Lee Jeno adalah seorang mahasiswa yang berasal dari Korea Selatan dan berumur sembilan belas tahun. Ia begitu membenci Jaemin. Menurut Jeno, Jaemin adalah seseorang yang buruk dimatanya. Bundanya Jeno bernama 'Ten Lee' Dan Ayahnya bernama 'Lee Taeyong'
Sedangkan, Na Jaemin adalah seorang mahasiswa yang berdarah America—Korea yang berumur dua puluh satu tahun. Papanya berasal dari Korea dan Ayahnya berasal dari Chicago. Papahnya Jaemin ini bernama 'Suh Yoon-oh' yang biasanya dipanggil Jaehyun. dan Daddy-nya ini bernama 'Johnny Suh'.
Pertanyaannya, bagaimana Johnny Suh dan Suh Jaehyun ini bertemu?
Jaehyun dan Johnny ini bertemu di Amerika. Saat itu, Jaehyun sedang ingin pergi Liburan. Lalu, tepatnya pada hari senin, Jaehyun sedang menghirup udara segar di atas trotoar. Rencananya, Ia mau ke cafè yang terdekat. Tetapi di tengah jalan, ia tidak sengaja menabrak seseorang. Seseorang itu adalah Johnny Suh. Intinya saja, Johnny dan Jaehyun ini Jatuh Cinta pada pandangan pertama. Seperti di cerita wattpad.
Mari kita lanjut, Jaemin sudah berkerja keras untuk mendekati Seorang Lee Jeno tetapi, kerja keras itu tidak menghasilkan apa pun. Jaemin tidak punya pilihan yang lain selain kata 'Menyerah.' Ia tidak mau Jeno merasa risih. Jadinya Jaemin memilih kata menyerah itu.
"Ha, Jadi lu menyerah begitu aja?" tanya Chenle dan Renjun kompak saat Jaemin berkata bahwa ia menyerah untuk meluluhkan hati Jeno itu.
"Ya, gw gak mau dia risih sama gw. Mungkin belom jodoh." kata Jaemin. "Ya udah, mungkin Jeno suka ama se-" Perkataan Chenle dipotongkan oleh tangan Renjun yang menutupi mulut Chenle. Karena perkataan-perkataan Chenle itu kadang bisa melewatkan batas. Jadinya agar Jaemin tidak tambah sakit hati, Renjun menutup mulut Chenle dengan tangannya itu.
"Ya bisa jadi aja sih." Jaemin menetujui apa yang dikatakan Chenle sebelumnya dan mengangguk, melipat tangan didepan dadanya. "Ya. .yaudah gw mau pergi dulu, Haechan katanya kangen. Dadah para Jomblo~" Renjun berkata sambil mengemas barang barangnya dan pergi dari tongkrongan cafè itu.
"Nah, mohon maaf nih Jaem. Bukan temen durhaka atau bagaimana ya, tapi emak gw butuh bantuan gw nih.. hehe. cabut dulu ya bro, dadah." Pamit Chenle meninggalkan Jaemin sendirian di cafè itu.
Setelah dua puluh menit mengerjakan tugas tugas yang diberikan oleh Dosen, Akhirnya Jaemin bisa pulang. Ia pun langsung mengemas barang barangnya itu dan pergi ke rumah nya itu.
Setelah balik dari cafè, Jaemin disambut oleh Papanya. "Hai anak papa, dari mana aja ni?" Tanya Jaehyun, lalu memeluk Anaknya itu. Jaemin membalas pelukannya tersebut dan melepasnya. "Abis menongkrong sama Chenle dan Renjun. Terus juga ngerjain tugas yang dikasih dosen-dosen. jadinya agak maleman pulangnya. Maaf ya." Jaemin berkata sambil mengeluarkan senyuman tipis.
Jaehyun hanya kekeh melihat kelakuan sang anak. "Lucunya anak papa~ udah gapapa kok kalau pulang malem. Kan kamu sudah besar, Papa dan Daddy gabisa ngatur kamu terus dong. Jadinya santai aja." Jaehyun berkata sambil mencubit gemas pipi anaknya itu.
Jaemin tersenyum. "Ih udah lah pa!" Jaemin berkata sambil melepaskan cubitannya itu. Lalu Jaehyun berhenti aksinya. "Yaudah yaudah, sono mandi. bau kambing kamu" Jaehyun berkata dan duduk di sofa.
Jaemin hanya merotasi matanya. Memang, Papanya Jaemin itu lucu dan menyebalkan. Tetapi Jaemin senang di-urusi oleh dua orang yang dia sayangi. Yaitu, Suh Jaehyun dan Johnny Suh.
Selesai mandi, Jaemin hanya memakai handuk di pinggangnya. Ia sangat males untuk memakai baju dan juga celana. Jadi, sebelum ia memakai baju dan celana, ia membuka social media terlebih dahulu.
Tidak ada yang baru ataupun yang lama. Ia pun menaruh ponselnya di meja tidurnya itu.
Dia cepat cepat memakai baju dan celana, dan mengambil ponselnya untuk pergi ke dapur.
Lalu, di dapur terlihat orang tua Jaemin sedang melakukan hal yang seharusnya dilakukan dalam private. "Ekhem! Ekhem!" Jaemin berkata. Lalu orang tuanya Jaemin melepaskan 'hal' itu dan ketawa canggung.
"Lain kali dikamar aja! Daddy ga sabaran banget sih!" Protes Jaemin. Jaemin sangat lucu ketika ia berbicara seperti itu. Seperti anak kecil yang berumur lima tahun.
"Hehe, maaf nana. Lagian kan Daddy baru aja pulang. Kangen Papa mu ini." Johnny berkata sambil mengaruk pelan pelipis nya.
"Ya ya. By the way, where's my food?" Kata Jaemin sambil mencari makanan yang dimasak oleh Papanya yang tercinta itu. "Itu sayang," Jaehyun berkata dan menunjuk makanan yang berada di meja makan. Mata Jaemin mungkin lagi kecapean.
"Okey~ Makasi makannya Pa!" Jaemin tersenyum dan menciumi pipi ayahnya itu.
Sementara, Jeno sedang menatap dinding dan tergeletak di kasur kesayangannya. Ia sedang menghayal bahwa dia berada di pantai lalu mendengar alunan lagu yang begitu menenangka-
"MAKAN WOI ANJING! DITUNGGUIN LU!" Suara itu berasal dari adiknya. Yaitu, Huang Renjun. Adiknya tentu sangat menggemaskan. Jeno ingin sekali membuang adiknya ini ke sungai agar dia hidup bahagia, tidak diganggu oleh beban.
"SANTAI BAJENG! IYA IYA GW KEBAWAH! SONO LU GANGGUIN GW" Sahut Jeno. Lalu Renjun dengan santainya, keluar dari kamar sang kakak dan melupakan untuk menutup pintu. Itulah habitat dari Huang Renjun. Lupa untuk menutup pintu.
Jeno hanya menghembuskan napas kesal dan pergi ke bawah.
Sesampainya dibawah dia disambut oleh kedua orangtuanya— Ten dan Taeyong. Mereka sedang berbicara tentang sesuatu yang membuat pipi Ten memerah. Entah sesuatu apa itu.
"Eh jen? Ayok makan sini.." Ajak Ten, dari intonasi berbicara Ten, Dia mengajak Jeno seperti tamu.
Jeno lalu duduk di meja makan dan memakan makanan yang dimasak oleh Bundanya tercinta— Ten.
"Gimana enak gak? Itu bunda pertama kali bikin Yakisoba." Bundanya berkata. Menunggu respon dari anaknya. Lalu anaknya hanya mengangguk yang berarti iya/enak.
895 words.
jangan lupa voment 🧐
makasoyyy~~~~~~
btw sekalian, mau buat kalian oleng hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Virtual - Jaemjen.
Fanfiction"jadi lu itu jaemin..?" tanya jeno lewat ponselnya itu. ya, dia sedang berbicara lewat ponselnya dengan seorang bernama Na Jaemin, teman 'virtual' selama dua bulan itu. Na Jaemin adalah seseorang yang Lee Jeno benci di dunia nyata. sangat benci. Na...