delapan ; deru ombak

88 20 8
                                    

coba deh bacanya sambil dengerin ini atau mau putar lagu lain semau kalian juga gapapa atau kalau gak mau denger apa-apa juga gapapa.

enjoy ya semoga menghibur, naninuninu.

entah sudah berapa kali Alana meregangkan kecil sebagian otot tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

entah sudah berapa kali Alana meregangkan kecil sebagian otot tubuhnya. terlalu pegal hanya duduk di kursi penumpang. apalagi pengemudi bawel yang membuat Alana tidak jarang menguap, kantuk matanya berbenteng tebal akibat suasana bosan. sedangkan Jisung sedari tadi asik mengajaknya berbicara meski respon yang terbalas hanya ungkapan kecil seperti ya, oh terus?, gak tau, hm dan sebagian besar lagi anggukan dan gelengan.

jika seandainya ia punya kekuatan melesat maka sudah dilakukan sedari tadi untuk kabur dari Jisung. kapan sampai? kapan mobil ini akan berhenti? kapan kapan dan kapan yang ada di kepala Alana.

detik semakin berdenting sedangkan malam sibuk berbincang dengan bulan di perjalanan menunggu waktunya usai. perlu waktu lima belas menit hingga laju mobil akhirnya telah dihentikan, dalam artian pula sudah sampai. dari sini, tidak ada sesuatu yang bisa dilihat melalui kaca mobil selain lampu cahaya yang kadang ada kadang pula tidak. walau tidak bisa melihat apapun Alana mempunyai firasat bahwa ada hamparan luas didepannya.

"ayo keluar setelah ini kita pulang." ajak Jisung lantas keluar lebih dulu.

anginnya berhembus ganas. bintang malu-malu mau mewujudkan pancarannya dilangit suram. seakan membawa berita jika cahaya cinta tidak lagi disini. sudah sirna dimakan pekatnya malam. tapi bukan itu hal pentingnya sekarang. sebab, disamping Alana saat ini ada seorang laki-laki dimana dia masih bingung sebenarnya orang yang seperti apa? dia penuh kejutan dan guncangan. sebagaimana ketika ia keluar dari mobil, Alana terperangah ketika permukaan yang ia injak ialah pasir.

apa alasan Jisung membawa Alana berjumpa pantai saat malam hari. iya, yang selalu memainkan ombak, "mau main sebentar?" tanya Jisung.

lantas Alana mendeteksi hamparan luas di hadapannya. hingga ia sadar jika gema ombak sudah memanggilnya sedari tadi. rasanya cukup lama Alana menunggu momen ini, ia sempat berangan bisa melihat pantai bersama keluarganya tapi ternyata kondisi ayah Alana yang sibuk menjadi penghalang. sedangkan bila pergi sendiri ia justru malah tidak diperbolehkan, orang tuanya sangat protektif. melarang ini dan itu bahkan sangat berlebihan, menurutnya.

"kita boleh main?" tanya Alana.

Jisung langsung mengangguk, "boleh. justru aku ngajak kamu kesini buat itu. masa iya jualan es serut," Alana mendecak serta kekehan Jisung selanjutnya yang terasa hangat di telinga. "bercanda, ayo."

ia dapat merasakan bahwa tangan Jisung mencengkramnya lagi. namun kali ini lebih lembut, tidak ada tarikan. menyamakan langkah berlari menyapa dorongan air yang datang menuju daratan. melihat laut lebih jelas yang tidak berkurang keindahannya meski malam sekalipun. memang bukan wisata favoritnya namun Alana merindukan rasanya bebas meluapkan emosi seperti ombak yang selalu berani.

[ON HOLD] Amatorculist Ft.Park Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang