padaku saat mereka lembur. Agar aku bisa berjualan disana, sehingga mereka bisa merasakan nasi goreng buatanku.”

Seringai James terkembang karena dapat menebak kemana arah pembicaraan Pak No. “Itu berarti secara tidak langsung, satpam itu akan mengirimkan jadwal operasi transplantasi yang dilakukan dokter Edi di klinik itu.”

Pak No terkekeh. “Begitulah. Meski kata sebagian orang itu adalah konsep kuno. Tapi konsep mengenai mencuri hati pria melalui perutnya masih berlaku. Karena itulah aku selalu meningkatkan skill mengolah nasi dan mie gorengku di setiap penyamaranku sebagai pedagang nasi goreng keliling. Makanan enak dan obrolan santai akan  membuat orang lebih mudah percaya pada kita. Dengan begitu, informasi yang kita inginkan pun dapat dengan mudah kita dapatkan.”

Itu adalah nasihat tidak langsung dari seorang mantan anggota BIN yang berhasil menyusup ke dalam gangster bernama Lingga selama bertahun-tahun tanpa pernah ketahuan. Bahkan pria itu sampai dianggap veteran Lingga yang berbakat oleh pimpinan Lingga itu sendiri.

Jadi tidak heran kalau Juna begitu mengandalkan pria tua ini. Karena memang kemampuan dan pengalaman Pak No sangat berharga. Terlebih saat Juna memerlukan berbagai informasi dari orang dalam. Informasi yang membutuhkan penggalian lebih mendalam seperti yang dibutuhkan James saat ini.

“James.”

Panggilan itu membuat James mengalihkan pandangannya dari foto-foto yang sedang diamatinya. James pun segera menoleh kearah suara Juna berasal. Dan menemukan sahabatnya itu berjalan dari lift di lounge ruang bawah kearah meja mereka. Di sampingnya ada pria bermata hazel yang secara fisik jelas terlihat bukan orang asli Indonesia.