iii. bad day, good day

4.6K 579 80
                                    

"Aku kenyang sekali," gumam (name) memegangi perutnya yang terisi penuh oleh onigiri.

Malam itu, Kita dan (name) baru selesai menyantap onigiri di kedai Osamu. Kita sengaja membawa istrinya itu keluar sesekali. Jalan-jalan malam menikmati hiruk pikuk kota.

"Kau makan tiga porsi sekaligus."

"Hehe, habisnya sudah lama aku tak makan onigiri."

Kita melirik (name) di sampingnya. "Kalau kau mau aku bisa membuatnya kapanpun."

"Tidak tidak, makan onigiri Osamu sudah cukup kok."

Kita malah menatap datar istrinya. "Maksudmu kau tak mau makan onigiri buatanku?"

(name) tersentak. "Tidak! Bukan begitu, maksudku-"

Kita malah tertawa renyah. Ia menautkan jarinya pada (name). "Iya, aku paham. Ayo."

(name) malah melepas tautannya sepihak, membuat Kita bingung. "Kenapa-?"

Belum selesai Kita bertanya, (name) langsung memeluk lengan suaminya. "Bagini lebih baik."

Seutas senyum terukir di wajah Kita.Tanpa sadar pipinya sedikit bersemu melihat senyum manis sang istri.

"Terserahmu saja."

Keduanya kembali menelusuri ramainya kota. Dengan tangan (name) yang senantiasa melingkar pada lengan Kita, serta diselingi dengan obrolan ringan. Sikap manis yang hanya Kita tunjukkan pada (name) menambah kesan romantis untuk keduanya. Membuat siapa saja yang melihat keduanya merasa iri, terutama mereka yang belum mempunyai pasangan.

"Lihat, apa ada festival di sana?" (name) menunjuk keramaian di sebrang sana.

"Entahlah. Mau melihatnya?"

Tentu tawaran Kita langsung disanggupi sang istri. Keduanya lantas menuju tempat yang dimaksud.

Dan ternyata dugaan (name) benar. Sedang ada festival di sini. Melihat kios-kios yang menjajakan berbagai macam makanan membuat (name) berbinar.

"Benar ternyata ada festival!" ucapnya girang. "Ne, ne, ayo kita berkeliling. Bolehkan?" (name) memasang wajah memelas.

Kita tersenyum tipis melihat tingkah menggemaskan sang istri.

"Apapun untukmu."

(name) langsung menggandeng tangan Kita. Keduanya menikmati festival. Awalnya mereka hanya melihat-lihat, tapi semakin lama (name) tergoda oleh beberapa jajanan yang dijual. Alhasil Kita menuruti permintaan sang istri. Benar, membelikannya macam-macam makanan.

"Bukankah tadi kau bilang sudah kenyang?"

(name) menjilati es krim coklat yang dibelikan suaminya. "Tadi itu berbeda dengan sekarang," jawabnya polos.

"Baiklah, tapi ini yang terakhir. Kau sudah makan terlalu banyak, bagaimana jika perutmu sakit?"

"Eeh! Tapi aku hanya makan empat macam makanan," protes sang istri.

"(name), empat itu terlalu banyak."

"Hanya takoyaki, okonomiyaki, taiyaki, dan yakis-"

Kita dengan cepat memotong kalimat (name). "Tidak. Ini yang terakhir."

Bila Kita sudah bersabda mana mungkin (name) membantahnya.

(name) memanyunkan bibirnya. "Hai' hai'." wanita itu pasrah.

Jadilah (name) menghabiskan makanan terakhirnya, es krim. Sedangkan Kita berusaha memasang wajah datar, padahal batinnya berkecamuk melihat ekspresi menggemaskan (name).

Perfect Husband: K. ShinsukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang