P A R T 3

150 11 2
                                    

***

Alea duduk di atas bed cover, menunggu Iqbal yang terlihat mondar mandir mencari sesuatu. Mungkin Iqbal sedang mencari kotak p3k. Begitulah yang ada di pikiran Alea.

Sementara itu Ny. Indah memutuskan keluar kamar, membiarkan Iqbal mengenal lebih dekat tentang susternya, Alea.

Di sisi lain, Alea tersenyum melihat tingkah Iqbal. Dimana kala itu tangan Iqbal tidak bisa diam memukul-mukul kepalanya sendiri yang seolah sedang menyalahkan diri sendiri.

"Iqbal, kamu lagi cari apa?" tanya Alea.

"Iqbal lagi cari sesuatu ... iya, sesuatu. Tapi Iqbal lupa apa yang sebenarnya Iqbal cari," jawab Iqbal, yang membuat Alea menggeleng-gelengkan kepala dan tak berhenti tersenyum.

Alea tau saat ini Iqbal sedang mencari kotak p3k. Tapi Alea memaklumi mental Iqbal terganggu makannya Iqbal sering lupa apa yang sedang dilakukannya.

"Biar suster bantu cari ya," ucap Alea, bergegas untuk bangkit dari tempat duduknya.

"Hey suster, jangan berdiri," sahut Iqbal yang seketika langsung berlari menghampiri Alea dan mendudukkan Alea kembali di atas bed cover.

"Suster harus duduk. Jangan berdiri," peringat Iqbal, lalu duduk di samping Alea.

"Terus suster harus ngapain kalau gak boleh berdiri?" tanya Alea.

"Suster hanya perlu diam," timpal Iqbal dengan ekspresi wajah datar namun imut ketika dipandang oleh Alea.

Ya, saat ini Alea memandang lekat setiap inci wajah Iqbal. Hidung ... mata ... pipi, semuanya terlihat indah.

Namun, wajah Iqbal yang kumal dan dipenuhi oleh spidol, membuat siapapun yang melihatnya akan lari terbirit-birit. Sama halnya dengan Alea ketika pertama kali melihat sosok Iqbal. Ia sempat menyangka Iqbal adalah seorang monster.

Dan ya, bukan hanya wajah Iqbal saja yang kumal dan kotor, melainkan sekujur tubuh Iqbal juga ikut terbawa kotor. Entah kapan Iqbal terakhir kali mandi.

Namun yang pasti Alea ingin sekali melihat sosok Iqbal yang bersih. Alea penasaran seperti apa nantinya jika Iqbal dimandikan.

Brttt ....

Mata Alea membulat saat melihat Iqbal tiba-tiba merobek ujung baju yang dipakainya.

"Apa yang kamu lakukan, Iqbal? Kenapa kamu merobek bajumu?" tanya Alea to the point.

"Stttt ...." Iqbal meletakkan jari telunjuk di bibirnya sendiri, mengisyaratkan Alea untuk tetap diam.

Alea hanya bisa menurut. Entah apa yang akan dilakukan Iqbal nantinya. Namun yang jelas Alea kembali dikejutkan ketika Iqbal mengikat sobekan baju itu pada telapak tangannya yang berdarah.

Deg!

Jantung Alea mulai berdetak tak karuan. Melihat Iqbal perhatian seperti ini padanya, membuat Alea tersenyum haru.

Andai saja Iqbal tidak gila, mungkin Alea akan menceritakan banyak hal kepada Iqbal mengenai dirinya.

"Iqbal, suster boleh bertanya nggak?"

Iqbal hanya menhawab dengan anggukan, karena ia masih sibuk mengikat sobekan baju pada lengan Alea yang satunya lagi.

"Apa kamu mempunyai teman selain Mama dan suster?" Rasanya canggung sekali bertanya hal itu, namun bagaimanapun juga Alea harus bertanya untuk memastikan.

Iqbal menggeleng pelan. "Enggak ada. Teman Iqbal cuma Mama dan suster doang. Yang lainnya orang jahat," kesal Iqbal.

Alea tersenyum. Dalam hati Alea penasaran masa lalu apa yang membuat mental Iqbal tergganggu, dan siapa orang jahat yang dimaksud Iqbal.

IQBAL dan ALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang