Lembaran Ketiga

1.1K 237 84
                                    

Kegiatan sehari-hari Taehyun hanyalah berpusat pada kuliah, mengerjakan tugas, organisasi. Tidak ada hal lain yang dia lakukan di luar itu. Benar-benar tidak ada. Sekalipun dapat hari libur maka dia lebih memilih berkebun di halaman depan kosannya.

"Lo ngapain sih? Itu kemarin ada disebelah kanan ngapain dipindah ke sebelah kiri?"

Minho datang membawa segelas kopi dan menduduki kursi di teras kosan. Dia mau bersantai ria dulu karena baru saja beres revisian.

"Di tempat sebelumnya kurang kena cahaya, Bang. Bahaya kalau etiolasi."

Minho hanya melongo saja. Dia bukan anak biologi. Otaknya langsung konslet mendengar istilah asing keluar dari mulut Taehyun.

"Ehh anjir sepuluh menit lagi."

Junho datang dengan kondisi yang mengenaskan. Rambutnya berantakan, kemejanya masih agak lecek dan mukanya masih muka bantal sekali. Dia dengan terburu-buru memakai sepatunya dan menaiki sang motor.

"Bangsat bensinnya merah."

Jelaslah merah. Kemarin dipakai seharian buat membahagiakan gebetan. Lupa kalau esok hari masih harus dibawa ke kampus. Junho kira libur tapi ada jadwal pengganti ternyata.

"Minjem motor dong."

"Ambil aja kuncinya di kamar."

Tentu saja yang menawarkan adalah Taehyun. Sudah dibilang Taehyun itu anaknya tak aneh-aneh. Kalau libur begini ya benar-benar tak akan pergi kemanapun.

Junho akhirnya berangkat dengan motor Taehyun. Tak selang lama, datang seorang gadis dengan membawa rantang makanan. Senyumnya cerah sekali saat membuka pagar.

"Kak, ada titipan dari mamah buat anak kos."

Minho yang sudah senyum sumringah dilewati begitu saja karena gadis tadi lebih memilih menghampiri Taehyun yang masih bermain tanah.

"Kasihin ke bang Minho aja. Tangan saya lagi kotor."

Gadis itu menyerahkan rantangnya pada Minho dan kembali menghampiri Taehyun. Dia ikut berjongkok disebelah Taehyun.

"Iya, makasih Seeun."

Ucapan makasih Minho dianggap angin lalu oleh gadis yang dipanggil Seeun. Dia sedang asik mengobrol dengan Taehyun. Menanyakan ini dan itu dengan antusias. Minho hanya bisa memaki dalam hati sambil mengelus dada.

"Kak Taehyun kok aku chat gak bales?"

"Kapan ngechatnya?"

"Kemarin lusa. Aku mau minta bantuan ngerjain tugas padahal."

"Ketumpuk kayaknya. Maaf, ya."

Bohong, ketumpuk apanya. Memang tak niat balas saja Taehyun. Dia tahu sekali akal-akalan anak semata wayang ibu kos itu. Lagipula terlalu banyak nomor tak dikenal yang chat Taehyun. Pusing sendiri dia jadinya.

Salah sendiri tak menyimpan semua nomor orang. Roomchat pun rajin dibersihkan dan hanya menyisakan roomchatnya bersama Beomgyu.

"Pasti gak lo save kan nomornya Seeun?"

Minho bertanya saat Seeun sudah pergi. Rantang makanan sudah dimasukan ke dalam. Sudah diumumkan ke tiap kamar juga kalau di dapur ada sayur asam, ikan asin, tahu tempe dan sambal dari bu kos.

"Buat apa? Gak penting."

"Biar apa sih? Seposesif itu pacar lo emang? Kontak lo ditanyain satu-satu gitu?"

"Enggak, Beomgyu jarang pegang hape saya kalau ketemu. Saya inisiatif aja. Cari aman juga kalau tiba-tiba doi buka kan jadi gak marah-marah."

"Padahal kalau lo pacarin Seeun lumayan. Siapa tahu uang kosan jadi gratis."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Te Wo Tsunaide ; TaegyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang