Setelah melewati dua pemberhentian bus dengan sedikit berlari Seokjin menuju pintu rumahnya, sebuah petak kamar yang ia sewa bersama adiknya, yang berumur 7tahun. Seokjin dan adiknya adalah dua batang kara, mereka hanya hidup berdua sejak lama. Seokjin dan adiknya sebenarnya memiliki orang tua, hanya saja mereka meninggalkan Seokjin kecil dan adiknya. Genggaman tangan pada kresek burger dan kantung mainan begitu erat hingga menimbulkan kusut tak karuan karena Seokjin terlalu senang. Ia bahagia sebab meski dihidupnya banyak terjadi kemalangan ia juga termasuk orang yang beruntung karena bisa bertahan hidup hingga saat ini bersama adiknya.
"Soobin, kakak pulang... Buka pintunya kakak membawa hadiah natal untukmu"
Seokjin menggedor pintu kamarnya tergesa, ia tidak sabar melihat wajah berbinar adiknya, kebahagiaan adiknya adalah kebahagiaannya. Setelah menunggu beberapa saat adiknya membuka kunci pintu dan menemukan wajah kemerahan kakaknya yang kedinginan."Kakaakk.... Soobin lapar" adik kecilnya langsung memeluk Seokjin yang kedinginan.
"Ayo makan, paman pemilik toko memberi kita burger dan hadiah natal"
Mata besar Soobin berbinar ceria, ia amat senang mendapat hadiah natal. Sebenarnya ia juga sudah senang meskipun tanpa kado natal dan juga burger, baginya bersama kakak nya sudah sangat cukup karena setiap hari ia harus berada disekolah dan dirumah sendirian. Soobin anak yang sangat pandai dan ceria. Ia tidak akan pernah mengeluh atau bertanya aneh-aneh kepada kakaknya, ia tidak ingin membuat kakaknya sedih.
Orang-orang disekitar mereka juga sangat baik, para tetangga terkadang memberikan makanan berlebih pada mereka dan jika Seokjin sedang bekerja maka Soobin akan dititipkan pada bibi kamar sebelah yang iuga memiliki anak berumur 8 tahun, namanya bibi Choi. Bibi Choi sangat senang dengan keberadaan Soobin karena ia bisa menjadi teman Yeonjun anaknya. Seokjin juga tak perlu khawatir karena bibi Choi juga terkadang memberi mereka makan malam, mereka sebenarnya sudah seperti keluarga dan Seokjin sangat mensyukuri itu. Semua orang disekitar juga kagum akan kegigihan Seokjin yang rela putus sekolah demi bekerja dan menghidupi adiknya. Kadang meskipun banyak yang kagum akan kegigihannya, orang-orang juga tentu iba akan kehidupan dua anak tersebut. Lahir dari seorang ibu omega wanita dan seorang ayah alpha, orang tua kedua anak itu tidak memiliki ikatan pernikahan dan hanya tinggal bersama hingga memiliki dua anak. Himpitan ekonomi dan meningkatnya biaya hidup membuat kedua orang dewasa itu tega meninggalkan anak-anak yang tak tahu apapun. Ibu Seokjin sering dipukuli hingga membuat orangtuanya berpisah, diawal ayah seokjinlah yang pergi terlebih dahulu. Hingga kemudian ibunya pergi meninggalkan Seokjin yang tengah memangku adiknya disebuah taman. Padahal ibunya hanya izin hendak ke toilet tapi tidak juga kembali hingga adiknya menagis karena lapar.
Setelah selesai makan malam seokjin dan soobin bersama-sama membuka kado natal dari pemilik toko mainan. Ternya masing-masing dari bungkusan hadiah tersebut adalah snow globe. Yang Seokjin pegang snow globe berisi sebuah rumah kecil dengan pohon natal besar disampingnya sedang milik Soobin berisi 2 beruang kutub yang amat lucu ditengah salju. Mereka tertawa bahagia melhat hadiah dari tuan pemilik toko dan Soobin berjanji akan mengucapkan terimakasih atas hadiah natal terbaik yang ia terima.Natal telah berlalu dan sepertinya hari ini adalah hari paling dingin dibulan Desember, menjelang awal tahun semua tempat tertutup salju. Seokjin tetap bekerja di toko mainan, ia akan mendapat gaji beberapa hari lagi dan itu membuatnya semangat. Gaji yang ia peroleh lumayan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan dengan tekad luar biasa Seokjin kecil juga menabung untuk adiknya kelak. Sehari-hari yang ada dipikiran Seokjin hanyalah adiknya, apa kegiatannya hari ini, ataukah sudah makan atau sedang bermain dengan anak bibi Choi.
Menjelang sore paman pemilik toko akan menutup toko karena akan ada badai salju malam ini dan otomatis Seokjin bisa pulang cepat dan menemui adiknya. Seokjin berjalan cepat dan hati-hati melewati jalanan bersalju yang licin. Napasnya terengah hingga menimbulkan uap diudara. Ia harus segera sampai dan membuat teh hangat adik dan dirinya.
Sesampainya dirumah, hujan salju semakin deras dan tak terkendali. Seokjin segera membersihkan dirinya dari salju yang menempel di jaket lusuh dan kepalanya. Segera masuk dan melihat Soobin meringkuk diujung kamar karena kedinginan dengan selimut tipis. Seokjin sangan khawatir melihat kondisi adiknya, ia menyentuh kepala dan pergelangan tangan adiknya. Panas luar biasa berasal dari kepalanya namun tangan dan kaki adiknya sangatlah dingin. Musim salju adalah musim paling sulit bagi mereka, petak kamar sempit tak ada penghangat dan terletak dekat tempat kumuh adalah sumber penyakit. Namun inilah yang mereka mampu untuk sewa dan tinggali. Soobin menggigil hingga terdengar suara geratan gigi yang beradu, kakanya sedang merebus air untuk membuatnya hangat, namun matanya kabur dan terlihat buram. Biasany soobin ketika kedinginan akan dibuatkan coklat panas atau teh tapi karena ia belum memperoleh gaji ia hanya bisa membuat teh panas dengan sedikit gula. Setelah selesai membuat teh Seokjin menghampiri adiknya yang terbaring lemas. Seokjin mencoba membangunkan adiknya namun tidak ada respon apapun hingga beberapa saat sampai Seokjin semakin panik. Terus dipanggil adiknya dan digoyangkan tubuh kecil itu namun tidak ada respon dan semuanya dingin. Badai salju semakin besar dan bertambah besar.