Happy Reading!!
●●●●●Ternyata enggak cuma cewek aja yang suka main tebak-tebakan, cowok juga sama aja!
-Reynando Dodol Jenang-
*****Neila dan Abell menghampiri Rey yang sedang kelimpungan mencari keberadaan Arsa. Ia menoleh ke kanan dan kiri, tapi tak menemukan batang hidung Arsa.
"Lo kenapa?" tanya Abell duduk di depan Rey.
"Ini Bell, si Arsa ilang!" jawab Rey.
"Oh ada Arsa disini?" Abell mempura-purakan dirinya tak tahu.
"Halah, paling dia udah kabur ke kelas, gara-gara disini rame," sahut Neila.
"Bener juga sih, dia enggak suka keramaian," kata Rey membenarkan ucapan Neila.
"Iya dia kesepian." Abell mengangguk-anggukan kepalanya.
"Enggak gitu konsepnya, Bell!" ucap Rey dan Neila secara bersamaan.
Abell menegang terkejut karena keduanya berteriak bersamaan. Tapi menit kemudian Abell langsung menormalkan raut wajahnya.
"Ciee barengan, cieee!!" Abell bersorak.
Neila mendelik kepada Rey yang juga tengah menatapnya dengan tersenyum jahil.
"Kayaknya kita ditakdirkan berjodoh, Nei!" Rey mencolek dagu Neila.
Neila melototkan matanya dan menggedikan bahunya. "Jangan kurang ajar lo!"
Abell dan Rey tertawa bersamaan melihat raut wajah Neila yang berubah merah menahan amarahnya.
"Tanduk lo ilangin, Nei. Ngeri tau!" ujar Abell.
"Iya Bell, ngeri banget ya," celetuk Rey.
"Astaghfirullah, kalian emang enggak ada adab!" kesal Neila.
Abell dan Rey sama-sama terkekeh menunjukkan watadosnya. Neila menghela napasnya lelah menghadapi kedua orang didepannya.
*****
Disisi lain, Arsa sedang berada di rooftop SMA Semesta. Ia akan turun jika bel pergantian pelajaran sudah berbunyi.
Lagi dan lagi Arsa berdecak, ia bangkit dari kursi yang sudah rapuh lalu menendang kursi tersebut hingga sepenuhnya rusak.
Ia terduduk dan menyandarkan punggungnya ditembok. Raut wajahnya terlihat seperti orang yang sangat kelelahan. Lelah menghadapi hidupnya yang kian semakin memburuk.
"Apa Papa udah tau kalau gue ikut olimpiade lagi?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Ibu Herlina mungkin udah ngasih tau Papa," ucapnya melirih.
"Olimpiade ini mungkin olimpiade terakhir yang gue laksanain di Semesta. Apa yang akan Papa perbuat untuk ini?"
Arsa semakin terpuruk, ia hanya melirihkan ucapan-ucapannya. Ia tak menangis, ia tak bisa mengeluarkan air mata untuk ini.
"Gue selalu bisa buat dia senang. Gue selalu turutin apa yang dia mau. Gue juga selalu berhasil mendapatkan apa yang dia mau. Lagi dan lagi, gue harus selalu ikutin kemauan nya Papa."
Bel baru saja berbunyi. Arsa segera bangkit, ia mengusap wajahnya dengan kasar, dan merapihkan seragamnya yang sedikit keluar.
Saat ia tengah berjalan di koridor tepatnya melewati area toilet. Ia bertemu Abell yang baru saja keluar dari toilet cewek.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSABELL (END)
Teen FictionArsa, cowok yang hidupnya terlalu monoton tentang prestasi dipertemukan dengan Abell, cewek periang yang selalu menjunjung predikat prestasinya untuk mengalahkan Arsa. Abell yang membenci Arsa, dan Arsa yang tak mengenal Abell bahkan mengetahui nam...