I

26 0 0
                                    

"Ladies and gentlemen, bullying may seem like a small problem for some people. Most people may not realize that the damage caused by bullying can be so serious. It can be as serious as “death” in extreme cases. If you think that bullying is not a serious matter to deal with just because it merely hurt “feelings” then I have to tell you that you are completely wrong. This “merely hurt your feelings” thing can be the beginning of various worse scenarios such as physical assault, suicide, or any other kinds of violent acts carried out in the name of revenge."

"As I said just now that bullying is not a serious problem for some people, just because we simply don’t see the damage. But the thing is, based on my experience as a teacher, I learned that the effect of bullying can stay undetected for years. During this time, the effect of bullying keeps corrupting the soul of the victim. They may hold it inside as a grudge, or they may also develop trauma which may result in self-withdrawal. I believe that this is something that we don’t want to happen to our children. That is why we have to act right now to stop it, and I mean all of us with no exception."

Prok!

Prok!

Prok!

SUIT SUIT SUITTTTTT!!!!

Tepuk tangan dan sorak sorai yang membuat telinga sakit tiba-tiba memenuhi  ruang kelas 7 E. Hanin baru saja selesai membacakan pidato dengan cara menakjubkan. Pidato itu tertulis di dalam buku kurikulum bahasa Inggris tingkat smp yang ia pegang.

Hanin berdiri menjadi pusat perhatian para murid, namun dirinya sama sekali enggak merasa senang. Hanin kini malah melotot pada seorang murid cowok yang bisa dikatakan sedang membuat onar. Satu-satunya murid yang bertepuk tangan dan bersorak dan membuat telinganya sakit. 

"Melvino, be quiet please! Sekarang Miss Hanin minta kamu ke depan! Baca contoh yang ada di halaman selanjutnya!" Perintah Hanin tegas pada murid cowok itu.

Sedangkan murid cowok yang tadi bertepuk tangan dan bersorak langsung mengkeret di tempat duduknya. Namanya Melvino. Ia tiba-tiba dilanda grogi berlebihan. "EHHHH, KOK SAYA, MISS?!" Serunya.

"Si Saga aja tuh, Miss. Katanya cita-citanya mau jadi pelaut!"

Mendengar namanya disebut-sebut, Sagara teman sebangku Melvino sontak saja menoleh. "Lah apa hubungannya pelaut sama pidato Bahasa Inggris, No?" Ia bertanya bingung.

"Ya kali aja Lo mau coba pidato di depan ikan-ikan biar ikannya mau masuk ke jaring Lo gitu," Jawab Melvino ngarang.

"Ah, ngarang Lo! Lagian cita-cita gue mau jadi pelaut bukan nelayan! Udah sana maju!" Sagara mendorong bahu Melvino pelan. Memaksanya untuk menuruti perintah Hanin.

"Go! Melvino! Atau Miss bikin merah rapot kamu semester depan. Mau?"

Hanin mencoba mengompori Melvino agar murid cowok itu mau maju ke depan. Namun bukannya takut, Melvino malah kelihatan senang mendengar kalimat yang diucapkan Hanin.

"Nah begitu aja Miss, bagus. Biar rapot vino berwarna gitu. Kan bosen liat rapot Vino yang tulisannya A warna item semua..."

Puk!

Sebuah pulpen melayang ke muka Melvino.

Bram, yang enggak senang dengan kalimat Melvino berucap sewot. "Enak bener Lo ngomong, No! Gak bersyukur banget! Gue aja yang rapotnya belang-belang pengen kayak elo!"

"Sans Bram, kalo Lo mau kita tukeran nilai nih," ucap Melvino santai.

Bram kebingungan. Ia tiba-tiba bertanya pada Hanin dengan muka polos yang dibuat-buat. "Lah emang bisa, Miss?" Tanya Bram. Kemudian ia bertanya lagi pada Melvino. "Emang Lo ikhlas, No?"

"Melvino gak usah ngada-ngada ya kamu!" Hanin yang sedari tadi hanya mendengarkan percakapan Melvino dan Bram tiba-tiba menyela.

"Gue ikhlas kok. Asal ada syaratnya."

"Apaan?"

"LO MAU BERSIHIN KANDANG SINGA DI RUMAH GUE!"

Sontak saja seluruh murid di kelas itu tertawa mendengar teriakan sekaligus lelucon Melvino.

• • •

ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang