Mohon maaf ya kalp bagian sebelumnya kurang menarik. Maklumlah kan baru nulis :D
Jadi kalo kebanyakan typo ya tolong dimaafkan :)
Waktu masih menunjukkan pukul 6.00. Udara di tempat ini lumayan dingin dan membuatku ingin berlama-lama di balik bed cover tebal ini.
Tapi teriakan ibu mulai membangunkaku untuk mandi dan sarapan. Memang dalam keluargaku aku dibiasakan bangun pagi oleh orang tuaku. Walaupun aku anak tunggal ibu dan ayah tidak mau memanjakanku. Mungkin karena pekerjaan ayahku juga yang harua membiasakan orang - orang sekitarnya menjadi lebih disiplin terutama anaknya.
Selesai mandi aku turun ke bawah untuk sarapan bersama. Ini salah satu tradisi di keluarga kami.
Selesai sarapan aku minta izin pada ibu dan ayah untuk menjalankan ritualku. Rital ''mencari sekutu'' baru. Hahaha
Suasana di sini sangat menyenangkan, dengan udara dingin, embun masih bergelayut di daun - daun teh area perkebunan. Membuatnya seperti mutiara-mutiara cantik.
Oh iya, di daerah sini juga terdapat beberapa perkebunan teh namun pekerjanya hanya datang pada pagi hari dari daerah lain yang diangkut dengan menggunakan truk.
Kuputuskan untuk ke arah barat dari rumahku, karena sepertinya di sana banyak perumahan yang bisa kulewati. Mana tahu bisa menemukan teman.
Sudah beberapa rumah kulewati namun tak juga kutemukan tanda adanya teman yang bisa diajak bermain di sini.
Tiba - tiba saat melewati satu rumaherasaanku mulai aneh. Entah karena apa. Darahku mendesor. Seperti ada sesuatu di sekitarku. Kulihat di sebwlah kiriku hanya ada perkebunan teh.
Tapi, tunggu..
Do sevelah kananku memang ada rumah yang bisa dibilang besar. Tapi, gaya klasik Belandanya masih sangat jelas terlihat. Sangat terawat dan yah, sepertimya rumah orang berada.
Kuperhatikan dengan detil setiap bagiannya.
Betapa terkejutnya aku ketika sebuah tangan menepuk pundakku dari belakang.
Ketika aku menoleh ternyata yang menepuk pundakku adalah seorang gadis cantik, kuperkirakan umurnya sebaya denganku. Namun wajahnya terlihat tidak seperti orang pribumi. Mungkin dia keturunan orang luar negeri, pikirku.
Akhirnya dia mulai membuka pembicaraan.
''Kamu sedang apa di depan my home'' bahasanya indonesiamya masih agak sedikit tercampur dengan bahasa inggris. Mungkin dia belum terbiasa.
''Oh ini rumahmu. Maaf aku hanya lewat di depan rumahmu dan melihat - lihat sebentar karena rumahmu bagus'' jawabku seadanya. ''Nama kamu siapa?'' sambungku
''Namaku Arrabela Van Dick, panghil saja Arra'' jawabnya dengan ekspresi datar.
Aku jadi merasa canggung mengobrol dengannya.
''Kamu anak baru di sini? Nama kamu siapa ?"
sergahnya.
''Namaku Retno Setyo Rahayu, panggil saja Retno. Iya aku memang anak baru di sini. Baru saja lemarin aku pindah kemari.
''Pantas saja aku melihatmu. Di sini hanya aku anak remaja di daerah ini. Aku sangat kesepian dan tak ada teman untuk sekedar bermain atau mengobrol dengan siapapun. ''Aku sanagat senang bisa menemukan kamu di sini. Kuharap ini menjadi awal pertemanan kita''
''Baiklah, aku juga berharap seperti itu'' orangnya ternyata ramah. Hanya saja wajahnya masih terlihat sangat kaku. Mungkin karena selama ini jarang berinteraksi dengan orang lain.
''Maukah kau lain kali mengunjungi rumahku, mungkin sekedar minum teh bersama?"
''Baiklah lain kali aku akan ke rumah mu. Tapi tidak hari ini. Karena hari sudah mulai siang. Dan aku harus membantu ibuku membersihkan rumah karena baru pindah kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrabella Van Dick
HorrorNamaku Retno, umurku baru menginjak 18 tahun.. Aku adalah anak seorang panglima TNI AD. Beberapa kali aku harus pindah rumah karena profesi ayahku ini. Mau tidak mau aku juga harus bisa beradaptasi dengan berbagai macam lingkungan baru. Aku juga ha...