14 : sadar

2.6K 388 23
                                    

Pencet ⭐ dulu ya sayangku semuanya:)

Komen juga biar aku semangat update-nya.

Happy reading
✍✍

"Dewa tidur?" tanya Bima yang menunggu di luar kamar rawat Andri.

Riki mengangguk pelan, membiarkan Bima mengambil alih Dewa dari gendongannya. Membawa anak itu masuk ke dalam diikuti Riki di belakangnya.

"Abang ..." lirih Riki saat melihat Andri yang tersenyum ke arahnya. Dengan cepat Riki mendekat, memeluk abangnya itu dan menangis. Kira juga ada di sana, menjaga kekasihnya setiap saat.

Jam sudah menunjukkan pukul 00.34. Pantas saja Dewa begitu terlelap, anak itu kelelahan dan kurang enak badan.
Riki melepas pelukannya pada Andri, wajah abangnya itu masih pucat dan begitu lemas. Andri berusaha duduk meski rasa sakit itu menjalar ke seleruh badannya. Kira dan Riki dengan sigap membantunya.

"Bawa Dewa ke sini, tidurin di samping abang aja," kata Andri menepuk bagian  di sampingnya yang masih luas.

Bima mengangguk, menidurkan Dewa dengan hati-hati. Anak itu melenguh, meringis pelan memegangi perutnya lalu kembali terlelap di samping Andri.
Tiba-tiba, Dewa menggenggam jari telunjuk abangnya itu membuat Andri menahan tangisnya. Riki dan Bima yang melihat itu tersenyum haru. Kira yang mengerti hanya bisa mengusap bahu kekasihnya dengan lembut.

"Abang kangen banget sama Dewa," lirih Andri menitikkan air matanya.

Kalian ingat, kan? Saat pertama kali Andri menemukan Dewa. Anak itu menggenggam jari telunjuknya. Hingga sekarang menjadi sebuah kebiasaan bagi Dewa sebelum anak itu tertidur. Jika biasanya akan terus merengek, malam ini anak itu baik hati. Tidak menyusahkan Riki yang menjaganya saat di rumah tadi. Meski tidurnya sempat beberapa kali terusik.

Dari awal, Dewa sudah menjadi kebahagian mereka. Kekuatan ketiganya hingga bisa bertahan sampai detik ini. Memiliki segalanya dan usaha yang sukses. Semua mereka lakukan hanya demi Dewa. Demi seorang bayi yang mereka temukan di tong sampah 15 tahun lalu dan sekarang menjadi sumber kebahagiaan bagi mereka bertiga. Malaikat kecil yang menolong mereka dari kamatian bodoh yang mereka ciptakan sendiri.

"Kenapa Dewa bisa demam?" tanya Andri tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah Dewa.

"Kecapean, bekas gigitan semut di perutnya juga memerah lagi. Tapi, udah aku kasih salap, kok, kamu tenang aja," jawab Kira tersenyum manis.

Andri sudah sadar setengah jam yang lalu, kondisinya sempat menurun hingga membuat Bima dan Kira panik. Tetapi, syukurnya Andri berangsur membaik saat nama Dewa tidak sengaja Bima sebutkan. Seperti sebuah keajaiban, Andri tersadar dan itu membuat Kira dan Bima mengucap syukur berulang kali.

Tangan Andri langsung meraba perut Dewa, menarik baju anak itu sampai dada hingga memperlihatkan perut putih Dewa yang dipenuhi bekas dan luka baru.

"Kenapa makin parah? Pasti perih banget." Andri mengusap pelan perut adiknya membuat Dewa kembali meringis.

"Merah banget, pakein obat lagi. Kira ambilin obat lagi, kasian Dewa."

Kira mengangguk, menelfon seseorang agar membawakan obat yang Kira butuhkan ke kamar rawat Andri. Riki mengipasi perut Dewa dengan kipas kecil milik Kira. Sedangkan Bima melepaskan jaket yang melekat di badan adiknya.

DEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang