15 Januari 2022
Jam tangan milik wanita berkemeja putih itu sudah menunjukan pukul satu tiga puluh malam. Sebagian besar wilayah California diguyur hujan sejak sore tadi. Itu juga yang menjadi alasan mengapa wanita itu masih berada di kantor. Selain karena kerjaan yang enggan selesai, hujan malam itu juga kian deras menghantam bumi. Lampu ruangan itu sudah dimatikan. Hanya ada cahaya dari laptop dan jendela besar yang menampakan pemandangan kota California yang diterangi cahaya dari berbagai bangunan.
"Zey, gue pulang duluan, ya. Lo juga jangan lama-lama lemburnya." ujar rekan kerja wanita itu yang juga berasal dari Indonesia. Setelah rekannya beralih pergi, kini tinggal ia sendiri yang masih bergelud dengan deretan data yang entah sudah berapa lama ia susun tapi tak kunjung selesai. Ia menatap tumpukan buku di hadapannya, tampak satu buku usang yang menarik perhatian. Tanpa pikir panjang, wanita dengan surai legam itu mengambil buku tersebut. Senyumnya mengembang kala membaca deretan tulisan tentang dirinya beberapa tahun lalu.
Dua lembar foto terjatuh dari salah satu halaman. Lembar foto tersebut menunjukkan empat orang dengan seragam SMA, sedang lembar lainnya menampakkan potret wanita itu sekian tahun lalu bersama seorang lelaki. Lagi-lagi sudut bibirnya membentuk sebuah lengkung.
Lelaki pemilik mata indah yang akan selalu jadi bagian indah dari ingatan wanita itu. Senyum yang tak pernah gagal menghangatkan suatu tempat bernama hati. Suara berat itu terngiang, membuatnya kembali terbawa pada ingatan tentang masa itu.
"Gantari..." panggil seseorang yang menyadarkannya.
"Let's go home." ujar pria dengan senyum hangat yang kini berdiri di ambang pintu ruangan itu. Dengan segera ia membereskan buku serta lembaran foto yang mulai menguning itu. Setelahnya ia berjalan mendekati pria itu. Sang pria meraih tangan wanitanya dan menggenggamnya dengan cara yang selalu sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELINDAN | Lee Jeno
Teen Fiction"Ziraa, malem minggu, nih. Makan sop kaki, yuk!" -Nalendra Reno Malik Waktu yang berjalan membawa kita pergi bersamanya. Membiarkan kita dewasa dalam perjalanannya. Membuat jalur kisah tentang kita. Menjahit memori hingga jadi simpul.