Prolog

1 1 0
                                    

Lee A Ra mulai memasuki sekolah menengah, ia adalah gadis yang ceria dan selalu tersenyum. Bukan berarti dia tidak pernah mengalami goncangan emosi, tentu saja ia mengalaminya jua seperti jutaan remaja di belahan bumi lain. Ia pernah bahkan sering mengalami serangan mental. Fakta mengejutkan adalah hal yang membuatnya ingin menyerah justru orang-orang terdekatnya.

"Kau ingin belajar menari bersama kami? Aw ... tapi kostumnya by self. Bagaimana masih mau bergabung?"

"Berapa kali aku harus mengajarimu gerakan ini? Tolong fokus!"

"Untuk apa kau setiap hari menari? Menari tidak membantumu jadi orang sukses! Bukannya kau tidak masuk seleksi masuk kelompok tari itu? Lagi pula kita tidak punya biaya."

"Berhentilah mengisi waktu luangmu dengan hobi tidak bergunamu! Kau lihat adikmu bahkan lebih pintar dan rajin membantu pekerjaan orang tua. Kau tidak punya simpati pada adikmu untuk sekedar membantunya?"

Sungguh Lee A Ra sangat ingin memilih untuk berhenti melakukan tarian. Tapi apa kesalahannya saat ia berusaha membuat mimpinya terwujud? A Ra ingin meneriakkan kemarahannya, tapi bagaimana ia bisa marah saat sebagian dirinya juga mengamini serangan itu. Sedang sebagian lain dirinya-tubuhnya-masih ingin menari. Berujung sebuah senyuman sebagai topeng perlindungan diri.









"Kau hanya membutuhkan dirimu sendiri untuk terus berdiri. Orang lain hanya akan melihat seberapa kuat kakimu menopang."




Flame Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang