P A R T 1

101 15 0
                                    

***

"Tapi Tante, Alea akan bekerja di apotek Medika. Jadi enggak mungkin juga kalau Alea kerja di rumah Tante sebagai susternya anak Tante," ujar Alea terus terang.

Ny. Indah tampak mulai berpikir, kemudian ia kembali memegang kedua tangan Alea dengan sangat erat.

"Tante mengerti hal itu. Tapi Tante mohon sama kamu bantu Tante sembuhkan anak Tante. Sebagai gantinya, Tante akan beri kamu gaji dua kali lipat dari apotek Medika," ucap Ny. Indah dengan kedua bola matanya yang sudah berair.

Alea diam. Ia bingung harus memutuskan apa.

"Tante mohon, Nak. Bantu Tante." Kini Ny. Indah memohon pada Alea dengan mengeluarkan air mata.

Sungguh, Alea jadi tidak tega jika melihat seorang ibu menangis, apalagi jika menangis sembari memohon padanya seperti ini.

Alea lebih tidak tega.

"Hmm Tante, sudah ya jangan nangis. Kalau Tante nangis, Alea bakal ikutan nangis," ucap Alea, lalu mengusap air mata Ny. Indah dengan ibu jarinya.

"Tante tetap akan memohon padamu, Nak. Bantu Tante," lirih Ny. Indah, dimana kedua tangannya mulai terangkat untuk disatukan.

Alea yang melihat itu menggeleng. Ia tidak mau jika ada seorang Ibu memohon padanya seperti itu.

"Tante ... Tante, Alea mohon jangan seperti ini. Alea harus berpikir dulu, jadi beri Alea waktu," pinta Alea.

"Baiklah, Tante akan beri kamu waktu. Jika kamu mau, tolong hubungi Tante. Ini nomor Tante."

Ny. Indah mulai mengeluarkan kertas kecil dan pena dari dalam tasnya. Kemudian ia menuliskan nomor di atas kertas tersebut, lalu memberikannya pada Alea.

"Tolong hubungi Tante secepatnya, ya. Tante harap kamu bersedia jadi susternya anak Tante. Tante akan menunggu kamu," ujar Ny. Indah dengan senyuman tipis.

Alea pun ikut tersenyum. Ia tidak menyangka kalau Ny. Indah akan menaruh harapan besar padanya, padahal ia sendiri adalah gadis asing yang tak sengaja lewat.

***

Saat ini, Alea berada di kamarnya. Ia tidak makan apapun sejak pulang mencari kerja karena memikirkan perkataan Ny. Indah.

Bahkan Alea belum memberitahu Ibu dan Neneknya mengenai dirinya diterima kerja di apotek Medika.

'Ya Tuhan, aku harus apa?'

Alea benar-benar dilanda kebingungan. Di satu sisi ia takut merawat anak Ny. Indah, di satu sisi ia juga merasa kasihan kepada Ny. Indah karena tidak ada wanita yang mau menjadi suster bagi anaknya.

"Kalau gue bersedia, nanti anak Tante Indah malah nyerang gue lagi. Tapi kalau gue nolak, sama saja gue nyakitin hati Tante Indah, secara dia naruh harapan besar ke gue," ucap Alea.

"Arghhh, bener-bener bingung tau gak." Alea mengacak-acak rambutnya karena saking frustasinya.

Tring!

Pesan whatsapp muncul dari layar handpone milik Alea. Setelah ia lihat, ternyata dari Lisa, sahabat karib Alea.

[Ya, lo di terima kerja gak?]

[Alhamdulillah diterima. Kalau lo gimana, Lis?]

[Belum nih, gue masih nyari. Padahal gue kepengen kerja di apotek.]

[Lo yakin pengen kerja di apotek?]

[Ya yakinlah, secara gue pengen tau rasanya bekerja di apotek.]

IQBAL dan ALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang