'2. Anak Sekolah

46 7 11
                                    

"HATI-HATI."

_GENTA_

***
Kalau saja tadi Erza putuskan berhenti terlebih dahulu karena hujan, mungkin sekarang Sagita masih bersama Erza. Untungnya dengan cepat Erza mengantar Sagita pulang, kalau tidak?! Bisa-bisa mereka terjebak hujan dan pulang malam.

Setelah kepergian Erza dengan motor vespanya, kini gadis itu pergi memasuki rumah minimalis milik keluarganya. Bajunya yang sedikit basah membuat gadis itu buru-buru pergi ke kamarnya.

Di rumahnya sedang tidak ada siapa-siapa jadi, tanpa salam gadis itu langsung pergi ke kamarnya.

Membuka kancing seragamnya lalu melepaskan dan langsung menggantinya dengan pakaian rumah. Sagita kini bercermin sambil menyisir rambutnya dengan pelan.

Senyum tidak pernah luntur dari wajahnya, Sagita menghela nafasnya lepas itu ia berjalan ke arah ranjang kesayangannya. Merebahkan tubuhnya di kasur adalah posisi terakhir Sagita untuk melepaskan rasa lelahnya.

Sambil melihat ke langit atap kamarnya, pikiran Sagita kini tertuju pada satu perawakan yang tadi, untuk pertama kalinya ia mengantar Sagita pulang.

"Dia baik." Puji Sagita hingga tak terasa ia tersenyum tipis, tidak berlangsung lama senyumnya pudar kala dering telpon membuyarkan lamunannya.

Sagita dengan langsung mengangkatnya membuat yang di sebrang sana bersuara.

"Ta, lo di suruh data anak-anak yang ikut ekskul musik, besok."

"Kapan?"

"Besok, Gita."

"Iya tau, maksudnya waktunya kapan? Pagi, siang, atau sore?"

"Ohh," sahut orang itu di sebrang. "Siang, istirahat pertama."

"Yaudah oke deh Ra."

"Lo dianterin Bang Za?"

"Hah?" Sagita hanya ingin memastikan bahwa pendengarannya tidak salah.

"Lo tadi dianterin Bang Za pulang?"

"Tau dari mana?"

"Dukun."

"Ra,"

"Gue tadi liat. Congratulations."

"Untuk?"

"Lo."

Tut, tut, tut.

Belum sempat Sagita menjawab, sambungan telpon via whatsapp itu terputus secara sepihak.

Sagita menjauhkan handphone dari telinganya, sekali lagi memastikan bahwa benar Aira memutuskan telpon secara sepihak.

Tidak mau ambil pusing, Sagita menyimpan handphone miliknya ke nakas kecil yang berada di dekat tempat tidur. Rasa lelah menghampiri, kini mata gadis itu perlahan terpejam.

***

Langit saat ini sudah begitu gelap, tetesan air hujan sudah turun membasahi bumi, tetesan itu banyak dan tak beraturan seolah sedang diadakan perlombaan siapa yang paling cepat jatuh ke bumi.

ERZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang