You were mine 2

10 0 0
                                    

#part2

Suara jemari menyentuh tombol pada papan ketik usang beradu dengan detik jarum jam dindingku.

Aku berusaha menyibukkan diri meski ada secuil rindu yang mengusik. Sesekali aku meregangkan badan.

Berat hari-hariku, aku masih merasakan sesak dan rasa bersalah atas kepergianmu. Meski aku tau perasaan ku adalah manipulasi otak belaka. Kamu telah bahagia sedang aku masih menderita itu yang tertanam dihatiku saat ini, merasa bersalah dan tidak bisa menerima tudingan yang tertuju untukku atas kepergianmu. Aku cemburu bukan kepada dia yg mendapatkan hatimu kini, tetapi dia yang menjadi alasanmu pergi dan kau bahagia tanpaku.

'Tringggg....' tertegun ku dengar dering ponsel di dekatku. Aku lirik ada notifikasi panggilan masuk dari 'unknown'. Tangan ku bergetar meraih ponselku, ku dekatkan ke telinga, aku masih bisu tak bersura, entah rasanya seperti akan terkena pukulan telak. 

'....................' aku menyimak banyak pada orang diseberang sana, aku hanya mengiyakan semua ucapannya, tak ada bantahan, sangkalan atau pertanyaan.

"Iya, terimakasih" Ucapku mengakhiri percakapan panjang dan berat itu. Ada sedikit rasa sesak setelah menyimak ucapannya, entah ku sebut pahit atau manis, tapi sepertinya ini awal yang baik.

"Mudah ya untukmu" ringisku kecil menahan desakan didada, ada dorongan yang membuat air mata meleleh, tapi aku sadar hanya senyum pedih yg bisa aku tawarkan saat ini.

"Hah.. Memang aku bisa apa? Memang aku sanggup apa?" Tanyaku pada keadaan ini, tak ku temukan jawaban yang ada hanya perasaan berat yg semakin menekanku, rasanya inginku hempaskan segala hidupku.

"Sampai kapan Tuhan? Sampai kapan!!?" Teriak batinku. Aku hanya bisa terduduk meratapi kenyataan kini aku tidak hanya kehilangan belahan jiwa, tapi juga setengah dari duniaku, mimpiku, dan hidupku. Kabar buruk atau awal baru? Hanya tuhan yang tau.

Bucin memang sebutannya, bukan karena aku tidak bisa memakai logika tapi mencintai dengan tulus memang berakhir seperti ini kan? Iya, aku harusnya siap dengan akhir cerita seperti ini ketika memulai kisah dengan insan manapun. Tapi sampai kapan aku bisa terus mencintaimu dan membencimu tanpa batas seperti ini. Aku ingin berhenti, tolong aku.

Aku usap sisa air mataku dan ku telan dalam isakku, ku raih gelas didekatku, ku teguk secepat yg ku bisa. Aku nyalakan sebatang kehidupan, peneman sepi dan resahku. Aku hirup dalam-dalam hingga rasanya menyentuh alam bawah sadarku, ku hembuskan pelan bersama emosiku yg bercampur aduk.

Saat ini aku adalah aku yang berantakan, tidak ku temui diriku disana, aku merasa hilang. Aku hanya melihat wadah berisi kepingan dariku yg tersisa, jika ku satukan pun tak akan mampu untuk membuat mataku terpejam sempurna.

Hari ini aku lewati lagi, meski tidak indah, tapi tak ada pilihan memang harusnya berlalu begini. Berbahagialah kamu, yang berada diatas deritaku.

The Piece Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang