Pagi hari yang cerah berseri. Matahari bersinar hangat. Awan membentang di angkasa. Angin bergerak lamban. Burung-burung berkicau merdu. Susana yang asri di sudut kota.
Rumah-rumah berjejeran di tepi kanan dan kiri jalan dengan teratur. Di depan terdapat taman kecil yang indah serta rerumputan. Sky Garden Village, disinilah Rafa tinggal.
TOK TOK TOK, suara pintu diketuk dari luar. Raffa mendengarnya namun berusaha untuk tidak mengubris. TOK TOK TOK, pintu kembali diketuk. "Hmm" Rafa mendengung. TOK TOK TOK, pintu kembali diketuk diikuti suara seorang wanita.
"Tuan muda, hari sudah siang. Tuan dan Nyonya sudah menunggu untuk sarapan pagi" Wanita itu berseru dari luar kamar. Rafa membuka matanya perlahan
Rafa menoleh ke arah pintu kamarnya "Iya, Bi" seru Rafa.
Wanita itu biasa Rafa panggil Bibi. Ia sangat akrab dengan wanita itu karena sudah mengasuhya sejak kecil.
Setelah mengumpulkan nyawa, Rafa bergegas untuk membasuh wajahnya supaya terlihat segar. Bisa gawat kalau orang tuanya tahu kalau dia bangun siang.
Jam menunjukkan pukul 7.30 AM. Rafa turun ke bawah untuk sarapan pagi bersama. Semua anggota keluarga sudah berkumpul. Ia langsung mengambil posisi di kursi yang kosong.
"Baru bangun?" Tanya Papa dengan nada sedikit menyindir.
Rafa menoleh ke papanya. Dia sedang membaca koran. Kemudian Rafa menjawab "Enggak kok, Pa. Rafa udah bangun dari pagi cuman main game aja di dalam"
Meriam langsung menyambar " Oh ya? Bukan karena gak tidur semalaman kan?" dengan nada mengejek.
"Sok tau banget lu, Kak" Jawab Rafa kesal.
"Pulang jamber lu semalam?" tanya Meriam. Ia tersenyum licik. Rafa hanya terdiam memandang kakak nya itu.
"Kok diem?" Meriam kembali bertanya. Rafa semakin kesal. Kemudian ia terpikir sesuatu.
"Memang kakak tau aku semalam ngapain? Tau darimana? kan aku di kamar. Kakak ngintip kamarku ya?" kata Rafa sambil tersenyum puas.
Meriam membuka mulutnya namun belum terucap sepatah kata Mama menghentikan mereka.
"Sudah, sekarang waktunya makan" Mama meredamkan susana. Kemudian ia menyuruh Papa untuk memimpin doa sebelum makan.
Selesai sarapan Rafa berencana untuk langsung beranjak. Namun baru ia berdiri, Papa menghentikannya.
"Mau kemana kamu?" Tanya Papa.
"Mau balik ke kamar. Kan Rafa udah selesai makan" Jawab Rafa.
"Duduk!" Perintah Papa. Rafa tak bisa menolak. Ia duduk kembali di kursi. "Ada yang mau Papa omongin" lanjutnya.
"Malam ini kita akan makan malam bersama keluarga kolega Papa. Semua harus ikut karena ini menyangkut keluarga kita juga"
"Yakin keluarga bukan bisnis" Tanya Meriam. Mama menoleh ke arah Meriam memperingatkannya dengan nada sedikit khawatir kalau saja suaminya bakal marah.
"Yakin" jawab Papa tegas.
"Pa, Rafa gak bisa ikut sudah ada janji sama temen"
"Kamu tidak dengar apa yang Papa tadi bilang?" Jawab Papa kemudian ia pergi meninggalkan meja makan.
Rafa langsung uring-uringan di tempat. "Ah, kenapa harus ikut sih? Menyangkut keluarga tentang apa?" gumam Rafa pada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
Teen FictionBercerita mengenai kehidupan remaja SMA yang penuh dengan intrik memang tidak ada habisnya. Cerita ini berfokus pada kehidupan Rafa yang merupakan anak populer di sekolahnya. Keluarganya juga cukup dipandang. Namun siapa sangka kalau Rafa akan jatuh...