Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
***
Cahaya matahari mulai memasuki celah-celah jendela sampai menyilaukan mata Diva, di kala Diva terbangun dari alam mimpinya ia membayangkan kejadian kemarin membuat Diva bergidik, dia harap semua yang dialami hanyalah mimpi semata. Tubuhnya merasa remuk sebab ia tidur dilantai, ketika ia mengelus perutnya ternyata harapannya sia-sia. Semua ini nyata dan bukan halusinasi.
Ia memaksakan diri untuk bangkit lalu mencari orang memohon pertolongan. Belum sempat Diva keluar dari ruangan itu, ia mendengar percakapan seorang pria. Kemudian ia bersembunyi dibalik pintu diam-diam mengamati dengan cermat.
"Hari ini harus berhasil. Karena dia, kita kehilangan beberapa wanita."
"Baik tuan."
"Apa yang mereka bicarakan?" Diva mulai membatin.
Brak...
Tiba-tiba saja pintu didobrak dari luar, membuat tubuh Diva terdorong dan jatuh menyamping. Dua orang pria berdiri di ambang pintu sembari menatap Diva penuh kebencian.
Sebisa mungkin Diva tidak menunjukkan rasa nyeri di bagian perutnya, entah kenapa rasanya keras bagaikan batu.
"Shhh... sial, makhluk apa didalam perutku. Mengapa sakit sekali akh.." beo Diva seraya memegang perutnya.
"kau berani sekali menguping pembicaraan kami," ucap pria yang tidak pakai jubah hitam.
Diva membalikkan badannya dan melihat pria itu lagi, pria berasap hitam pikirnya. Namun orang yang berada disampingnya hanya diam bahkan semua wajah dan telapak tangan tertutup sepenuhnya.
"Apa yang kalian lakuin sama gue hah?!" Tanya Diva langsung to the point.
Tanpa sadar pria berwajah tampan itu mengepalkan kedua tangannya, menahan emosi. Lalu dia memberi kode pada satunya hanya dengan lirikan dan lepas itu pria sipemakai jubah hitam berbalik badan meninggalkan mereka berdua.
Mengetahui tidak ada orang lagi, pria itu mendekat dan ikut berjongkok menyamakan tinggi Diva. Lalu tangannya menekan perut besar Diva.
"Aku akan menghukummu," ucapnya.
Sesudah itu Diva merasakan sakit yang amat parah,"Ahh Sakit," seraya menjauhkan tangan itu dari perutnya.
Rasanya seperti berputar-putar didalam perut Diva, ia ingin mengejan.
"Huh hah akhhh..." Diva tidak bisa berpikir lagi, yang dia inginkan hanyalah menghilangkan sakit itu.
"Sebenarnya huh si-siapa lo?" Diva masih mengontrol nafasnya.
Tak ada jawaban, hening. Lambat laun Diva merasakan bercak darah merembas diselakangannya, wajahnya semakin pucat pasi dan pandangannya memudar.
"Apa aku terlalu berlebihan dengan manusia ini?" Pria itu mulai bermonolog.
Dengan santainya ia mengendikkan bahunya, tidak peduli. Ia segera meninggalkan Diva.
Baru saja keluar dari ruangan Diva, ia dihampiri seorang wanita dengan pakain putih penuh darah.
"Tuan Dika, anda dipanggil tuan besar," ucapnya seraya menundukkan kepala tanda hormat.
"Apakah aku harus datang dengan hantu kepala itu?" Tanya Dika.
Wanita tadi hanya menjawab dengan anggukan kepala.
"Baiklah," jawab Dika.
***
Hantu penanggal itu selalu berubah-ubah bentuknya, pada siang hari ia akan menjadi manusia namun berpakaian jubah hitam dan disetiap malam dia akan berubah menjadi wujud aslinya lalu melaksanakan ritualnya. Maka dari itu sebelum malam, hantu itu akan menjadi budak Dika si manusia asap. Tetapi jika di malam hari tugas Dika hanya mengantarkan tumbal pada hantu penanggal.
"Kamu berani sekali Dika, menyiksa wanita itu. Hukumanmu padanya sangat beresiko, jika bayinya mati maka dia tidak akan mendapat jatah malam ini," tangannya menunjuk pada orang yang disamping Dika.
"Dan hal tersebut beresiko juga pada usaha saya di kota," lanjut Tuan besar, salah satu tujuannya memang menjadikan ia seorang kaya raya dengan cara simple dan cepat. Ia memilih jalan hantu penanggal.
"Maafkan saya," ucap Dika.
"Secepatnya kau obati dia!" Suruh tuan besar.
Keduanya menganggukkkan kepala dan pamit pergi untuk kembali datang ke hadapan Diva, disana Diva masih tidak sadarkan diri.
"Dasar lemah," dengan sigap ia membopong tubuh Diva dan membawanya ke tempat lebih layak.
Dika membaringkan tubuh Diva ke ranjang, lalu secara perlahan ia mengusap perut besar Diva sembari membaca beberapa kalimat mungkin disebut mantra. Seketika Diva memegang tangan Dika, matanya masih tertutup namun ia menitikan air mata.
"Mama," lirih Diva.
Dika menatap Diva sejenak, membiarkan tangannya digenggam.
"Di-Dina Ma... Dina," kata Diva sambil terisak.
"Sepertinya dia bermimpi, apakah aku harus merusak mimpinya juga," sudut bibirnya membentuk seulas senyum.
Tangan Diva melemas dan jatuh kesamping, tubuhnya menjadi dingin membuat Dika khawatir. Ia menepuk-nepuk pipi Diva agar sadar dan hasilnya nihil, malahan Diva terbatuk-batuk sampai mengeluarkan darah dari mulutnya.
"Gawat, tubuhnya tidak mendukung. Jika dibiarkan dia akan mati" kata Dika.
Bersambung...
Semoga kalian suka ya sama ceritanya, btw maaf nih updatenya lama...
Tunggu chapter beikutnya
Jangan lupa bintang sama komennya ya 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
TIDAK !!
Horror17+ liburan sekolah yang bertujuan untuk bersenang-senang seketika berubah menjadi petaka karena Diva terjebak di hutan untuk menolong sang kembaran, Dina. Dan Diva dipaksa untuk mejadi pelayan para siluman.. bahkan menjadi alat penghasil anak untuk...