“Kak, Yunseong mana?”
Pagi itu, Byungchan sedang sibuk menyapu dedaunan kering di depan rumahnya saat Yoonbin datang. Pemilik marga Choi itu tidak tahu pasti apa yang membawa Yoonbin ke rumahnya saat hari masih sepagi ini. Sedikit mengherankan jika tujuannya adalah karena sebuah nama yang lelaki Ha itu sebut tadi. Karena pemilik nama itu seperti biasa—entah ada di mana.
Byungchan sendiri tidak memberikan jawaban. Yang ia lakukan hanya menatap Yoonbin sedikit lebih lama sebelum mengendik acuh dan kembali sibuk dengan pekerjaannya. Lagi pula, tidak ada informasi lebih yang harus ia beritahukan pada adik sepupu Seungwoo itu.
“Kapan pulangnya dia, kak?”
“Gak tahu. Besok, mungkin. Kemarin juga dia gak pulang.”
Tidak ada jawaban dari Yoonbin setelah itu. Byungchan juga tidak mau sibuk untuk memikirkannya. Ia lebih memilih untuk melanjutkan pekerjaannya—ia harus pergi bekerja setelah ini. Tapi, saat ia masih sibuk membersihkan halaman kecil rumahnya, ia sempat melihat Yoonbin yang bergerak masuk ke dalam rumah. Sedikit banyak, ia sudah tahu apa yang akan anak itu lakukan di dalam sana.
Saat Byungchan selesai dengan pekerjaannya, seseorang yang keberadaannya dipertanyakan Yoonbin—dan Byungchan, tentu saja—terlihat menampakan batang hidungnya di depan rumah itu. Wajahnya tidak menampilkan ekspresi apapun—seperti biasanya—tapi, Byungchan cukup paham jika anak itu baik-baik saja, bahkan senang-senang saja. Lima tahun hidup dengan anak itu, si Choi itu sudah cukup paham dengan kelakuannya.
“Santai bener hidup lo, sialan.”
Byungchan menyapa lelaki itu lebih dulu—Yunseong namanya—setelah ia membereskan sapunya. Lelaki Choi itu lalu pergi ke kran air yang ada di sudut halaman rumah dan mencuci tangannya di sana. Yunseong sendiri menyusul di belakangnya—mungkin untuk mencuci wajahnya. Byungchan cukup paham jika anak itu butuh sedikit air untuk membuatnya segar setelah melakukan hal-hal kotor sepanjang malam.
“Ya kalo bisa santai, kenapa harus ribet?” Lelaki pemilik marga Hwang itu menyahut santai. Seperti apa yang Byungchan pikirkan, ia segera mencuci wajahnya tepat setelah Byungchan selesai mencuci tangannya.
“Kata gue, lo gak waras sih.”
“Yang penting gue dapat duit, bisa makan dan bisa hidup.”
Jawaban acuh Yunseong membuat Byungchan mendengus malas. Selanjutnya ia berbalik, akan masuk ke rumah. Tapi, suara Yunseong dari tempat yang sama membuat ia kembali menoleh dan menatap anak itu.
“Eh kak, gue mau nanya sesuatu sama lo.”
“Apa?”
“Butuh sesuatu gak?”
“Butuh apa?” Bukannya menjawab pertanyaan yang Yunseong ajukan, Byungchan malah mengajukan pertanyaan lain. Yang dapat ditebaknya sukses membuat Yunseong mendengus di antara kegiatan mencuci mukanya.
“Ya apa gitu. Gak usah sok bego deh.”
“Terus kalo gue lagi butuh sesuatu lo mau apa? Lo mau ngasih gue duit buat itu? Maaf-maaf aja ya, Seong, gue ogah pake duit dari lo. Hasil dosa semua.”
“Sok suci lo. Kayak gak pernah bikin dosa aja.”
Byungchan tidak lagi menjawab ucapan Yunseong. Ia lebih memilih untuk melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam rumah. Yunseong sendiri kembali mendengus sebelum bergerak cepat untuk menyudahi kegiatannya sebelum ikut masuk ke dalam rumah.
Saat masuk ke dalam rumah, baik Byungchan maupun Yunseong—keduanya—dapat melihat sosok Yoonbin yang kini duduk di sebuah kursi kayu yang menghadap meja kecil di tengah ruangan. Byungchan tidak peduli dengan anak itu yang sudah memegang sebuah gelas besar—mungkin berisi susu atau apapun itu. Yunseong lebih tidak peduli dan langsung melangkah ke arah sofa butut di sudut ruangan. Sudah dapat dipastikan jika lelaki Hwang itu akan langsung tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT MAN || HWANGMINI
FanfictionThat man and his story about his love. . . A collaboration book by YoNa. ⚠️ BXB