Sepanjang perjalanan menuju ke kelas, mata Maria menjelajahi seisi sekolah. Mulai dari beberapa kelas yang dilewati, ruang laboratorium, dan lainnya. Sampai-sampai Maria tidak fokus dengan arah jalannya dan menabrak seseorang.“M-maaf, saya tidak sengaja,” cicit Maria.
Maria mendongakkan kepalanya. Saat melihat wajah seseorang yang ditabraknya, Maria terpaku.
Penglihatan Maria saat ini dipenuhi oleh wajah tampan seseorang yang ditabraknya tadi. Hana menyenggol lengan Maria, berniat menyadarkannya.
“Hei, kamu kenapa?” bisik Hana.
Sementara, seseorang yang ia tabrak hanya menatap aneh Maria.
Marcello Ramatha, seorang most wanted di sekolah itu, incaran para kaum hawa. Pintar, tampan, tinggi, hampir sempurna.
“Saya tidak apa-apa,” balas Maria dengan tatapan yang masih menatap Marcello.
Hana menarik lengan Maria agar menjauh sedikit dari Marcello. “Jangan terlalu dekat,” bisik Hana.
Maria tersadar dari lamunannya, ia menunduk, meruntuki kebodohannya.
“Ya, gapapa,” ucap Marcello dan langsung pergi dari hadapan Maria.
Tetapi sebelum Marcello menjauh, Maria dengan cepat menahan lengan Marcello. “Tunggu, Kakak,” ucap Maria.
Hana hanya bisa menggeleng melihat kelakuan teman barunya. Bisa-bisanya Maria menahan lengan Marcello dengan santai.
Dengan cepat Marcello menepis tangan Maria. “Kenapa?” tanya Marcello dingin.
“Siapa namamu?” balas Maria bertanya.
“Marcello,” jawab Marcello, lalu menyelonong pergi dari hadapan Maria.
Hana menatap Maria dengan tatapan yang sulit diartikan.
Dengan segera Hana menarik lengan Maria ke arah kelas dan berjalan dengan cepat.
Sementara, di sisi lain ada yang memperlihatkan kegiatan Maria saat itu.
“Awas aja, berani-beraninya megang tangan Marcello.”
Saat dikelas Maria dan Hana lagi-lagi ditatap aneh oleh teman-teman sekelasnya. Berbisik-bisik, sambil menatap tajam Maria. Sampai-sampai ada yang menyerengkat kaki Maria saat ia jalan ke arah bangkunya.
Semua tertawa terbahak-bahak melihat kondisi Maria tersungkur. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Felysia. Hana yang berada di sana hanya bisa membantu Maria berdiri dan langsung duduk di bangku mereka.
“Lihat-lihat, sekarang kita mempunyai dua cupu,” ledek Zeline dan di balas tawa menggelegar seisi kelas.
***
Bel pulang sekolah berbunyi, semua siswa-siswi keluar dari kelasnya. Tetapi tidak untuk Maria, karena ia dipanggil oleh salah satu guru untuk mengambil buku paket pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maria's Story
Teen FictionIni hanya cerita tentang gadis malang. Tentang ia, yang dimusuhi oleh semua orang, termasuk keluarga. Awalnya ia diam. Awalnya ia sabar. Dan awalnya ia hanya mendengarkan. Ya, itu hanyalah awalnya. Mencintainya itu adalah kebagaiaan yang Tuhan anug...