18 : nyaman

2.3K 360 20
                                    

Vote dulu baru baca❤

Jangan sider mulu:(

Happy reading
✍✍

"Kulit perut kamu lebih tipis, makanya setiap luka pasti bakalan lama sembuhnya. Terus, luka di kepala kamu itu kenapa?"

"Em ... kebentur, iya, kebentur kayaknya," jawab Dewa nyengir sambil menggaruk bagian kepalanya yang ditanyakan Dokter Revan.

"Jahitannya agak banyak walaupun kecil-kecil, kebentur sama apa?" tanya Dokter Revan lagi.

"Gak tau, kan Dewa masih kecil waktu itu. Jadi, gak ingat," jawab Dewa lagi memamerkan gigi gingsulnya.

Dokter Revan tertawa pelan mendengarnya, tangannya bergerak mengusak gemas surai Dewa. Anak ini menggemaskan, sungguh, lelahnya hilang sekarang.

"Udah malam juga, nih, kamu pulang sama siapa?"

"Sendiri, tadi Dewa bilang sama tiga abang mau jengukin temen. Jadi gakpapa kalau pulang telat dikit."

"Mau sekalian dokter anterin?"

"Eh, jangan. Gak usah, Dewa bisa pulang sendiri, kok!"

"Bareng aja, yuk! Ikut atau dokter bilang sama tiga abang kamu kalau kamu diam-diam nemuin dokter di rumah sakit, gimana?!"

Dewa mendengus, dokter ini mengancamnya. Dewa mengangguk pelan, dari pada dilaporkan pada tiga abangnya lebih baik Dewa nurut. Demi kesejahteraan bersama.

"Anak pinter," ucap Dokter Revan mengusap surai Dewa yang malah membuat anak itu tersenyum manis.

Keduanya keluar dari ruangan dokter Revan. Menuju parkiran dan menaiki mobil lalu keluar dari area rumah sakit.

Dewa duduk di depan bersama Revan, anak itu tampak begitu bahagia. Revan juga tidak berhenti tersenyum bahkan sesekali tertawa pelan saat Dewa membuat lelucon.

Mobil berhenti di sebuah warung makan di pinggir jalan. Dewa mengernyit saat Dokter Revan keluar dan mengajaknya turun juga.

"Kenapa turun? Gak jadi anterin Dewa pulang?" tanya Dewa bingung.

"Makan dulu, kamu pasti laper, kan? Dari tadi ngoceh terus," kekeh Revan membuat Dewa mengangguk malu.

"Yuk, kita duduk di sana," ajak Revan menggenggam tangan Dewa membuat anak itu tidak dapat menyembunyikan senyum lebarnya.

"Nasi goreng spesialnya dua, sama teh manis juga dua, ya, Bang!"

Dewa duduk berhadapan dengan Revan, anak itu menatap sekitar. Lumayan ramai, ada anak tongkrongan, pacaran, keluarga, dan ... dirinya bersama Revan. Dewa tersenyum tipis membuat Revan memanggilnya.

"Liatin apa?"

"Enggak, hehe ..."

"Mirip banget sama bapaknya, bahagia terus ya kalian," ujar tukang jualan nasi goreng itu dengan santainya saat meletakkan pesanan Revan dan Dewa.

Dewa menatap Revan, sejenak kedua netra mereka bertubrukan. Tetapi, buru-buru Dewa mengalihkan dan mulai memakan nasi gorengnya.
Revan tersenyum, mengusap surai Dewa lalu menatap tukang jualan itu.

DEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang