Sinar mentari yang menembus melalui celah jendela membuat sosok yang terbaring lemah disana mengerjap pelan.
Rasa sakit yang masih bersarang di kepalanya membuat Sakura mendesis pelan, tangannya terulur memijit kepalanya yang terasa berat.
Dan semua pergerakannya tak luput dari perhatian sang suami. Pangeran muda itu masih diam tak berniat membuka suara, sepertinya pria itu masih memikirkan kata yang tepat untuk menjelaskan semuanya.
Sakura kembali memejamkan matanya tak menyadari kehadiran sang suami.
Wanita itu masih belum sadar akan kejadian yang menimpanya semalam hingga tak lama kemudian rasa sakit yang menyerang sekujur tubuhnya membuat wanita itu kembali membuka matanya. Bayangan kejadian semalam yang menimpanya ditambah dengan sesuatu yang dapat ia rasakan mengalir dari pangkal pahanya membuat ia segera bangkit sembari menyentuh perutnya yang terasa sangat nyeri.
"Kau baik-baik saja?" Sasuke bertanya dengan pelan, ia membantu istrinya duduk bersandar di kepala ranjang.
Maniknya menatap sendu, merasa tidak tega jika harus memberi tahu kebenarannya sekarang.
"Dimana Ino?" tanpa menjawab wanita itu segera bertanya dengan nada bergetar.
"Aku bertanya dimana Ino!?!" teriaknya, air mata mulai mengalir saat mengingat Ino yang semalam terlihat begitu mengenaskan.
"Panggil Ino sekarang, aku ingin menemuinya. Ino!!" teriakan Sakura menggema hingga keluar kamar, wanita itu meremas rambutnya kala bayangan Ino yang terluka terus menghantui pikirannya.
"Sakura tenanglah." Sasuke berusaha meraih istrinya, tapi wanita itu menolak dan menepis kasar tangannya.
Sasuke menatap iba keadaan istrinya, dirinya seakan bercermin melihat kejadian tujuh belas tahun yang lalu. "Tidak, aku ingin bertemu dengan Ino, panggil Ino kemari."
Sakura berusaha bangkit, wanita itu bersikeras menemui Ino meski pada akhirnya ia terjatuh saat kakinya menginjak lantai. Sasuke berusaha menolong, membantu wanitanya untuk berdiri dengan bantuan tubuhnya untuk menopang berat badan.
"Aku ingin bertemu dengan Ino, panggil kan dia Sasuke-kun."
Sasuke menggelengkan kepalanya pelan dengan tatapan sendu. "Kau tidak bisa menemuinya Sakura, beristirahatlah," ucapan yang keluar secara spontan dari mulutnya membuat air mata Sakura semakin mengalir, wanita itu melepas genggaman suaminya dan berlari keluar kamar tanpa mempedulikan penampilannya yang masih mengenakan gaun tidur dengan rambut tergerai, ia juga berlari tanpa mengenakan alas kaki.Sasuke mengejarnya dengan sedikit tergesa, beberapa pelayan dan pengawal yang berjaga di Paviliun utama pun memandang keduanya dengan bingung.
'Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika terjadi sesuatu pada Ino,' batinnya sambil terus berlari tanpa menghiraukan teriakan Sasuke yang masih mengejarnya.
Karena terlalu fokus berlari Sakura tidak menyadari keberadaan undakan tangga dan membuatnya terjatuh. 'aku mohon Kami-sama, jangan ambil apapun lagi dariku.'
Sakura bangkit dan kembali berlari, tujuan utamanya sekarang adalah Paviliun selatan dan wanita itu sangat berharap gadis yang ia cari dalam keadaan baik-baik saja. Namun langkah kakinya terhenti saat melihat kerumunan orang berpakaian serba hitam di aula kediamannya.Wanita itu melangkahkan kakinya pelan saat mencium aroma dupa khas dari dalam aula. Semua orang yang ada didalam sana menunduk hormat melihat kehadiran Sakura termasuk kedua Jenderal suaminya dan dua gadis yang tadinya tengah menangis dihadapan sebuah peti mati.
Ia berjalan mendekati peti dengan tatapan kosong, dunianya terasa hancur saat mendapati lukisan wajah Ino terpasang di dinding belakang peti.
Air mata meluncur dengan bebas saat ia sampai di depan peti mati, dapat ia lihat wajah pucat Ino yang mengulas sedikit senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bond Of Love
FanfictionTerkadang cinta tak harus selalu bersama, adakalanya perpisahan justru membuat ikatan cinta semakin kuat.