Tiga

385 54 1
                                    

Rabu. Hari ini Tawan tidak memiliki jadwal apapun di kampus. Tapi ia memutuskan untuk ke kampus hanya untuk mengambil surat si anonim.

Setelah mengambil surat, Tawan langsung ke mobil untuk beranjak dari kampusnya. Bukan untuk pulang, tapi untuk berkeliling Jakarta untuk sekedar mencari halte bus yang dimaksudkan dalam surat itu. Barangkali ia bisa mengingatnya jika ia menemukan halte itu.

Ting.
Bunyi pesan masuk di ponsel Tawan. Ia melihat notifikasi pesan dari Jumpol yang mengatakan bahwa ia ketemu halte bus yang sesuai dengan ciri-ciri yang disebutkan dalam surat itu. Segera menyingkirkan mobilnya dan parkir di bahu jalan. Ia lalu menelpon Jumpol.

"Halo peng, di mana haltenya"

"Iya ini gue mau share loc. Nah udah, gue tungguin di sini ya buruan"

Tawan lalu mematikan teleponnya dan segera menancapkan gas menuju lokasi yang telah dikirimkan Jumpol.

Di sinilah mereka, di halte bus yang di sebutkan Jumpol sebelumnya. Haltenya tidak ramai hanya terdapat beberapa orang saja di sini. Tawan memandangi sekeliling halte tapi tetap tidak menemukan ingatan apapun tentang kejadian itu. Tawan lalu memandang pergelangan tangannya lekat. Mencoba mengingat gelang apa yang ia jatuhkan itu.

Ah gelang bunga matahari.

"Peng lo inget gelang gue yang motif bunga matahari ga? Yang kita beli di pasar malam pas SMA dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Peng lo inget gelang gue yang motif bunga matahari ga? Yang kita beli di pasar malam pas SMA dulu. Inget ga?"

"Hah? Yang mana?"

"Itu loh yang kita beli waktu liburan ke Bandung. Kita ke pasar malam kan dan iseng beli gelang di sana"

"Oh iya gue inget. Gelang itu yang hilang?"

"Iya gelang itu hilang tapi udah lama banget sih. Masih SMA kita. Tapi ga tau juga sih apa yang dimaksud si anonim gelang itu atau bukan. Soalnya yang hilang kayaknya banyak deh. Tapi itu doang yang terlintas di pikiran gue"

"Ya bisa aja sih peng. Terus dia bilang apalagi hari ini?"

"Hah? Maksudnya?"

"Ya dia ngomongin apalagi di suratnya hari ini? Bukannya lo ke kampus buat ngambil suratnya ya?"

"Lah bego. Gue lupa baca anjir"

"Bego lo pelihara" Jumpol menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya itu.

Tawan lalu berlari ke mobil untuk mengambil surat yang ia simpan di laci dashboard mobilnya tadi. Setelah mengambilnya ia kembali ke halte dan duduk bersama Jumpol. Sengaja agar suratnya mereka baca bersama.

Dear Tawan,
Hai. Udah hari ketiga ya aku kirim surat ke kamu. Tapi kok aku masih deg degan ya? Gugup banget asli hehe.

Aku mau lanjut ya, jadi setelah pertemuan singkat kita waktu itu, aku selalu ke halte itu barangkali kita ketemu. Ternyata tidak. Setelah itu kita ga pernah ketemu lagi sampai suatu hari aku diterima di universitas. Ternyata kita satu fakultas. Seneng banget bisa ketemu kamu lagi. Tapi aku belum berani nyapa, masih malu waktu itu.

Tawan dulu gagah banget ya. Banyak yang suka Tawan loh. Soalnya kan Tawan baik, berani lawan senior, ga mau kalah kalau ga merasa salah, udah gitu ganteng pula. Siapa sih yang ga bakal terpesona sama Tawan. Kating aja banyak yang sering titip salam lewat aku tapi ga aku sampaiin. Ga mau soalnya aku juga suka Tawan. Nanti saingannya tambah banyak.

Oh iya aku temen Tawan loh tapi beda kelas. Lumayan deket kita tapi ga sedeket Jumpol. Gimana caranya bisa kayak Jumpol ya bisa nempel terus sama kamu. Aku mau gitu juga.

Gimana Tawan udah tau siapa aku? Aku tambahin clue deh. Aku anaknya juga cakep tau, banyak yang naksir. Tapi aku udah suka Tawan jadi semuanya aku tolak. Hehehe. Tapi sayang, Tawan udah pacaran dengan Mild di semester pertama. Aku jadi kehilangan kesempatan deh buat deketin Tawan. Eh sempat deket sih tapi jadi teman doang. Yakali aku berusaha rebut kamu dari Mild. Aku ga sejahat itu kok. Lagian kita ga bakal bisa bareng juga, jadi tau diri ajalah aku.

Udah ya. Have fun Tawan ♡♡

"Heh temen kita peng. Anjir siapa tuh anak?"

Tawan tidak menimpali, ia kembali berlarut pada pikirannya. Siapa teman yang dekat dengannya tapi bukan teman sekelas. Dan katanya banyak yang suka juga padanya. Sialnya Tawan merupakan social butterfly yang memiliki banyak teman di mana-mana.

"Namtan bukan sih peng? Atau ga si Thanat tuh. Mereka banyak yang demen soalnya" Jumpol ikut menebak.

"Bukan kayaknya. Mereka kan pada punya pacar. Sering gonta-ganti malah"

"Atau jangan-jangan si New. Dia kan nolak semua orang yang nembak dia. Cowok seganteng kak Pirapat aja dia tolak"

"Ah lo jangan ngada-ngada dong peng"

"Oh iya sorry. Lo takut berharap ya? Iya lah haha. Nyali lo ciut duluan pas tau New nolak kak Pirapat. Mana malah terima Mild lagi jadi pacar lo"

"Iya ga usah diingetin anjir. Ya waktu itu kan gue coba buka hati ke Mild, eh malah ga bisa. Soalnya lo tau sendiri kan Mild nembak gue gara-gara gue tenar doang waktu maba"

"Iya tau. Anjir juga ya itu cewek. Untung lo dulu ga kepincut beneran. Jadi ga galau amat waktu ditinggal nikah"

Tawan tersenyum getir. Bohong kalau dalam hati kecilnya tidak berharap andai saja si anonim itu adalah New. Ya, Tawan menyukai New sejak semester pertama. Bukan suka pada pandangan pertama. Tapi karena selalu bersama jadi tanpa sadar ia menaruh hati pada New.

Mereka pertama bertemu ketika Orientasi Mahasiswa Baru. Mereka di kelompokkan dengan teman-teman yang berbeda kelas. Sayangnya ia tidak sekelompok dengan Jumpol, karena mereka sekelas. Tawan bukan anak yang penurut. Kalau menurutnya ia tidak salah, maka ia tidak akan meminta maaf bahkan jika harus dihukum sekali pun. Karena itu, pada masa orientasi mahasiswa baru itu, ia sering sekali mendapat hukuman karena dianggap pembangkang dan tidak hormat pada senior. Disitu, New lah yang selalu mendampinginya dan membantu Tawan setiap ia kesusahan. Karena itu pula mereka jadi dekat.

Setelah masa orientasi mahasiswa baru berakhir, mereka masih sering jalan bersama. Ya sebagai teman. Tapi lambat laun, tanpa disadari Tawan jadi jatuh hati pada New. Mungkin karena bagaimana sikap New ke Tawan. Entahlah. Yang Tawan ingat, ia selalu ingin bersama New, selalu ingin menjaga New, dan tidak ingin membuat New bersedih.

Sebenarnya Tawan sangat ingin menjadikan New sebagai pacarnya. Tapi suatu saat, New dekat dengan seniornya yang bernama kak Pirapat itu. Tawan pikir mereka berpacaran. Ternyata tidak. New menolak kak Pirapat entah apa alasannya. Berikutnya banyak rumor yang beredar bahwa New menolak semua orang yang pernah menembaknya. Bahkan New juga menolak Joss yang selain tampan, ia juga sangat kaya raya. Nyali Tawan akhirnya ciut karena menganggap standar pasangan yang dipatok New terlalu tinggi. Sudah pasti ia akan ditolak kalau waktu itu nekat menembak New. Lebih baik begini, tetap menjadi teman seperti ini. Setidaknya tidak ada alasan untuk berpisah kan?

Andai saja anonim itu adalah New.

...

LOVE POEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang