"Ah, Nyusahin!"Mia menidurkan lelaki yang tengah meracau tidak jelas karena alkohol. Gadis itu mendumel melihat keadaan lelaki itu yang sudah tak sadarkan diri, bahkan sedari tadi meracau tidak jelas mengatai dirinya dengan mengabsen para penghuni kebun binatang.
"Lo lebih nyusahin, mi."
Mia yang tengah membuka sepatu lelaki itu menatapnya, dalam keadaan mabuk pun lelaki itu masih bisa menjawab ucapannya. Ia mengangkat sepatu itu mengancang-ngancang untuk melemparkan pada wajahnya, namun jika bukan karena kasian ia sudah akan benar-benar melakukannya.
Satu jam yang lalu, dirinya tengah menonton drama di kamarnya untuk mengisi waktu malam minggu dirinya yang hanya dilakukan dirumah. Namun sebuah telfon dari salah seorang teman lelaki itu mengatakan untuk segera ketempat hiburan malam, karena lelaki ini sudah cukup mabuk dan mulai berulah.
"Kalau bukan karena gue takut lo berulah dan malu-maluin, gak akan gue jemput-jemput lo di club kaya gini." Protes Mia sambil melepas jaket yang di pakai lelaki itu.
"Temen-temen lo juga gak guna, mau senengnya doang, giliran gini nyusahin gue." Omelnya lagi.
Lelaki itu berbalik memunggunginya dan malah memeluk guling yang berada tepat di samping lelaki itu. Mia menghela nafasnya lalu berdiri dan menarik selimut dengan kesal hingga menutupi seluruh badan lelaki itu.
"Pengap-pengap dah tuh!" Ujarnya lalu berbalik dan berjalan keluar kamar. Sebelum benar-benar meninggalkan kamar itu, ia menekan tombol lampu untuk mematikannya, ia akan membiarkan lelaki itu terlelap dengan mimpinya.
Mia keluar dari kamar dan menutup pintu kamar lelaki itu. ia melihat sekitar ruangan didepannya yang terbilang cukup berantakan, Ia melihat smartwatch yang melingkar di tangannya, disana tertulis pukul 02.05 am, yang berarti ini sudah cukup pagi.
Dengan segala kemalasannya akhirnya ia membereskan seperlunya saja seperti membuang sampah makanan kemasan, meletakan piring kotor di dishwasher lalu meletakan pakaian kotor dikeranjang laundry, ia tak bisa berlama-lama disana karena supir menunggunya diparkiran.
Hanya membutuhkan waktu 15 menit, ia meninggalkan unit itu dan kembali menuju parkiran, karena ia yakin supirnya sudah cukup mengantuk menunggunya.
ia memasuki mobil dan duduk di bagian penumpang, Gadis itu membuka ponsel dan mengirim pesan pada seseorang yang biasanya ia sewa untuk membereskan apartemen lelaki itu. Ia sengaja mengirim lewat sms agar nanti saat ibu-ibu itu terbangun bisa membaca pesannya.
ia menyenderkan tubuhnya di jok sambil menatap jalanan di luar sana. Sebenarnya hal ini sudah menjadi hal biasa untuknya menjemput lelaki itu disebuah tempat hiburan malam jika teman-teman dia tak mampu mengatasinya.
Elden Casello, Lelaki yang sudah menjadi pelindungnya dari dirinya kecil. Dulu rumah mereka cukup berdekatan hanya di halangi oleh 3 rumah saja, namun semenjak Ibunya menikah lagi dengan salah seorang diplomat, Elden harus tinggal sendiri di apartemen karena ibunya yang mengikuti suaminya dinas diberbagai negara setiap beberapa tahun.
Dari sekolah dasar hingga SMA sekarang, mereka selalu satu sekolah. Bahkan mereka berpisah kelas saat menginjak SMA karena hasil psikotes mereka yang berbeda. Elden yang di tempatkan di kelas unggulan di sekolah ini sedangkan Mia yang di kelas reguler. Namun keduanya tetap terlihat bersama dan selalu menjadi buah bibir siswa karena Elden yang cukup terkenal disekolahnya.
Elden adalah lelaki yang cukup terkenal karena namanya selalu ada dibagian teratas ketika ranking pararel diumumkan, namanya pula selalu di sebutkan ketika upacara dengan membawa nama sekolah di bidang olahraga khusunya basket, namanya pula selalu menjadi list pertama untuk mengisi acara di sekolah, bahkan namanya juga selalu menjadi perbincangan di ruang guru karena sikap lelaki itu yang terkadang diluar batas.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIA
Teen FictionIni kisah tentang gadis bernama Almia Latusha Vee yang disebut sebagai 'lem perangko' karena tak bisa lepas dari seorang lelaki bernama Elden Casello. Raja dan Ratu yang selalu menjadi perbincangan sekolah. Mengatasnamakan 'persahabatan' di balik h...