Alzheimer: Miss you🔞

2.7K 99 48
                                    

Happy Reading.
.
.
.

Woojin menelusup kan tanganya kedalam pakaian Bangchan, mengelus lekukan pinggul sang mantan kekasih sesekali meremasnya. Woojin melepaskan ciumannya di leher Bangchan, menatap intens pada wajah Bangchan yang matanya masih tertutup kain hitam.

"Kenapa kau tidak bilang pada ku? Kalau sakit Chan...." Woojin mengelus pipi Bangchan lembut, menatap sendu pada sang mantan kekasih.

"Kenapa kau membuat ku membencimu?" Tangan Woojin kini mencengkram pipi Bangchan, tatapan sendu berubah menjadi tatapan marah. Seperti mangsa yang berhasil mengelabui si pemangsa.

"KENAPA SIALAN?! JAWAB AKU!" Dalam sekali tarikan pakaian Bangchan terobek, memperlihatkan banyak memar dan lecet pada dada dan perut Bangchan. Woojin menekan memar tersebut bahkan beberapa kali ia mencakar perut Bangchan.

Bangchan merintih dan sedikit menggeliat. Woojin yang menyadari Bangchan telah sadar pun semakin bersemangat untuk membalaskan rasa sakit pada hatinya.

Ia melepaskan celana yang Bangchan pakai dengan cepat, memandangi tubuh telanjang sang mantan kekasih. Woojin membawa kedua kaki Chan untuk di taruh pada pundaknya, dengan tergesa-gesa ia membuka celananya sendiri dan mengeluarkan penisnya.

Bangchan yang tak bisa banyak bergerak karena penyiksaan yang ia terima tadi, hanya bisa merintih saat merasakan sesuatu menyentuh permukaan lubangnya. Bangchan berusaha bangkit namun kakinya segera di tarik sehingga ia kembali terbaring, punggung dan kakinya terasa sangat sakit seperti akan patah.

Woojin menggigit betis Bangchan "Kau menghancurkan hati ku!" Dalam sekali hentakan ia melesakan miliknya masuk.

Bangchan berteriak kesakitan dan tak bisa berbuat banyak selain meremat sprai ranjang. Ia bisa merasakan benda itu bergerak kasar di dalamnya.

"Ahk! A-ahk! Sakit... Nhk!"

Woojin tak peduli, ia terus bergerak cepat dan kasar tanpa melepaskan atensinya pada kain basah yang menutupi mata Bangchan.

"Ini tidak sepadan...." Gumam Woojin. Desahan nikmat keluar dari mulutnya. Ia merindukan semua yang ada pada Bangchan entah itu dari suara, tawa, tingkah, atau pada tubuhnya.

Woojin selalu merindukan semua itu. Setetes air mata tiba-tiba keluar dari sudut mata Woojin, menetes dan mendarat tepat di dada Bangchan. Pikirannya kembali kacau mengingat jika semua yang ia rindukan bukan lagi menjadi miliknya.

Bangchan meninggalkannya dan memilih pria lain.

Bangchan melupakannya.

"Sakit! Kumohon berhenti!" Bangchan kembali berteriak kesakitan setiap detik merasakan jelas. Woojin menekan tubuh Bangchan, semakin bergerak kuat dan cepat tak peduli rasa sakit yang ia berikan pada orang di bawahnya.

Apapun sakit yang Chan rasakan tidak akan sepadan. Tidak akan pernah sepadan. Woojin memejamkan matanya, melenguh dan tak peduli pada tangisan Bangchan di bawahnya.

Hanya fokus pada kenikmatan yang ia dapat bukan rasa sakit yang ia berikan.

"Kumohon! Ahk! Berhenti!" Setiap suara yang pemuda Bang itu keluarkan justru adalah pemancing libidonya untuk bergerak cepat mengejar kenikmatan.

Tapi entah mengapa rasanya ada yang kurang, seperti ada sesuatu yang penting telah hilang.

Woojin membuka matanya, memandang pada wajah Bangchan yang tepat berada di hadapannya. Apakah pemuda itu masih menangis di balik penutup matanya, mungkin iya dan mungkin tidak.

Suara desahan dan tangisan menggema di seluruh ruangan, suasana memanas dan juga terasa hampa dalam waktu yang bersamaan.

Woojin memejamkan matanya dan menggeram, menikmati sensasi nikmat menjalar ke seluruh tubuhnya ketika cairan putihnya berhasil keluar di lubang Bangchan.

🌷[12] Alzheimer|[Harem B.C]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang