𓄷 O2.

132 26 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Uh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Uh ... Jam satu ...."

Bangkit dari posisi tidurnya, tubuhnya masih terasa kaku dan lemas. Namun matanya menolak untuk tidur, meminta untuk terbuka lebih lama lagi.

Selimut yang Ia kenakan jatuh ke lantai. Otak menangkap sinyal bahwa suhu di ruangan itu sangat dingin, lebih dingin dari saat pertama kali menutup mata.

Tubuh Tsukasa belum pulih sepenuhnya. Kemarin, dirinya bekerja terlalu keras demi membanggakan ayahnya yang terbaring di ranjang rumah sakit. Menggantikan ayahnya sementara di usia muda tidaklah mudah.

Tsukasa beranjak, berniat keluar ruangan dan mengecek laptopnya sekali lagi. Namun bayangan matanya mendapati Kohaku yang tertidur dengan selimut yang tidak menutupi tubuhnya. Senyuman merekah, Ia menyelimuti sepupunya. "Meski terlambat, but i hope you have a nice dream, Kohaku-chan ...."

"Eh? Pintunya kok tidak dikunci?" Ia tak ambil pusing, pikirannya sudah cukup berat. Tsukasa melangkah cepat namun senyap agar tak membangunkan penghuni rumah menuju sebuah ruangan.

Setelah selesai dengan urusannya, Tsukasa berhela nafas lega. Ia ingin kembali, namun laptop milik Kohaku yang tak jauh darinya menarik perhatiannya. Sangat ingin membukanya, terlebih saat Ia tahu gerak-gerik Kohaku di depan laptopnya sekarang sedikit mengkhawatirkan.

Tsukasa memutuskan untuk membuka laptop Kohaku. Dokumen-dokumen yang tampak mencurigakan dijelajahinya, hingga suatu saat ada sebuah dokumen yang berisikan sesuatu yang membuatnya terdiam.

Untuk diriku, Oukawa Kohaku di masa depan.
Kau tidak ingin keluarga Suou ikut terkena dampak karena Oukawa adalah cabang darinya kan?
Maka dari itu pergilah dari hadapannya.

Hatinya sangat sakit melihat Kohaku sudah terpengruh berat dengan kata-kata yang masih tidak pasti. Kohaku meruntuhkan prinsipnya saat kecil akibat rasa takut, takut mengotori namanya serta rasa sayang.

Dari mulut ke mulut akan tersebar sebuah informasi, lalu kerabat terdekatnya akan ikut di panas-panasi, begitulah kondisi dunia yang menyedihkan sekarang.

Kantong matanya yang sedikit menghitam itu memanas, tubuhnya juga melemas, mengamati seorang gadis dengan surai sakura tampak sibuk mengemasi pakaian dan barang-barangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kantong matanya yang sedikit menghitam itu memanas, tubuhnya juga melemas, mengamati seorang gadis dengan surai sakura tampak sibuk mengemasi pakaian dan barang-barangnya.

Pemuda itu menatapnya sedih. Tubuhnya bersandar di ambang pintu agar tidak jatuh, Ia tak ingin mengkhawatirkan semua orang hanya karena ditinggalkan dalam waktu yang lama.

Kohaku itu sudah Ia anggap seperti adiknya sendiri, adik kecil yang manis ... Ia menyayanginya, bahkan lebih dari dirinya sendiri.

"Apa yang kau lakukan di situ, Bon?"

Terlalu lama merenung, sampai dirinya tidak menyadari bahwa sang gadis sudah menangkap sosoknya dengan mata tajamnya. "Ah, tidak ada ...."

"Sorot matamu tampak berbohong."

"E–eh?"

"Kebiasaan." Kohaku melipat tangannya di depan dada, menatap Tsukasa dalam. "Maaf, rupanya hal ini menakutiku. Jadi daku ingin mengambil langkah sesuai yang disarankan orang tua itu."

"Kau tidak salah kok." Tsukasa berusaha tersenyum, "Ini memang jalan yang kau pilih, aku yakin resultnya akan baik ... mungkin."

"Kenapa kau ragu? Daku bisa menghadapinya kok. Ko ko ko, dengan ini semua tidak akan menjadi rumit."

Menarik ujung bibirnya sekali lagi. Bahagia rasanya melihat Kohaku tertawa. Apa ini adalah saat-saat terakhir Ia melihat Kohaku tertawa dan akan merindukannya?

"Kapan kau akan berangkat?"

"Nanti, sekitar pukul tujuh."

"Aku akan ikut mengantarmu ke station."

"Tidak."

Kohaku menatapnya dengan tajam, sukses membuat lawan bicaranya terdiam. Sang gadis mencengkram bahu pemuda di hadapannya.

"Kau memiliki banyak pekerjaan, baru benar-benar tidur di atas jam satu. Kemarin kau hanya pura-pura tidur saat daku ingin tidur, lalu diam-diam membuka laptop untuk bekerja lagi kan?!"

Tsukasa panik karena Kohaku dengan lantang mengatakan itu tepat di hadapan wajahnya. Ia menggeleng cepat dan mengelak, "I–itu ... Aku hanya terbangun!"

"Sudahlah, Bon. Daku bosan dengan kebohonganmu. Sekitar pukul satu tadi kau keluar ruangan kan? Daku tahu karena habis mengambil minum."

Mungkin itulah alasan mengapa selimut Kohaku tidak menyelimuti tubuhnya.

"Saat daku mulai tinggal di sini, pekerjaan ayahmu makin keras, lalu sekarang kan itu posisimu. Kau masih muda, kau pemaksa. Dan tidak lucu namamu memburuk hanya karena gosip 'Keluarga Oukawa melakukan pekerjaan kotor dan mungkin Keluarga Suou juga'."

"Cukup, Kohaku-chan ...."

"Daku ingin mencegah itu dengan mengubah alur kehidupan untuk menghindari akhir mengenaskan itu!"

Tsukasa terdiam, seiring melemahnya cengkraman pada bahunya. Sadar dengan perkataannya yang sudah blak-blakan, Kohaku menundukkan kepalanya sehingga pucuk kepalanya menyentuh dada Tsukasa. "Daku ... hanya ingin semua usahamu selama ini tidak sia-sia ..."

──❬🌸 668 kata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──❬🌸 668 kata

spring's symphony › tsukasa n fem! kohakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang