Dingin.Tidak ada yang bisa dirasakan oleh Niken selain rasa dingin. Tubuhnya terasa kaku, tidak dapat ia gerakkan. Silau sinar juga membuatnya tidak mampu membuka matanya. Ia masih bertanya-tanya, dimana kini ia berada.
***
"Operasinya berjalan lancar."
"Huft ... syukurlah ...."
Niken Stevany, wanita yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di sebuah perguruan tinggi terbaik, di kota tempat tinggalnya. Tidak seberuntung teman-temannya, hingga kini Niken masih menjadi seorang pengangguran dan tidak memiliki rencana kerja dalam waktu dekat. Ia masih ingin menikmati masa liburnya setelah belasan tahun menempuh ilmu.
Hari ini, tepatnya dimana seharusnya Niken melakukan liburan di luar negeri, justru menjadi hari operasi dadakannya. Ia dan sahabatnya –Seva-, memiliki perjalanan untuk berlibur ke Negeri Ginseng bersama. Namun kecelakaan naas saat menuju ke bandara menimpa keduanya dan membuat Seva meninggal dunia.
"Dia masih belum sadar."
"Aku akan menemaninya hingga ia sadar."
Abdagani Moses, seorang dokter yang mendapat tugas pengabdian di sebuah desa terpencil, saat mendapat izin untuk pergi ke kota, melihat kekasihnya yang telah menghembuskan napas terakhir.
Seva Animaya, kekasih Gani sejak duduk dibangku sekolah menengah atas. Dimana mereka kenal, hingga berpacaran berkat Niken, yang sudah bersahabat dengan Gani sejak dibangku sekolah dasar. Hubungan Gani dan Seva bukan hanya sebatas kekasih saja, Gani sudah melamar Seva dan mereka akan melangsungkan pertunangan setelah Seva pulang berlibur dari Korea. Namun sayang, Tuhan berkehendak lain, Seva bukanlah jodoh yang telah digariskan Tuhan untuknya.
"Hmph!" dengus Niken, masih dengan mata yang terpejam.
"Niken?" panggil Gani, yang sejak tadi menemani Niken berada di kamar inapnya. "Aku di sini, kamu tidak perlu risau."
Gani masih dalam keadaan duka, terlihat matanya yang sembab karena menangisi yang terkasih, berpulang selamanya. Namun ia juga tidak bisa meninggalkan Niken yang tidak memiliki keluarga. Niken adalah seorang yatim piatu sejak usianya 17 tahun. kedua orang tua Gani yang mengadopsinya, untuk membiayai materi. Tidak ingin terlalu banyak membebani, Niken berhasil kuliah dengan beasiswa dan juga kerja paruh waktunya setiap akhir pekan.
"Niken, sebaiknya kamu istirahat dulu. Jangan memaksakan diri untuk banyak bicara dan juga bergerak," ujar Gani.
"S—seva ...," ucap Niken terbata, namun jelas mulutnya mengucap 'Seva'.
"Dia sedang istirahat, kamu juga sebaiknya istirahat."
***
Flash back
"Niken memiliki masalah pada hatinya. Ia masih mampu bertahan hidup selama kerusakan hatinya belum semakin buruk. Namun sebaiknya ia segera mendapatkan cangkok hati," ujar Gani mempraktekkan gaya bicara dokter yang menangani Niken.
"Apa Niken tahu kalau sakitnya separah ini?" tanya Seva.
Gani menggelengkan kepalanya dan berkata, "Ayah dan Ibu tidak mengizinkannya."
"Lalu, bagaimana caranya bisa mendapatkan cangkok hati untuk Niken?"
"Aku tidak tahu. Pihak rumah sakit sudah mengeceknya, namun ... memang belum ada pendonor. Lagipula ... orang yang mendonorkan hatinya, biasanya orang yang baru saja meninggal atau akan meninggal."
"Hmmm, Gani ... dimana dan bagaimana caranya, jika ingin mendaftarkan diri sebagai pendonor?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble is a Friend (Kalau Teman, Jangan Cinta)
RomanceNiken Stevany, mendapat pesan melalui mimpi untuk mengabdi sebagai guru di sebuah desa terpencil. Bersama dengan sahabatnya --Gani-, ia banyak mendapat pengalaman selama mengabdi di desa tersebut. Bukan hanya pengalaman tentang wawasan saja, namun p...