1 || Tragedi Lapangan Basket

60 12 11
                                    

•selamat menikmati, semoga suka•

•selamat menikmati, semoga suka•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌵🌵🌵

"Mencintaimu berhadiah luka. Tapi kenyataannya, aku tetap memilih untuk mempertahankannya."

🌵🌵🌵

Desember, 2012.

"Vio, dapet salam dari Athan!" teriak seorang anak laki-laki dengan rambut cepak dan tubuh yang sedikit kurus kering.

"Idih, ogah!" Viola balas berteriak hingga urat-urat lehernya sedikit menonjol.

"Ih, jangan jual mahal gitu, La. Nanti kalo kamu beneran suka balik sama si Athan, sukurin deh." Seorang anak perempuan seumuran Viola menyahut. Adiba namanya, sahabat Viola banget dari kelas tiga SD.

"Bener tuh kata Diba. Lagian Athan juga nggak jelek-jelek amat kok. Udahlah Mbak, terima aja. Kasian sepupu aku ngejar-ngejar kamu mulu dari kelas empat," tambah Salwa si gadis tomboy dengan paras cantik yang disempurnakan dengan kedua gigi kelincinya. Alias Salwa adalah sepupu Athan. Mak comblang luar biasa kalau menyangkut masalah Athan sama Viola.

"Mau kamu comblangin seratus kali pun, aku nggak akan suka sama Athan," balas Viola. "Masih ganteng juga Aqsal."

"Awas nanti kamu ke makan omongan sendiri, loh," goda Salwa. "Siapa  tau nanti pas kita udah gede tiba-tiba kamu jadi suka sama dia."

"Dih, nggak akan," bantah Viola sangking bencinya tiap lihat Athan.

Dasar bocil. Masih SD udah tahu mana yang good looking.

Aqsal yang notabenenya sepupu Adiba memang sudah disukai Viola dari kelas dua, hingga sekarang Viola sudah kelas enam. Mereka beda kelas tentu saja, karena Aqsal jadi satu kelas dengan Athan. Yah, begitulah murid sok jagoan waktu itu. Akhirnya Aqsal dan Athan sama-sama tinggal kelas. Nasib Viola jadi suka sama adik kelas. Nggak banget, 'kan, yak?

"Iya sih, si Aqsal emang suka juga sama kamu. Tapi tau sendiri Athan kayak bos di sekolah kita, mana berani Aqsal deket-deket kamu," ujar Adiba sembari menyeruput es jeruk kesukaannya.

Di siang hari yang terik itu, mereka para anak-anak kecil berumur 12 tahun itu sedang istirahat dibawah pohon yang lumayan rindang. Pohon Kaltaparu namanya. Pohon legendaris yang masih saja ada sampai sekarang. Konon, yang menanam adalah kepala sekolah pertama di SD Negeri 02  Bener. Letaknya di depan kantor guru, yang selalu menjadi tempat nongkrong Viola dan sahabat-sahabatnya.

Ya memang agak aneh nama sekolah mereka. Nggak tahu siapa yang kasih ide memberi nama sekolahan menjadi seperti itu.

Salwa berhenti bermain jump rope dan menggulung karet tali miliknya. "Udahlah Mbak, terima aja si Athan. Dari pada dia makin gila terus kamu di pelet, emang mau?"

DASAWARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang