14

115 15 0
                                    






"Huaaa!! Bagus banget!!" pekik gue sambil lari-lari kecil.

"Hei, hati-hati," sahut Jeno yang ngeliatin gue.

Jeno ngajak gue ke puncak malem-malem. Dingin, tapi gue puas sama pemandangan nyata yang ada di depan gue.

"Makasih udah ngajak gue ke sini," ucap gue tulus sambil meluk Jeno.

"Iyaa sayang." Jeno ngebales pelukan gue sambil senyum.

Gue sama Jeno duduk di tempat yang emang udah disediain.

Gue natap langit-langit yang penuh bintang dengan senyuman yang gak lepas dari muka gue.

"Ra, liat sini dulu," panggil Jeno yang ngebuat gue ngeliat ke arahnya.

Tiba-tiba aja Jeno masangin gue kalung.

Gue natap Jeno bingung.

"Hadiah dari gue sebagai ucapan terima kasih karena udah suka sama gue," katanya dengan mata yang ilang alias senyum.

Gue ngeliat kalung yang udah terpasang di leher gue.

"Ini...."

"Ya, itu kalung yang waktu itu lo pilih. Maaf gue gak langsung kasih ke lo, gue nunggu waktu yang tepat," jelas Jeno.

Dengan berkaca-kaca gue natap Jeno dan langsung meluk Jeno erat.

"Ra, lo nangis?" tanyanya.

Gue emang nangis terharu.

"Gue terlalu bahagia tau!" Gue mukul bahu Jeno pelan.

"Hahaha, gue tau kok." Jeno ketawa kecil.

"Jeno..." panggil gue terus Jeno noleh.

"I love you."

"Iya gue tau." Jeno masang muka songong.

"Ihh, kok gak dibales?" pekik gue kesel.

"Hahaha, iya, iya."

Jeno malah natap gue dalem.








"I love you so much, Jung Mira. Gue harap kita bisa bersama sampai tua nanti."



"Gue pun berharap begitu. Once again, I really love you, Lee Jeno."











•—•End•—•

Perfect | Lee Jeno ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang