Ch: 02

89 2 0
                                    

"Ini adalah ruang produksi kami. Kami mencetak dengan menggunakan peralatan terbaik yang kami datangkan dari Jerman. Sangat susah menemukannya di belahan Asia manapun bahkan di Jepang sebagai pusat produksi barang- barang elektronik. No offense." Kata Ayu dengan nada bangga dan sedikit menyebalkan, karena hubungan Jepang dan Korea Selatan tidak terlalu baik akhir- akhir ini hanya karena sebuah pulau kecil bernama pulau Dokdo. Dia menunjukkan mesin cetak yang terletak di ruang produksi. Mesin itu meraung kasar,berlembar-lembar kertas keluar dari raksasa itu.Sungmin mendecak kagum. Mesin cetak terbesar yang pernah ia lihat. Hyejin sebenarnya sama sekali tidak tertarik melah sebenarnya dia agak jengkel juga mendengar ucapan Ayu.

"Sugoi!" Puji Sungmin dengan mata membulat antusias

"Arigatou...Douzo.." Ayu Menyilakan Hyejin dan Sungmin mengikutinya.Mereka sampai di ruang redaksi. Ruang itu lumayan besar.Beberapa orang menyapa Ayu dengan menganggukkan kepala mereka. 

"Ini adalah ruang redaksi  kami.Saya bekerja sebagai kepala redaksi disini." Ayu menggumam dan memperlihatkan ruangan yang cukup besar dari ruangan lainnya yang ada di ruangan ini terkecuali satu ruangan yang gelap dan tampak tidak berpenghuni. Ayu menjelaskan hal- hal berkaitan dengan cara kerja di ruang redaksi. Sungmin selalu tampak antusias mendengar Ayu bercerita tapi tidak dengan Hyejin. Entah kenapa matanya selalu tertarik pada ruangan gelap  itu.

“ Tidak susah juga menjadi seorang redaktur hanya butuh ketekunan dan kerja keras.” Tutup Ayu dengan wajah senang karena reaksi Sungmin yang berlebihan.

“ Permisi...itu ruang apa ya? “ Sela Hyejin mengejutkan Ayu. Mereka bertiga menatap ruangan itu dan kemudian terasa mata Ayu sedikit panas, menahan airmata.

 "Ah...ya itu adalah ruang salah satu editor kami, Ryoko Asagi. Ruang itu sudah tidak terpakai lagi karena yah Ryoko sudah menghilang 8 bulan yang lalu. Saya yang menyuruh mereka agar tidak mengutak- atik ruangan ini. Saya masih percaya dia masih hidup.”  Setelah Ayu mengucapkannya. Hyejin dan Sungmin berpandangan merasakan suasana aneh dan janggal karena percakapan itu. Ayu memalingkan mukanya dan mengelap airmata dengan lengan bajunya.

“ Saya minta maaf jika sudah menyinggung hal itu.” Ucap Hyejin dengan rasa bersalah. Ayu menggeleng dan mengatakannya dengan lembut.

“ Tidak apa- apa. Ryoko adalah sahabat saya dan saya jadi agak merasa sedikit sentimental karenanya. “

“ Apa peristiwa ini sudah dilaporkan ke kepolisian?” Tanya Sungmin mendadak. Otak wartawan Sungmin mulai bekerja di tengah suasana seperti ini.

Ayu menghembuskan napas sedikit kesal. Tadi dia sedikit menyukai Sungmin karena tampaknya dia memperhatikan semua yang dia ucapkan sekarang dia jadi sedikit menyebalkan.

“ Tentu saja kami sudah melaporkannya ke kepolisian dan ikut membantu penyelidikan. Aku bahkan menelepon seluruh keluarganya di Saitama. Tapi Ryoko tidak ada disana. “ Ayu tanpa sengaja melepas nada formalnya dan bicara dengan bahasa lugas yang membuat Sungmin tahu dia seharusnya tidak bertanya hal itu.

“ Nah jika anda sudah puas bertanya .Mari kita lanjutkan ke ruang lainnya.”

Ayu melenggang pergi dan diikuti Hyejin dan Sungmin.

“ Kau membuatnya marah.” Bisik Hyejin berusaha agar Ayu tidak mendengarnya. Sungmin menyenggol bahu Hyejin.

“ Kan kau duluan yang memulai.” Sela Sungmin. Hyejin tidak berkata apa- apa. Dan selama Ayu menjelaskan suasana kantor dan tetek bengek lainnya, Sungmin merasa tidak terlalu antusias dengan sebelumnya. Ada hal- hal yang menganggunya terutama tentang informasi hilangnya Ryoko Asagi. Sepertinya ada yang disembunyikan Ayu tapi entah apa.

>>> 

“ Kakiku pegal.Lee Sungmin hari ini giliranmu yang mengurus makan malam.” Hyejin melepaskan kaus kakinya dengan cepat dan segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Sungmin mengobrak- abrik kopernya dan mengeluarkan 2 cup ramen yang dia bawa dari korea. Dia menuangkan air panas dan mengaduk pelan agar bumbunya tercampur rata.

“ Makan malam nona Song Hyejin.” Ujar Sungmin dengan kesopanan berlebihan. Dia mengulurkan cup ramen kearah Hyejin yang sudah beranjak dari kasur gara- gara mencium harum Ramen favoritnya.

“ Hmm...hari ini rasa seafood, boleh juga pilihanmu Lee Sungmin.”

Sungmin tertawa terbahak- bahak melihat reaksi Hyejin yang mirip anjing pelacak. Hyejin meraih sumpit dan memasukkan ramen pertama ke dalam mulutnya.

“ Hei Hyejin apa kau masih ingat soal Ryoko yang tadi Ayu bicarakan?” Sela Sungmin tiba- tiba membuat Hyejin menghentikan aktivitasnya.

“ Tentu saja setelah itu dia jadi kesal pada kita dan tidak tersenyum lagi kan? Kenapa sih kau tanya- tanya terus?”

“ Habis aku merasa aneh saja. Aku jadi ingin mencari kronologisnya secara jelas.”

“ Itu kan kasus orang hilang biasa. Aku heran kau tidak bisa menghentikan naluri wartawanmu. Kita disini untuk magang bukan untuk menyelidiki kasus.” Jawab Hyejin yang diikuti dengan raut jengkel Sungmin.

“ Apa salahnya? Jika kau tidak mau ikut aku bisa menyelidiki itu sendirian. Dan jika aku bisa menulis artikel itu setelah sampai di Seoul aku sama sekali tidak akan mencantumkan namamu.” Sungmin beranjak dari bangkunya dengan raut wajah kesal. Dia mengeluarkan laptop miliknya tanpa menoleh kearah Hyejin.

“ Sungmin-ah kau marah padaku? Iya deh aku minta maaf, jangan marah ya.” Rajuk Hyejin dengan wajah melucu. Sungmin tetap memasang wajah merengut miliknya dan kemudian mengacak rambut Hyejin.

“ Tidak aku sudah tidak marah padamu. Tidurlah. Aku akan memberitahumu jika ada informasi baru.”

“ Sungmin kau memang paling keren.” Dua jempol Hyejin terangkat tinggi tinggi. Sungmin tertawa dan akhirnya dengan wajah lelah Hyejin merangkak ke kasur dan meraih selimut.

 Bau pengap dan kegelapan menyapa Hyejin. Matanya mengerjap saat suasana itu mendadak ada di hadapannya. Setelah matanya terbiasa dengan kegelapan Hyejin bisa mengenali benda- benda yang ada di dekatnya. Ada kursi berderet dengan meja kerja bewarna kelabu. Hyejin tahu dia ada di sebuah ruangan. Ruangan itu tampak begitu familiar, tapi kegelapan seolah menutupi pikirannya, dia tidak bisa mengingat jelas dimana dia pernah melihat ruangan itu.

“ Pergilah....pergilah dari sini.” Suara berbisik itu membuat bulu kuduknya meremang. Ada nada ketakutan dan cemas yang tercermin dari suara yang kini mengulangi setiap kata- kata tadi.

“ Siapa...kamu siapa?” Tanya Hyejin mencoba bersuara. Matanya berputar- putar mencari sumber suara itu. Tapi tidak ada siapapun selain dia disini.

“ Dia akan datang. Jadi kumohon pergilah.” Gumam suara itu. Tapi kemudian suara itu menghilang dan berganti dengan suara geraman rendah yang menakutkan. Sosok itu keluar dari sebuah pintu besi berkarat. Yang tampak pertama adalah kuku- kukunya yang panjang dan menghitam kemudian separo wajahnya dengan senyum menyeringai saat mengintip dari celah pintu. Hyejin ingin berteriak tapi tenggorokkanya terasa membakar hingga tidak ada yang bisa dia keluarkan. Hyejin mundur kebelakang dan menabrak meja hingga membuat suara yang menggema.

“ Tebak siapa yang ada disini?” Ujarnya dengan desis- desis menyeramkan. Rambutnya yang panjang menjuntai dari balik pintu.

“ Aroma ketakutan yang luar biasa.” Katanya lagi. Hyejin merasakan perutnya bergolak dan sekujur tubuhnya sudah penuh dengan keringat dingin.

“ Biarkan aku melihatmu. Biarkan aku melihatmu.” Kini Hyejin bisa melihat sosok itu adalah seorang perempuan berambut panjang dengan wajah penuh rasa kesenangan dan kerinduan yang menakutkan. Seolah dia sudah menunggu lama kedatangan Hyejin.

“ Tidak...Tidak...Biarkan aku pergi. Kumohon..” Teriak Hyejin berkali- kali.

“ Hyejin....Hyejin...bangunlah. Hei sadarlah.” Suara Sungmin menyentaknya dari tidur. Hyejin memandang ke sekitar dia sudah tidak ada di ruangan tadi dan sosok menakutkan itu hilang. Sungmin menatapnya dengan wajah cemas

“ Kau mimpi buruk?”  Hyejin tidak ingin menjawab tapi dia mendekap leher Sungmin dan memeluknya. Airmata merembes dari matanya sampai ke baju Sungmin.

Sungmin hanya bisa mengelus rambut Hyejin tanpa bisa berkata apa- apa lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang