Aku mendengus, sembari membuang nafas asal. Memandangi langit senja yang kini dengan egoisnya berubah menjadi lebih gelap. Sepertinya hari ini memang tak berpihak padaku. Sama seperti hari-hari sebelumnya.
Masih terekam jelas dalam ingatanku bagaimana diriku mengutarakan perasaanku padanya, sahabatku sendiri. Beberapa waktu yang lalu, dan bagaimana hasilnya? Sungguh mengecewakan.
Ia menolak menerimaku -hal yang sudah kubayangkan sebelumnya akan terjadi. Namun tak kusangka ia akan menceritakan kisah cintanya padaku. Menggelikan sekali.
Ia berkata bahwa aku tak salah untuk mencintainya, namun lebih baik bila aku mencari sosok lain yang lebih pantas untuk dicintai. Karena tentu saja, ia akan selalu mencintai teman masa kecilnya. Dasar konyol!
Tunggu, siapa yang konyol disini?
Kupikir aku dan dia sama-sama konyol. Mencintai seseorang yang bahkan sama sekali takkan pernah melihat ke arah kita.
Sudah cukup.
Apa aku mati saja?
Ckrek. Ckrek.
Aku menoleh. Sesosok pria terlihat tengah mengambil gambar dengan lensa kameranya. Tubuhnya tinggi menjulang. Rambut wavy kecoklatannya bahkan mencuat tertiup angin.
Apa sebenarnya yang ia pikirkan? Semburat jingga itu bahkan kini tak nampak seutuhnya.
Ckrek. Ckrek.
Kameranya kini ia gerakkan, dan kini sedang mengarah.. padaku!
Ckrek. Ia memotretku.
Sejurus kemudian ia melihat hasil jepretannya. Sedikit tertawa. Tawa yang khas, tentu saja. Kurasa ia puas dengan hasil jepretannya.
Kemudian mata kami bertemu, dan aku hanya menatapnya sendu. Sedang ia mulai tersenyum yang kini terlihat menyebalkan.
Tangannya melambai. Tersenyum lebar sembari kemudian melangkahkan kakinya, menuju ke arahku!
What the--
Aku sedang tidak ingin berbicara dengan seseorang sekarang. Dasar memuakkan.
"Langitnya indah sekali." Suara husky yang kentara, ia seperti menggumam. Setelahnya duduk tepat di sebelahku.
Aku diam. Basa-basi bukanlah hal yang kubutuhkan untuk saat ini.
"Tapi kau bahkan terlihat kesal." Ia kembali menatap lurus ke depan, "Apa ada yang salah denganmu?"
Mataku membola, "Tidak!" sentakku, setengah menghela nafas. Cukup kaget, "Aku hanya lelah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Sun☀ -Lumark version-
FanfictionPada akhirnya, semesta bersuara. Menguak rahasia; menyampaikan salam, diantara ribuan bintang yang bertaburan. Layaknya rangkaian kerlip cahaya yang bergerak, bersatu mengikuti melodi irama. Segalanya terangkum manis dalam memori ingatan; Bagaikan s...