Langit yang gelap bertabur bintang menghiasi malam di kota Whetria. Lalu lintas yang ramai dan gedung gedung pencakar langit yang terlihat indah di malam hari.
Di Whetria terdapat sebuah rumah pelelangan di sudut kota. Bukan pelelangan barang maupun hewan, melainkan tempat pelelangan manusia dan juga menjual budak manusia.
Dari luar nampak seperti rumah huni biasa, tetapi di dalam banyak kurungan berukuran besar. Kurungan tersebut digunakan untuk mengurung budak yang akan dijual. Tembok yang berwarna abu dengan ruangan yang memliki pencahayaan yang minim.
Terlihat para budak berbaring lemas di dalam kurungan mereka. Mereka hanya diberikan jatah makan seminggu sekali. Di ujung ruangan, nampak seorang budak yang terlihat seperti tidak bernyawa.
Lapar, lemas, sakit. Itulah yang dirasakan seorang wanita yang terbaring di dalam kurungannya. Sekujur tubuhnya dipenuhi luka. Tubuhnya sangat lemas sampai ia tidak bisa mengeluh tentang sakit yang ia rasakan. Wanita tersebut memiliki rambut sebahu dengan mata yang berwarna jingga serta kulit berwarna putih pucat.
"Ini jatah makan mu minggu ini," terlihat seorang penjaga melempar piring berisi nasi.
Ia mencoba menggerakkan tubuhnya untuk makan, dengan perlahan ia mulai memakan makanan yang diberi penjaga.
Tap tap tap
Dari kejauhan, terlihat seorang pria menggunakan pakaian rapi tengah melihat lihat para budak, ia juga membawa 3 buah katana yang menggantung pada pinggang nya. Pria tersebut terus berjalan sambil melihat, hingga ia sampai di ujung ruangan lalu berhenti untuk melihat wanita tadi.
"Apa dia juga salah satu budak yang kalian jual?" tanya pria tersebut kepada salah satu penjaga.
"Iya Tuan, tetapi kualitas tidak baik, kami bisa memberikan budak yang lebih bagus," jawab salah seorang penjaga.
Pria tersebut tidak mempedulikan apa yang dikatakan penjaga. Ia berjongkok untuk melihat gadis tersebut dengan jelas. Ia mengeluarkan seringaiannya saat melihat gadis tersebut.
"Siapa namamu?" pria itu bertanya sambil mengelus pipi wanita itu dari luar kurungannya.
"Ro-robin," wanita itu menjawab dengan nada yang lemah.
"Baiklah Robin, apa kau mau menunggu ku untuk menjemput mu 2 hari lagi?" sang pria kembali bertanya, dengan wajah yang datar tentunya.
Robin tidak menjawab, ia hanya menatap pria tersebut dengan wajah yang bingung.
"Aku akan mengambilnya 2 hari lagi, pastikan kalian membersihkannya, beri perawatan pada lukanya serta berilah makanan yang pantas," pria tersebut berbicara dengan nada dingin kepada penjaga.
"Baik tuan."
"Apa 800 juta cukup? Jika kurang kalian bisa memintanya pada sekretaris ku."
"Baik, kami akan segera lakukan."
Robin tetap diam memperhatikan apa yang pria tersebut dan para penjaga bicarakan. Ia tidak mau berharap, karena setiap orang yang membelinya selalu menyiksanya dengan sangat kejam tanpa memberinya makan.
Setelah pria tersebut pergi para penjaga membuka kurungan Robin. Mereka mulai memandikan Robin dan mengobati luka luka yang ada di tubuhnya. Tentu saja mereka memberinya makanan yang layak dan juga memberikan pakaian baru untuknya.
2 hari kemudian
Kriekk
Terdengar suara kurungan terbuka, salah satu penjaga membuka kurungan Robin. Hari ini adalah hari dimana ia akan diambil oleh Masternya. Dalam hatinya ia sangat ketakutan jika disiksa lagi oleh sang Master.