Prolog

584 133 303
                                    

Sungguh kau pernah mencintaiku?

Wahai pangeran tampan di seberang sana? Apa kau Ramawijaya yang meragukan kesetiaan Dewi Sinta? Di seberang sini ada seseorang yang rela mengarungi purnama. Hanya untuk merindukanmu. Apa itu tak cukup untuk kau tak meragukanku?

-Illiana Renjana

Sekadar info: nunggu yang nggak pasti itu nggak enak

Siap baper sama Jati?

Happy reading!

----

Illiana (Il) malah senyum-senyum dan terus menatap Jati.

"Kamu ngapain senyum-senyum sendiri?," tanya Jati.

"Nggak papa suka aja liatin kamu. Kalau power point presentasi ini udah tiap minggu aku liatin, kalau kamu kan langka," jawab Il sambil tersenyum centil.

"Ya udah jadi transaksi afiliasi itu apa?" Jati mulai kesal dengan Il yang malah bercanda saat penjelasannya barusan.

"Belum. Biasa aja dong mukanya serius amat Pak."

"Udah ngerti kok aku."

"Ya udah cepat jawab senyum-senyum aja terus. Pertanyaan aku belum kamu jawab ini."

"Dih nggak suka aja. Jawab yang mana sih? Di dekat kamu jadi amnesia." Gombal sudah jadi kebiasaan bagi Il yang ekspresif kalau di dekat orang yang sejak lama disukainya itu.

"Transaksi afiliasi itu apa?"

"Yang tadi aku jelasin Il."

"Oh itu. Jadi transaksi afiliasi adalah setiap aktivitas dan/atau transaksi yang dilakukan oleh perusahaan terbuka atau perusahaan terkendali dengan Afiliasi dari perusahaan terbuka atau Afiliasi dari anggota direksi, anggota dewan komisaris, pemegang saham utama, atau Pengendali, termasuk setiap aktivitas dan/atau transaksi yang dilakukan oleh perusahaan terbuka atau perusahaan terkendali untuk kepentingan Afiliasi dari perusahaan terbuka atau Afiliasi dari anggota direksi, anggota dewan komisaris, pemegang saham utama, atau Pengendali. Kalau gak salah pengertiannya ada dalam Pasal 1 nomor 3 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK). Benar nggak?"

"Lah itu tau. Sebenarnya kamu udah ngerti kan? Modus aja pengen ketemu aku. Kangen?"

"Emang ngerti, suka aja bikin kamu kesal. Tapi aku masih bingung tentang satu hal."

"Apa tuh?"

"Kenapa kamu nggak bisa sayang sama aku? Nggak pernah anggap aku ada sedikit aja. Perasaan ini hadir buat waktu yang nggak sebentar, Jat. Cape juga kalau harus nunggu yang nggak pasti. Emang sebenci itu ya sejak peristiwa setahun lalu? Apa alasannya? Sorry kalau perasaan ini malah jadi ganggu."

"Kan kamu tahu sendiri, aku pernah bilang bahwa perihal perasaan itu nggak bisa dipaksa Il. Kamu nggak bisa maksa perasaan kita sama. Sayang sebagai teman cukup kan?"

"Aku tahu tapi perihal perasaan ini urusanku, kamu nggak bisa dong seenaknya gitu aja minta aku buat move on. Lupain semuanya. Nggak gampang Jat. Aku sayang sama kamu. Perasaan ini masih utuh buat kamu dari dulu dan kamu nggak pernah mau tahu atau pura-pura nggak mau tahu. Aku nggak setuju kalau perasaan nggak bisa dipaksa, buat aku perasaan itu bisa luluh dengan ketulusan. Kamu harus tahu itu." Perkataan Il berubah menjadi tangis sesenggukan seperti bocah kecil yang marah kepada ibunya karena tidak dibelikan mainan.

"Iya nggak papa aku paham. Bukannya nggak peka, tapi aku yang belum siap buka hati. Perihal takdir nggak ada yang tahu kan? Kalau untuk sekarang perasaan aku belum sama kamu, Il. Maaf banget udah bikin sakit. Maaf. Sebenarnya aku benar-benar nggak suka nyakitin orang. Apalagi yang setulus kamu. Aku benar-benar minta maaf. Udah jangan nangis. Sama aku kamu nggak perlu takut ditinggal lagi," kata Jati sambil menghapus air mata yang sudah mengalir deras di pelupuk mata Il dengan jarinya dan mengacak-acak rambutnya gemas.

"Makasih ya Jat. Kita tetap teman kan? Apa jaminannya kalau kamu bakal tetap tinggal?"

"Pasti dong aku nggak mau kehilangan teman yang kayak kamu. Bukan berarti karena perasaan kamu, kita jadi berubah dong? Kita tetap temanan kok nggak akan ada yang berubah. Aku akan jadi teman yang kapan pun kamu butuh. Kapan pun kamu hubungin, aku akan selalu ada."

"Duh sayang. Sayang bukan pacar." Sebuah angan yang entah akan berujung bahagia atau bahaya.

"Nggak usah gitu ntar makin sayang lagi kamu. Sini peluk."

"Dih geer banget tapi kayaknya emang ya sih. Ogah mana ada teman pelukan. Ntar makin baper lagi. Mau tanggung jawab emang?"

Semoga satu nama yang ada di hati lo suatu saat nanti adalah gue Jat, ujar Il dalam hati.

Apa kamu cukup baik untuk kuperjuangkan?

Apakah di masa depan kita akan ada dalam lembaran cerita yang sama?

Illiana Renjana seorang perempuan yang menyimpan perasaan kepada Jati Alfian seorang laki-laki yang cuek perihal cinta karena suatu hal. Akan jadi seperti apa kisah mereka? Akankah semesta mengukir cerita yang berakhir bahagia atau menjadi kisah yang bahaya untuk sepasang insan berbeda kubu ini?

***

Gimana nih prolognya suka ga?

Gimana pendapat kalian soal Jati dan Il?

Jangan lupa beri vote, komentar, dan share cerita ini ya. Apresiasi dan notif dari kalian sungguh berharga.

Entah ada yang baca atau enggak cerita ini semoga bisa secepatnya ditemukan oleh para penikmatnya. Selamat menempuh perjalanan Jati dan Il, semoga kalian bisa disukai banyak orang.

Terima kasih banyak yang sudah menemukan dan membaca cerita ini. 

Stay tuned!

TBC

Salam sayang,

Millen

Pesan Untuk Jati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang