i. ceremony | m. issei

719 110 15
                                    

bagi sebagian orang hari senin itu sangat menyebalkan, apalagi bagi para pelajar. pagi hari ketika sampai di sekolah mereka harus upacara bendera sebelum memulai kelas.

terik matahari pagi memang tak menyengat seperti disiang hari, tetapi tetap saja terasa panas dikulit. belum lagi rasa engap ketika berdiri di tengah kerumunan orang satu sekolah, benar-benar melelahkan.

kini di tengah lapangan sekolah, para guru dan osis sedang mengatur barisan. suara teriakan yang saling bersahutan sudah menjadi hal biasa ketika persiapan upacara.

[name] menghela napas, rasanya malas sekali berdiri selama 30 menit di lapangan.

matanya melirik kelas sebelah, sedang mencari pemuda berambut ikal yang selalu memasang ekspresi hidup enggan mati tak mau.

ketemu.

tidak sulit mencarinya karena tubuh pemuda itu tinggi, matsukawa berdiri di samping hanamaki yang sedang bergosip dengan para gadis sambil menguap lebar.

rona merah kini hadir pada pipi [name], selalu seperti ini ketika dia mencuri pandang matsukawa dari jauh.

sudut bibirnya terangkat dan tersenyum kecil, memandang mas crush diam-diam seperti ini rasanya menyenangkan.

asal tidak ketahuan saja.

ini rutinitas pagi yang dilakukan [name] agar dia kuat menjalani upacara bendera, menambah asupan serotonin dalam tubuh dengan memandang matsukawa sebagai pasokannya.

“para murid diharap segera berkumpul di lapangan karena upacara pagi akan segera dimulai, mohon tertib dalam membuat barisan karena kalau kalian lama berbaris kalian akan semakin lama berdiri di lapangan.”

suara yang keluar dari speaker menggema ke penjuru sekolah, [name] melengos sebal lalu memilih untuk berbaris dengan rapih agar upacara cepat dimulai dan cepat selesai.

tapi sebelum itu [name] kembali melirik pada matsukawa, dan jantungnya berdebar dua kali lebih kencang.

matsukawa menatapnya.

matsukawa membalas pandangnya dari barisan kelasnya.

[name] membeku di tempat, bingung harus melakukan apa setelah ketahuan mencuri pandang pada matsukawa. jadi dia hanya menunduk menatap ujung sepatunya yang putih bersih sebab baru dicuci.

wajah [name] sudah pasti merah padam, apalagi selama lima detik mereka saling menatap matsukawa tersenyum miring.

iya. matsukawa tersenyum padanya dengan senyuman khas matsukawa sekali.

‘sialan. dasar matsukawa sialan.’ begitulah umpatan [name] dalam hati untuk matsukawa.

“udah nih?”

seluruh tubuh [name] menegang, suara bisikan dengan nada rendah pada telinganya membuat bulu kuduknya berdiri.

sialan, itu suara matsukawa issei.

kapan pemuda itu pindah ke belakangnya? apa karena [name] terlalu sibuk menatap ujung sepatunya yang putih bersih jadi dia tidak sadar?

‘sialan, matsukawa issei sialan.’ rutuk [name] sekali lagi.

harusnya barisan kelas matsukawa berjarak empat baris dengannya, tapi kenapa pemuda jangkung itu ada di sini?

“makanya jangan bengong terus, disamperin setan kan jadinya.” celetuk hanamaki.

[name] menoleh ke samping dan mendapati hanamaki ada di barisan laki-laki kelasnya, jadi mereka berdua pindah ke barisan kelasnya gitu?

“iya, lo setannya.” timpal matsukawa dari belakang [name].

sepertinya matsukawa berada tepat di belakangnya, karena hembusan napas hangat matsukawa begitu terasa ditengkuk [name].

hanamaki tertawa, “bilang makasih kek udah ditemenin menyelinap ke kelas mba crush juga.”

mba crush katanya? [name] boleh geer gak nih?

“iya. makasih setan.”

“bangsat.”

[name] masih diam di tempat, masih memproses apa yang sedang terjadi. untungnya dia berada di barisan paling belakang, jadi tidak akan aneh jika ada satu laki-laki yang ikut berbaris di barisan perempuan.

“istirahat nanti bareng gue, biar bisa tatap-tatapan lebih lama pas makan siang. hehe.”

ucapan matsukawa terdengar begitu jelas di telinga [name], ringan sekali dia bicara seperti itu padanya.

tidak tahu ya kalau perbuatan matsukawa memiliki efek buruk untuk kesehatan jantungnya?

[name] mengangguk kecil sebagai respon, di belakangnya matsukawa tersenyum puas.

lalu usapan lembut di kepala [name] adalah penutup interaksi antar keduanya pagi ini tepat ketika upacara pagi dimulai.

kalau begini [name] akan betah upacara berlama-lama jika ada matsukawa di belakangnya.

sungguh senin pagi yang indah bagi [name].

[11.03.2021]

req by :

req by :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
haluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang