03

359 64 5
                                    

"Nazuna-kun!"

(Name) menggenggam tangan Nazuna yang akhirnya berhasil ia kejar. Akhir-akhir ini laki-laki itu nampak menghindarinya. Bukan karena sibuk, tapi memang sengaja menyibukkan diri. Bahkan jika ia sedang ada luang sedikit, ia akan mengatakan bahwa dirinya ada urusan.

"Nazuna-kun ada apa?"

Nazuna sama sekali tidak menoleh ke arahnya. Ia hanya berdiri dengan posisi membelakangi (name) dan tangan yang di genggam oleh gadis itu.

"Nazuna-kun katakan, ada apa? Apa ada masalah? Kenapa akhir-akhir ini menghindariku?" Tanya (name).

Tidak ada jawaban. Nazuna masih dalam mode diamnya.

"Nazuna-kun..."

(Name) menunggu dengan sabar. Tangannya tidak ia lepaskan sedikit pun dari tangan Nazuna. Sampai beberapa menit kemudian Nazuna berbalik menghadap (name).

"Sekarang aku bertanya pada (name)-chin, kenapa (name)-chin jadi suka memperhatikan laki-laki lain, apa lagi 'mereka' ? Harusnya (name)-chin tau kan bagaimana kelakuan mereka? Mereka seperti serigala liar yang bisa memakan 'kelinci' kapan pun itu,"

Nazuna Menghela nafas setelah mengucapkan kalimat tadi. Ia menatap ekspresi (name). Khawatir kalimatnya terlalu berlebihan. Ia tertunduk sebelum akhirnya kembali mengangkat wajahnya karena jawaban (name).

"Aku tahu kebanyakan pria memang seperti serigala liar,"

Nazuna menatap bingung. Ia tidak mengerti apa yang sebenarnya dipikirkan oleh gadis ini. Antara naif, lugu... Atau apa?

Gadis itu tahu tentang itu. Tentu saja ia tahu, efek dari kebanyakan baca novel romansa ia berpikir bahwa kebanyakan laki-laki seperti serigala.

"Kalau tau.. Kenapa?"

Nazuna semakin bingung. Ini dia yang aneh karena terlalu cemburu atau (name) yang aneh karena terkena pengaruh novel romansa nya?

Sementara itu (name) kebingungan karena kurang paham dengan maksud pertanyaannya Nazuna.

untuk beberapa saat mereka diam. Larut dalam pikiran masing-masing.

"Etto.. Bagaimana kalau kita cari tempat dulu.. Kita di tengah jalan begini bakal ganggu orang lewat," Ucap (name), mencoba memecah keheningan.

Nazuna mengangguk. Tangannya menggenggan tangan (name) menuju apartement nya. Setidaknya disana tidak akan ada yang ganggu pembicaraan mereka.

---

Sudah 20 menit mereka berada di apartement. Tapi masih tetap sama, diam tanpa suara. Hanya ada suara jarum jam yang menghiasi apartement itu.

"Nazuna-kun... Bisa cerita dulu kenapa? Aku nggak paham sama sekali dengan sikap Nazuna-kun yang sekarang," Ucap (name) dengan suara pelan.

"Akhir-akhir ini aku suka melihat (name)-chin sering memperhatikan banyak laki-laki, awalnya mungkin aku mengira kalau aku salah liat. Tapi semakin lama semakin sering. Waktu itu aku juga pernah bertanya pada (name)-chin bukan?"

"Aku berpikir (name)-chin sudah tidak mau denganku, walaupun jawaban (name)-chin seperti itu. Tapi tetap saja ada yang menjanggal,"

(Name) mencoba mencerna semua kalimat yang diutarakan oleh Nazuna. Dia mengakui bahwa akhir-akhir ini ia memperhatikan banyak laki-laki, tapi bukan seperti yang di maksud Nazuna.

"Gomen Nazuna-kun... Aku memang akhir-akhir ini sering memperhatikan orang lain, tapi aku tidak bermaksud seperti yang dipikirkan Nazuna-kun," Ucap (name).

"Lalu?"

(Name) merain tas nya. Kemudian merogoh isi di dalamnya untuk mengambil sesuatu. Setelah itu ia menarik tangannya untuk mengeluarkan sebuah kotak berwarna biru yang diikat pita putih. Gadis itu memberikan kotak tersebut pada Nazuna.

"Ini apa (name)-chin?"

"Hadiah anniversary yang terlalu awal," Ucap (name).

Nazuna terdiam. Ia baru teringat tanggal berapa hari ini.

3 tahun yang lalu. Tepat awal april, Nazuna menyatakan perasaan pada (name). Tentu saja saat itu (name) langsung menerima pernyataan Nazuna.

Bagaimana Nazuna bisa melupakan ini? Pasti karena sibuk memikirkan perilaku (name) akhir akhir ini makanya ia tidak ingat.

Nazuna membuka kotak tersebut. Di dalamnya terdapat setelan pakaian. Jika dilihat dari desainnya pakaian ini bisa dipakai untuk sehari-hari.

"Aku mencoba untuk menjahit baju sendiri dengan ibunya Kuro-san untuk hadiah anniversary kali ini. Soal aku memperhatikan laki-laki itu karena aku mencari inspirasi tentang seperti apa baju yang akan kubuat, aku tersenyum karena membayangkan bagaimana muka Nazuna-kun jika memakai baju seperti itu," Jelas (name).

Nazuna memandang (name) dengan perasaan bersalah. Bisa-bisanya ia berburuk sangka pada (name) seperti itu.

Laki-laki bersurai pirang itu lantas meletakkan hadiah itu di atas meja kemudian menarik (name) dalam pelukannya. (Name) cukup terkejut dengan itu, tubuhnya terasa kaku sekarang.

"Na.. Nazuna-kun.."

"Gomen (name)-chin, aku..."

"Hm?"

"Aku tidak bisa menahan diri, (name)-chin tau aku memiliki ukuran fisik yang berbeda dari rata-rata seusiaku... Jadi aku..."

(Name) membalas pelukan Nazuna. Ia memahami kekhawatiran Nazuna tentang fisiknya. Bahkan Nazuna juga kalah tinggi dengan anak-anak Ra*bits. Tentu saja ia akan minder.

"Nazuna-kun punya keunikan tersendiri dengan tubuh Nazuna-kun sekarang. Jangan terlalu rendah diri hanya karena tinggi badan, bukankah aku sudah pernah mengatakannya,"

"Bukan begitu.. Itu tidak rendah diri.."

"Tentu saja itu rendah diri.."

Nazuna menyembunyikan wajahnya di pundak (name). Ia tidak ingin mengakui kalau dia sedang minder. (Name) yang sadar itu hanya terkekeh sambil menepuk punggung Nazuna.

"(Name)-chin,"

"Ya?"

"Makasih untuk hadiahnya,"

Cup

Serangan tiba-tiba mendarat di pipi kanan (name). Semburat merah pun muncul di wajah (name) karena serangan itu.

"Untuk sekarang aku membalasnya dengan ini, nanti akan kuberikan yang lain saat waktunya tiba,"

"Na-Nazuna-kun..."

(Name) memukul lengan Nazuna dengan satu tangan. Sementara tangannya yang lain menutupi wajahnya yang memerah.

Kali ini gantian Nazuna yang tertawa melihat reaksi (name).

"Daisuki dayo~"

End

𝐒𝐩𝐫𝐢𝐧𝐠'𝐬 𝐒𝐲𝐦𝐩𝐡𝐨𝐧𝐲 || Nito NazunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang