ㅡ lanjutan

20 1 1
                                    

Matahari sudah menunjukkan cahaya beberapa jam yang lalu, namun kedua anak Adam dan hawa itu masih tertidur di ranjang. Terkapar lelah setelah melewati malam dengan bercinta, lantai kamar berantakan pakaian mereka walaupun di ranjang lebih berantakan dari lantai.

Lenguhan keluar dari bibir Liana, matanya mengerjabkan pelan sebelum akhirnya ia bangkit duduk perlahan. Ia masih berpikir bahwa kegiatan semalam nya adalah mimpi padahal ia sadar walau tidak 100%
bagian selatan nya pun sakit, serta selimut tercetak bercak merah darah keperawanan nya.

Kepalanya menoleh ke samping, Arthur masih tertidur dengan posisi tengkurap. Sekarang apakah Liana harus bersyukur karena ia di setubuhi pria tampan atau tidak karena Arthur mengambil keperawanan nya sebelum Liana menikah?

Gumaman tidak jelas keluar dari mulut Arthur, kepala pria itu bergerak mencari posisi nyaman sebelum akhirnya terdiam.

Perlahan Liana bangkit tidak peduli rasa sakit menggerogoti diri nya ia berjalan ke kamar mandi, menyalakan keran wastafel untuk membilas wajahnya. Kemudian mendongak matanya terpaku di kaca, wajahnya sangat kacau, matanya juga bengkak akibat terlalu banyak menangis semalam.

tangannya meremas sisi wastafel, keraguan meliputi dirinya

Ia tau bahwa hubungan sex sebelum menikah sudah biasa di negaranya
Tapi kenapa ia merasa takut.

Ia tidak yakin apakah ucapan Arthur semalam bisa di pegang, apakah ia bersungguh-sungguh?

Kalau ia hamil dan Arthur tidak mau tanggung jawab bagaimana?

Iya, Liana tau semalam Arthur tidak mengeluarkan di dalam

Sialan, akibat memikirkan ini kepala Liana menjadi pening.

BRAKK

"Oh ya tuhan, kau tidak apa-apa?"

Liana mematung, Arthur dengan wajah paniknya mendobrak pintu kamar mandi.

"Ku kira kau pergi, apakah masih sakit? Semalam kau terus menangis, maaf aku terlalu kasar, akㅡ"

"Arthur, tenang lah"
Liana mengelus dada telanjang pria didepannya, kemudian mengulas senyum tipis

"Aku disini Arthur, aku tidak apa-apa"

Nafas Arthur kembali teratur, bahunya pun perlahan turun

"Aku ingin mandi"

"yasudah, akan ku carikan pakaian ku yang pas untukmu"

Setelah berkata demikian, Arthur menutup pintu kamar mandi.

Bisakah ia memegang janji Arthur?





--

we can't stopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang