Begini saja ya, selamanya.

494 47 3
                                    

Sekolah Chimon.

Didepan sana beberapa anak sedang tampil membacakan puisi ucapan terimakasih untuk ibu.

"Pernah aku ditegur Katanya untuk kebaikan Pernah aku dimarah Katanya membaiki kelemahan Pernah aku diminta membantu Katanya supaya aku pandai

Ibu.....

Pernah aku merajuk Katanya aku manja Pernah aku melawan Katanya aku degil Pernah aku menangis Katanya aku lemah

Ibu.....

Setiap kali aku tersilap Dia hukum aku dengan nasihat Setiap kali aku kecewa Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat Setiap kali aku dalam kesakitan Dia ubati dengan penawar dan semangat Dan Bila aku mencapai kejayaan Dia kata bersyukurlah pada Tuhan

Namun..... Tidak pernah aku lihat air mata dukamu Mengalir di pipimu Begitu kuatnya dirimu....

Ibu....

Aku sayang padamu..... Tuhanku.... Aku bermohon padaMu Sejahterakanlah dia Selamanya..... "


         Chimon menangis, Kesulitan mengatur nafasnya. Selama ini dia diberikan kasih sayang tanpa batas oleh Papanya yang mana sudah melebihi dari cukup atas peran Ibu yang Chimon inginkan. Dunia dan isinya seolah sanggup diberikan kepada Metawin dan Chimon oleh Papa dan Papii nya. Apa yang selama ini Chimon inginkan lagi apabila seluruh alam semesta pun rela diraih oleh orangtuanya untuk dirinya? Chimon ingin mendekap Papa nya saat ini. Chimon ingin pulang.

Chimon bergegas mengambil tas dan meminta izin kepada wali kelasnya untuk pulang lebih awal, meyakinkan bahwa ada keperluan yang harus Chimon selesaikan. Setelah mendapatkan izin, Chimon lari menghampiri Pak Paijo sembari menggenggam sebatang coklat dan sekotak susu yang chimon dapatkan dari penjual yang ada didepan pagar sekolahnya. Pak Paijo tersenyum lega, seolah mengerti bahwa tuan mudanya sudah mendapatkan sebuah pelajaran berharga.

Sepanjang perjalanan Chimon menangis, menatap keluar jendela sembari merindukan Papanya. Chimon ingin segera sampai rumah. Chimon ingin Papanya, Chimon hanya ingin Papanya. Chimon ingin memeluk papanya.

"Chii!! Kamu sudah pulang nak? Bagaimana disekolah hari ini? Apa menye-" brughh... Chimon menjatuhkan tubuhnya kedalam dekapan Papanya. Chimon menumpahkan tangis nya disana, seolah ada jutaan rindu yang tertahan.

"Papa, maafin Chimon. Maafin Chimon Papa. Huhu maafkan Chimon. Chimon salah, salah sekali, sangat salah." Chimon terus menangis mengingat apa yang selama ini ia lewatkan, keegoisannya telah membutakan kenyataan bahwa kasih sayang melimpah Papanya tidak bisa dia dapatkan dari siapapun, tak dapat digantikan oleh apapun.

"Papa maafkan Chi ya Papa, maafkan kata-kata Chi yang menyakiti hati Papa. Chi salah, Chi harusnya sudah bersyukur memiliki Papa, Papi dan mas Awin. Chi tidak butuh yang lain Pa, Chi cuma butuh keluarga Chi sudah cukup.." Gun tersenyum tulus, mendengar anaknya berkata demikian adalah hal terindah yang pernah terjadi dihidup nya. Dia tak pernah marah pada Metawin maupun Chimon, karna bagi Gun kebahagiaan kedua anaknya tersebut adalah segalanya. Gun tak pernah bisa menyimpan gundah dan keluh kesah perihal kedua anaknya, tak bisa, tak mau, tak sanggup.

"Chii anaknya Papa sudah besar ya nak, sudah sangat pintar. Sayangnya Papa" Gun mengeratkan pelukan pada anaknya, mengusap lembut surai hitam wangi khas Chimon Adulkittiporn.

"Papa... Selamat hari papa... Ini Chi bawa coklat untuk Papa. meskipun tidak bisa membalas semua kasih sayang yang sudah papa berikan tapi Chi mau papa tau bahwa Chi amat menyayangi Papa.. terimakasih Papa.. terimakasih. Terimakasih sudah datang ke kehidupan Chimon, Terimakasih sudah membawakan jutaan cinta dan kasih sayang, Chi sayang Papa, Sayang Papii, sayang kak Awin."

"Tidak sayang, Papa dan Papii lah yang harusnya berterimakasih karna sudah menemukan kedua anak laki-laki cerdas dan baik seperti Awin dan Kamu, sayangnya Papa."

"Papa, hari ini masak apa untuk makan siang?"

"awh! anak papa sudah lapar? Chi mau makan apa, nak?"

"Chi mau soup ayam buatan papa, jangan lupa buatkan kak Awin ayam mentega juga ya Pa!"

"Hm... Boleh, tapi ada syaratnya."

"Apa syaratnya pa?"

"Chi harus bantuin papa masak! mau kan, nak?"

"Mauuu!! ayooo pa, kita masak! Maaf ya kak Awin kalo nanti makanannya agak aneh sedikit hehe"

"Haha, Pintar anak Papa."



           Chimon menumpahkan airmata didalam dekapan Papanya. Chimon merasa beruntung dan bersyukur telah diberikan sebuah keluarga bahagia oleh sang pencipta. Chimon seharusnya sadar, dia tidak membutuhkan apapun lagi karna segala hal yang dia butuhkan sudah ada disekelilingnya. Chimon mendapatkan sebuah pelajaranan berharga kali ini. Chimon dapat merasakan kasih sayang dalam bentuk apapun, tak perlu sama dengan yang lain.



Chimon Wachirawit Adulkittiporn, anak bungsu dari keluarga Adulkittiporn saat ini sudah menemukan jawaban nya. Jawaban yang selama ini dia cari ternyata ada disekelilingnya.

Chimon merasa bahagia. Merasa cukup. Merasa utuh, begini saja sudah membahagiakan.




Tuhan, begini saja ya, selamanya. -Chimon




Selesai





# Puisi ibu oleh : Sc : Chairil Anwar

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang