0.1 ❛ Bianglala

49 8 18
                                    

'''

Gadis dengan pakaian kasual itu mulai berjalan menuju belakang panggung kecil di dalam kafe bernuansa modern dengan menggunakan sisi tahun 90-an membuat kesannya tidak terlalu kuno.

Ia melambaikan tangan pada lelaki yang duduk tak jauh dari panggung. Lelaki itu tersenyum hangat kemudian meraih pinggang ramping milik gadis cantik itu.

"Mas udah lama nunggu, ya?" tanya gadis itu – Amira Rengganis.

Lelaki itu menggeleng kemudian merapikan anak rambut Rengganis yang sedikit terjatuh di depan wajah cantiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelaki itu menggeleng kemudian merapikan anak rambut Rengganis yang sedikit terjatuh di depan wajah cantiknya.

"Engga kok, dek..." jawabnya.

Rengganis tersenyum simpul kemudian melihat ke sekeliling.

"Mas hari ini ga ikut tampil ya?" tanya nya

"Iya nih, mas nunggu aja di sini, lihatin cantiknya mas tampil," terang lelaki itu – Aljendra Gutawa.

Pipi gadis itu bersemu, Rengganis kemudian tertawa renyah.

Jendra tertawa ringan, “kenapa nih merah pipinya?”

Rengganis mengerucutkan bibir, “MAAAASSS!!”

Jendra tertawa. Puas menjahili gadisnya.

“Kenapa?? Mas nanya loh...” ujarnya.

Rengganis menghentakkan kedua kakinya geram akan tingkah laku laki-laki kesayangannya ini. Terlebih lagi melihat Jendra tertawa terbahak karena berhasil melakukan salah satu hobinya –membuat gadisnya kesal bukan main.

Seperti saat–

“DIAM, MAS! DIAM! GANIS LAGI KESEL!”
Lelaki itu justru tidak mau diam.

Ia semakin melancarkan aksinya dengan menggoda Rengganis habis-habisan hingga pipi gadis itu bersemu juga gertakan menggemaskan dari seorang Amira Rengganis. Nyatanya gadis itu memang menggemaskan, Jendra semakin gencar mengingatkannya pada kejadian tempo hari lalu. Rengganis salah memanggil orang, niatnya ingin memanggil Jendra, tapi ternyata yang ia panggil bukanlah Jendra melainkan bapak-bapak berkumis tebal.

“Loh? Kan bikin kamu kesel salah satu hobinya mas...”

Rengganis sudah berkaca-kaca. Melihat hal itu Jendra tertawa gemas kemudian menarik gadisnya kedalam pelukan hangatnya. Ia mengusap lembut surai hitam sebahu milik Rengganis dan mengecupnya berkali-kali.

“Bunda...Maafin anak bunda ya, calon mantunya hampir nangis nih bun... Maaf ya bun...” ucapnya.

Rengganis menahan senyumnya dan membalas pelukan hangat dari lelakinya itu.

“Jangan dimaafin, bunda! Mas nya jail!! Ayo cubit dia bunda!” teriak Rengganis.

Jendra terkekeh kemudian melepaskan pelukannya guna menatap gadis yang berhasil mengisi hatinya setelah Kinanti –sang Bunda.

Turunkan Aku Perlahan [ LEE JENO & YOU ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang