Bab 00 - ab initio

7 1 0
                                    

◇◇◇

Prakata Azelitha

Sejujurnya, aku kebingungan untuk mengisi dua halaman yang sengaja aku kosongkan di awal. Karenanya setelah aku menulis beberapa halaman jurnal, aku memutuskan untuk menulis Prakata. Dan ketika aku tanyakan apa yang mungkin aku tulis dalam Prakata di Jurnalku, Kak Narise bilang aku boleh menulis semua alasan kenapa aku menulis Jurnal ini.

Namaku Azelitha Lathi. Namun sebelumnya aku tak mempunyai nama yang pasti dan orang-orang di panti memanggilku Ayu (Ibu panti bilang karena aku cantik, dia memanggilku Ayu, Ibu panti berasal dari jawa barat). Sampai suatu ketika seseorang datang ke panti dan menemukanku. Itu paman Juanda (lalu setelahnya aku terbiasa memanggilnya Om).

Om Juanda datang dan mengaku adalah adik dari ibu kandungku, yang tentu saja sudah meninggal. Lalu seluruh tetek bengek asal usulku mulai terkuak. Nama asliku pun terungkap. Dan aku tak mau menceritakannya di sini. Karena itu membuatku sangat kecewa.

Tetapi, suatu hari Kak Narise datang padaku dan bilang kalau semua itu tak apa-apa. Nama baruku cantik dan itu adalah sesuatu yang berharga peninggalan Ibuku. Terlepas dari berbagai kejadian yang tidak mengenakan yang sempat aku kuping dalam percakapan Om Juanda, Bu Panti dan Umi (itu terjadi sekitar umurku 6 tahun, saat aku masih bungsu di panti dan generasi panti selanjutnya memanggil nama asliku).

Setelah Kak Ana dan Kak Anin diadopsi orang yang berbeda (Aku berharap bisa bertemu mereka lagi walau sebentar), aku jadi yang tertua di panti. Tahun depan umurku akan menginjak 13 dan sebentar lagi masuk SMP. Terkadang aku jadi takut harus meninggalkan panti. Tapi aku merasa tenang karena ada Om Juanda. Tapi, adik-adikku bagaimana?

Oh iya, aku ingin mengenalkan mereka sedikit. Aku baru sadar menyebutkan nama adikku tanpa penjelasan apapun di awal. Itu karena aku terlalu bersemangat untuk menulis Kak Narise. Terlebih lagi, mereka punya peran besar dalam hidupku.

Yang tertua setelah aku, Sarina. Sekarang kelas 5 SD. Sarina selalu jadi yang paling kalem dan membuatku khawatir. Dia tidak pernah menangis kalau jatuh. Ataupun menjerit ketika dikagetkan. Aku harap dia tidak menahan diri atau pura-pura kuat. Sarina selalu membantuku dalam mengawasi anak yang lain. Jika aku selalu mengurusi Maya, Sarina selalu mengurusi Erika. Terimakasih, Sarina

Setelah Sarina, ada Tifa dan Dani. Mereka sama-sama 9 tahun. Tifa termasuk anak yang tak bisa diam. Setiap hari berjingkrak kesana kemari dengan boneka Barbie kesayangannya. Belakangan ini dia sering membawa Barbie bernama Elsa kemana-mana. (Mariposa sudah dicampakkan rupanya)

Lain halnya dengan Dani. Dani termasuk anak yang tenang namun disisi lain sangat cerewet. Nasi goreng kurang garam selalu jadi sasarannya setiap pagi. Ataupun cara menendang bola yang dilakukan Erick dan Adam saat bermain selalu meleset. Tifa selalu jadi sasarannya juga karena tidak bisa diam jika Dani sedang mengerjakan PR. Mungkin dia tipe pemarah? Tapi Dani selalu menurut kalau kumintai sesuatu. Dia adik yang baik.

Lalu setelah Dani, ada Adam dan Erick yang tahun ini berumur 7 tahun. Mereka selalu mengikuti Dani. Terkadang memposisikan Dani sebagai bosnya. Karena seumur, dimana ada Erick disana ada Adam. Mereka adalah kombo jail yang seringkali membuat Dani menjadi tumbal. Tapi kalau bertengkar, ujung-ujungnya mereka datang padaku sambil menangis. Sebenarnya mereka anak yang manis.

Selanjutnya, Maya dan Farhan. Beda setahun dengan Erick dan Adam. Maya hampir sama pecicilannya dengan Tifa. Tapi tidak punya kecenderungan menyukai boneka binatang ataupun Barbie. Maya malah menyukai mainan seperti mobil, kereta, motor dan sejenisnya. Makanya dia suka berebut dengan Ifan soal mainan.

Sementara Farhan, dia tipe yang selalu mengalah. Aku khawatir karena mainannya sering direbut Maya juga. Tapi Farhan selalu bilang tak apa, setelah itu mencari Umi dan Yehan. Kalaupun tidak, Farhan akan menancap di depan tv sambil menonton kartun kesukaannya. Saat Ia menonton, minimal harus memanggil Farhan 3 kali jika ingin dia melirikku barang sekejap saja.

Lalu, setelah Maya dan Farhan, ada Ifan dan Erika. Iya, Ifan selalu jadi yang paling enerjik setelah Tifa. Hobinya melompat sana-sini dengan mainannya. Bu Yuli dan Umi acapkali kewalahan karena Ifan sering kejedot saat aksi loncat-loncatnya. Bocah 5 tahun itu juga sering merengek ingin aku gendong, yang terpaksa aku gendong walau berat.

Lain lagi soal Erika. Dia sangat sensitif dan sering menangis. Sarina selalu jadi yang pertama menenangkan Erika. Jika tidak ada Sarina, aku dan Umi menenangkannya dengan mengajaknya menggambar. Umi bilang mungkin Erika punya bakat di bidang seni. Karena Erika cenderung peka dengan cepat secara visual (aku tidak mengerti penjelasan Umi yang ini, selama itu baik, aku senang)

Dan yang terakhir, si bungsu Yehan. Tahun ini umurnya 3 tahun. Dahulu waktu dia masih bayi merah, Umi menemukannya dan melapor kantor polisi. Tak lama kemudian hak asuhnya diambil Bu Panti dan Umi yang mengurusnya sejak bayi. Umi sampai harus menginap beberapa kali di panti. Kulitnya Yehan itu sangat putih seperti susu. Kalau aku bandingkan dengan Kak Narise, mungkin agak mirip. Mata Yehan juga berwarna hitam keabuan yang unik.

Apa kalian mencari-cari alasan aku menulis jurnal ini di atas? Orang-orang yang aku sebutlah yang membuatku coba menulis. Aku suka menulis cerita, tapi tidak mengerti apa itu cerita yang bagus. Umi bilang cerita yang bagus bisa di ambil dari pengalaman sendiri. Tapi aku merasa jikalau pengalamanku biasa-biasa saja dan tidak ada yang istimewa. Selain kenyataan bahwa aku anak yatim dan hanya mempunyai seorang paman disisiku.

Aku tak menyukai ceritaku sendiri. Itu agak menyakitkan untuk aku ceritakan. Aku mencari hal menarik yang tidak mungkin semua orang punya. Jawabannya adalah Kak Narise. Kak Narise juga yang menyarankan aku untuk menulis jurnal agar meluweskan caraku bercerita. Dan tentu saja buku Jurnal ini juga hadiah dari Kak Narise.

Kak Narise adalah orang yang mengubah hidupku. Karenanya, aku ingin menceritakan seseorang yang mengubahku ini dan mengenangnya seumur hidup.




Salam sayang,
Azelitha Lathi

◇◇◇


❏note

◆ab initio : dalam bahasa Latin, berarti 'dari permulaan'




Thank You for voment ♡

The Rise of Juggernaut : Jurnal Azelitha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang