'1. Cinta Luar Biasa

48 7 12
                                    

"ERZA."

Panggilan dengan nada suara berat dari arah belakang sontak membuat laki-laki yang sedang berdiri sambil melihat-lihat barang yang ada di sekitarnya, menengok ke arah suara.

Laki-laki itu mengangguk sekilas lalu menegakkan tubuhnya dan menghampiri pemilik suara berat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laki-laki itu mengangguk sekilas lalu menegakkan tubuhnya dan menghampiri pemilik suara berat itu. Ia mengambil tangan lawan bicaranya, mencium tangan sebagai tanda bahwa ia menghormati laki-laki yang jauh lebih tua darinya.

"Iya Pak, saya Erza. Assalamualaikum Pak Ridwan," ucap Erza dengan sopannya. Kepala sekolah SMA Trisakti itu tersenyum lalu menjawab.

"Waalaikumsalam, mari duduk. Ada yang ingin Bapak bicarakan sama kamu."

Erza mengangguk lalu mengikuti Pak Ridwan duduk agar lebih nyaman ketika membicarakan sesuatu.

"Ada kegiatan apa sekarang Za?" tanya Pak Ridwan sambil membuka lembar demi lembar dokumen.

Erza berdehem. "Kegiatan mempelajari lebih dalam bidang kesehatan Pak."

Pak Ridwan menampakan ekpresi memukau. "Dari dulu Bapak memang bangga sama kamu, Za. Sayangnya kamu udah waktunya lulus."

Murid yang dulu banyak tingkah, Pak Ridwan mengetahuinya dari guru-guru yang mengajar kelas Erza kini ia hanya untuk dikenang semua kenakalan-kenakalan yang dulu ia lakukan. Walau begitu, hampir semua guru bangga padanya.

Senakal apapun muridnya tetap saja dia adalah muridnya.

"Saya ngga akan lupa sama Bapak." Erza tersenyum simpul. "Dan prihal Bapak ingin berbicara, saya tau apa itu dan saya datang ke sini berniat ingin menyetujuinya."

"Mengajak kamu bergabung ekstrakurikuler musik? Kamu tau darimana bahkan Bapak belum bilang sama kamu, Za." Pak Ridwan kebingungan dengan pernyataan Erza tadi. Dia sedikit berfikir bagaimana Erza bisa tahu.

"Email yang masuk atas nama sekolah."

Pak Ridwan tertawa renyah, akhirnya dia ingat akan itu, dia yang mengirim pesan lewat email kepada Erza. Pak Ridwan mengangguk beberapa kali.

"Maaf Bapak lupa," ucap Pak Ridwan, kemudian kini Pak Ridwan mengambil dokumen lalu memberikannya kepada Erza. "Kamu bisa baca terlebih dahulu, lalu tandatangan di bawahnya."

Erza mengangguk kemudian membacanya.

"Setelah kamu lulus, Bapak jadi bingung siapa pengganti kamu sebagai pelatih ekskul musik, dan sampai saat ini beberapa bulan kamu lulus Bapak belum juga mendapat pelatih baru. Jadi Bapak coba ajak kamu lewat email yang Bapak kirim. Rupanya kamu setuju." Penjelasan Pak Ridwan membuat Erza mengerti, bahwa mencari yang bersungguh mendalami seni musik sangatlah sulit.

ERZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang