7. Ben

15 2 0
                                    

"Lalu apa yang terjadi selanjutnya?" Kath melihatku dan Rosi secara bergantian

"Kami tak lagi membahas kondisimu setelah itu. Ayah tahu ibumu ragu, oleh karena itu Ayah ingin menebus kesalahan dengan memperbaiki semuanya. Ayah menelepon kantor Morgan dan mendiskusikan hal ini," ucapku pada Kath.

"Ya, dan baru setahun yang lalu, kamu mengatakannya padaku, setelah semuanya berjalan. Aku menyesal kamu menerima tawaran itu. Aku sempat marah padamu."

"Jadi pengobatanku dijadikan jurnal oleh dokter Morgan? Dan, itu atas persetujuan orang tuaku sendiri? Ironis, ya?"

"Maafkan Ayah, Kath." Aku menunduk.

Aku tahu Rosi mengatakan itu karena ia tak ingin terlihat buruk di mata anaknya. Ia tak ingin disalahkan. Aku melakukannya untuk kebaikan bersama. Rosi tidak akan setuju jika aku menghubungi Morgan, tetapi apa ada jalan lain? Kenan akan selamanya seperti ini jika tidak mendapatkan pengobatan. Aku ingin Kenan mendapatkan perawatan terbaik. Akhirnya aku menceritakan semua pada Kath.

Saat bekerja, aku meminjam telepon kantor untuk menghubungi Morgan supaya bisa leluasa bicara dan Rosi tidak mengetahuinya.

"Saya mesti meyakinkan Rosi kalau ini baik untuk Kenan. Rumah sakit juga menyarankan hal yang sama, Dok. Tapi ... saya belum siap dengan biayanya. Apa program gratis konsultasi setahun itu masih berlaku?" Itulah yang kukatakan. Aku juga tidak ingin disalahkan mengapa sampai usia Kenan 15 bulan belum juga mendapatkan penanganan terbaik, Rosi bilang dokter Morgan memiliki program gratis selama setahun.

"Kebetulan saya sedang mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai teori intervensi gender. Jika Anda tak keberatan, saya akan memberikan biaya konsultasi gratis setahun sekali selama dibutuhkan, sampai Kenan dewasa, tetapi apa yang saya lakukan pada anak Anda akan saya jadikan bahan di jurnal penelitian ilmiah saya. Bagaimana? Apa Anda setuju?"

Saat itu aku berpikir sejenak. Aku tidak masalah dengan penawaran dokter, tetapi Rosi pasti tidak setuju. Konsultasi gratis selama dibutuhkan, tentu aku mau.

"Tuan Ben. Anak ini nanti akan dewasa, dia akan sekolah dan sebentar lagi pasti mengetahui mengapa organ vitalnya tidak sama dengan teman-temannya. Selain faktor kesehatan, kita juga harus mempertimbangkan faktor psikologisnya," ucap dokter Morgan. Aku paham itu dan kami juga sering membicarakannya.

"Saya tidak keberatan, Dok. Tapi saya juga harus membicarakan ini pada Rosi."

"Silakan Anda diskusikan. Saya beri waktu seminggu, karena banyak hal yang harus saya selesaikan. Jika Anda tidak bersedia, saya akan memilih menangani kasus lain."

Morgan menutup telepon. Sepanjang hari itu aku gelisah dan memikirkan bagaimana caranya mengatakan ini kepada Rosi. Malam hari, saat Kyra dan Kenan sudah tidur, aku melihat Rosi menonton televisi dan aku berpikir mungkin ini saat yang tepat bagiku untuk membicarakan tawaran dokter Morgan.

Aku duduk di samping Rosi dan menggenggam tangannya. "Hon, aku ingin membicarakan sesuatu."

Rosi memiringkan badan, memandang dengan tatapan yang tampak serius.

"Masalah apa?"

"Aku harap kamu tidak marah. Aku hanya ingin menyampaikan tawaran dokter Morgan."

Rosi langsung melepaskan genggaman tanganku.

"Aku paham kamu tak akan setuju."

"Aku bukannya tak setuju. Tapi aku belum siap melihat Kenan menjadi anak perempuan. Aku ibunya, lalu aku diminta membesarkannya sebagai perempuan sementara aku tahu dia lahir sebagai laki-laki. Kamu tidak akan mengerti perasaanku!" Rosi histeris.

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang