TIGA

1.3K 169 154
                                    

Kamu tahu apa yang paling aku benci? Pergi tanpa pamit dan datang kembali tanpa rasa bersalah
.
.
.
.

"Rey?". Lirih seseorang.

Gavin yang sedang fokus pada ponselnya langsung menoleh ketika mendengar seseorang terisak.

Untuk beberapa detik, Gavin terdiam, jantung nya berdegup sangat cepat. Ia nampak tak asing dengan wanita itu, tapi siapa? Dan dimana ia mengenalnya?

"Astagfirullah" Pekik seorang wanita paruh baya, saat membuka pintu mini market. Wanita itu adalah nia, ia berniat untuk membuang sampah di depan sana tapi ia malah dikejutkan oleh kehadiran seorang gadis yang terkulai lemas di hadapannya sekarang.

"Gavin? Nak, kenapa kamu hanya diam di situ?" Tanya nia, Gavin yang semulanya melamun langsung tersentak, mengerjap ngerjapkan matanya beberapa kali. Setelah itu ia langsung berjalan ke arah dua wanita itu.

"Dia pingsan nak, coba kamu bawa dia ke dalam".

"Hah?". Gavin membuka mulutnya tak percaya.

"Bunda gak bakal kuat, kamu aja ya?" Punya nia

Gavin hanya mengangguk pasrah, ia mulai membungkuk untuk mengangkat tubuh sandi dari bawah.

"Bawa ke dalam sayang" Perintah nia membukakan pintu masuk.

Setelah meletakan tubuh sandi di atas sofa yang berada di gudang penyimpanan produk jualan, ia berjalan untuk membawa minyak kayu putih karena bunda yang memintanya.

"Ini bun" Gavin menyerahkan minyak kayu putih yang langsung di sambut baik oleh bundanya

Sedari tadi mata Gavin hanya fokus pada wajah gadis itu. Tidak tau kenapa jantung nya terus memompa kencang bahkan senyumnya kini terbit entah sejak kapan.

"Kamu kenal dia?" Nia mendongak bertanya pada Gavin. Karena posisinya, ia sedang duduk di samping tubuh sandi sedangkan Gavin masih tetap setia berdiri di hadapannya.

Gavin menggeleng. "Aku gak kenal bun"

"Yaudah, kamu tunggu dia sampai sadar ya? Bunda mau balik ke kasir takut ada pembeli" Tutur nia.

"Iya bun" Tidak ada alasan bagi Gavin untuk menolak bundanya, hanya menunggu sampai sadar kan? Jadi itu tidak masalah, setelah gadis itu sadar ia bisa pergi, tapi kenapa hatinya seakan ingin tetap berlama lama di dekat gadis itu.

Gavin duduk di tempat yang tadi bunda nya duduki. Gavin masih tetap menatap wajah sandi, menulusuri setiap inci permukaan wajahnya. Bibirnya tak henti henti untuk tersenyum.

"Ada apa sama gue?" Gumamnya sembari memegangi dadanya yang terasa sesak.

"Rey?"

Gavin menoleh, ia langsung berdiri dari duduknya. Ia cukup gugup apalagi gadis itu terbangun ketika ia duduk di sampingnya. Gavin takut jika gadis itu berpikiran yang macam macam padanya.

Sandi kembali menitihkan air matanya. "Makasih rey! Makasih lo udah kembali buat gue" Tuturnya sembari terisak. Ia tidak tahu ini nyata atau mimpi, sandi berharap jika ini memang nyata, nyata jika rey kembali pulang untuknya dan jika ini hanya mimpi, ijinkan dirinya untuk beberapa saat saja tenggelam dalam tidurnya.

Gavin yang tak mengerti maksud gadis itu hanya mengerutkan keningnya. Apa gadis itu mengidap penyakit stress?

Sandi berusaha untuk duduk walaupun badannya lemas tapi ia dapat melakukannya sendiri.

"Lo ngomong sama siapa?" Tanya Gavin dengan alis yang bertautan

Sandi bersusah payah untuk berdiri, Gavin sedikit mundur saat sandi mendekat ke arahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang