🍁MAIRA🍁- Terbiasa dengan hinaan

26 6 0
                                    

***
"Menjawab celotehan itu adalah kunci pembuka pintu kejelekan. Mendiamkan orang yang bodoh dan dungu adalah kemuliaan. Sebagaimana padanya menjaga kehormatan dan perdamaian"

[ Al Imam Syafi'i Rahimahullah ta'ala ]

***

Byuurr

"Aww," pekik seorang perempuan yang terkena tumpahan air. Ia pun mendongak ke atas untuk melihat siapa yang telah melakukan hal tersebut pada nya.

"Lo!" geram Bela ke arah Maira dengan sorot mata yang tajam.

Ya Bela Ayudia siswi paling terkenal di seantero sekolah. Bukan, bukan karena dia cerdas. Melainkan, karena dia merupakan anak pemilik dari sekolah. Bela juga mempunyai teman bernama Fifi dan Tasya. Mereka sering di sebut dengan Trio Bullying. Sebutan itu memang pantas untuk mereka yang suka membully bahkan merendahkan seseorang yang berada di bawahnya.

"Ma-maaf bel aku nggak sengaja." ucap Maira pelan sambil menunduk takut.

Bela yang mendengar itu pun makin geram terhadap Maira. Bela pun mencengkram dagu Maira dengan kuat sehingga membuat maira meringis pelan.

"Ish," ringis Maira pelan.

"Heh, lo tuh ya! Mau lo apa sih?! cari gara-gara terus sama gue!" ucap bela sambil menghempaskan dagu Maira dengan kasar.

Maira yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa menunduk dan menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangisannya.

"Lo tuli hah! JAWAB!" teriak Bela marah. Sontak, semua penghuni kantin pun melihat ke arah mereka.

Ya sekarang mereka memang sedang berada di kantin untuk menikmati waktu istirahat.

"Ma-maaf bel, aku bener-bener nggak sengaja." Maira semakin menundukkan kepalanya takut.

"Halah alasan! Ooh, gue tau. Lo pasti iri kan sama Gue, iya kan?" desak bela marah.

Maira menggeleng pelan.

"Orang kayak lo emang nggak pantes buat sekolah di sini! Di sini tuh tempatnya buat orang-orang kelas atas. Sedangkan Lo?" ejek Bela tersenyum miring. "MIMPI JANGAN KETINGGIAN! dasar ORANG MISKIN! Upss!" ucap Bela sarkatis membuat ulu hati Maira berdenyut nyeri mendengar apa yang di lontarkan oleh bela.

"Astaghfirullah yaa Allah, kuatkan hati hamba," ucap Maira dalam hati.

Orang-orang yang di sana pun menatap ke arah Maira dengan tatapan yang berbeda-beda. Ada dengan tatapan iba kasihan ada juga dengan tatapan senang melihat Maira di bully.

Terlihat seseorang dari arah belakang yang berjalan tergesa-gesa ke arah Maira dan juga Bela. Orang itu ialah Zahra Afifah sahabat paling dekat dengan Maira.

"Mai, kamu nggak papa kan?," tanya Zahra dengan nada khawatir.

Maira hanya menjawab dengan gelengan kepalanya.

Zahra menoleh ke arah bela dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Apa lo, hah! Mau belain si miskin ini." tunjuk Bela ke arah Maira.

MAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang