Di SMA Nakama, terdapat 1046 murid. Dengan jumlah sebanyak itu, sekolah ini menjadi SMA dengan murid terbanyak se-Kota Mannin selama 4 tahun berturut-turut.
Selain itu, sekolah ini juga terkenal dengan ekstrakurikuler dan klub yang beragam. Ada 26 ekstrakurikuler aktif dan 19 klub disini. Sebenarnya ada 21 klub. Namun, karena anggotanya sudah tamat, 2 klub terpaksa harus dibubarkan. 2 klub itu adalah klub Aksi Kemanusiaan dan klub Permainan Tradisional.
Karena kita adalah murid di SMA Nakama, kita diwajibkan untuk menjadi anggota aktif, minimal 1 ekstrakurikuler. Maka dari itu, mau tidak mau kita harus ikut mendaftar.
Begitulah kira-kira yang Rasyid sampaikan kepadaku saat istirahat makan siang. Aku tidak tahu entah darimana dia mendapatkan semua informasi aneh itu, tapi yang jelas ia sudah menentukan pilihannya. Ekskul Sastra Jepang.
Ya, karena aku diajak Rasyid, aku pun ikut bergabung. Semoga saja kegiatannya tidak melelahkan.
***
Sekarang, jam 17:00. Artinya, sudah lewat 30 menit sejak bel pulang sekolah berbunyi. Aku menyandang ranselku lalu bergegas ke ruang ekskul yang terletak di lantai pertama. Kebetulan letaknya juga tidak jauh dari parkiran sepedaku.
"Assalamu'alaikum, saya Ren, anggota baru.", ujarku saat berada di depan pintu.
"Wa'alaikumussalam, silahkan masuk.", jawab seorang pria yang mengenakan kacamata.
Aku tidak terlalu mengerti tentang jenis kacamata apa yang digunakannya, tapi jika dilihat-lihat, kacamata itu memberinya kesan seperti orang cerdas.
Aku memasuki ruangan itu dengan nafas yang cukup berat. Karena aku agak terlambat, tentu saja aku tadi berlari ke tempat ini.
Karena tidak memerlukan peralatan khusus, ekskul kami dilaksanakan di ruang kelas. XI IPS. Begitulah tulisan yang kulihat di atas pintu masuk. Aku mengambil tempat di kursi sebelah kanan dan mulai melirik ke sekitarku. Sepertinya, hanya 6 orang yang ada di ruang ini.
Tanpa ada aba-aba, seorang pria yang tadi membukakan pintu bagiku, maju ke depan kelas. Mungkin karena ia ketua ekskul, ia ingin menyampaikan kata sambutan atau semacamnya.
"Karena anggotanya sudah lengkap, kita mulai kegiatan hari ini."
Lalu, ia mengambil nafas panjang, dan berkata "Assalamu'alaikum ³mina-san."
Setelah kami menjawab salam, ia melanjutkan pidatonya.
"Selamat datang di ekskul Sastra Jepang. Perkenalkan, saya Zulkifli Irsyad, ketua ekskul Sastra Jepang. Biasa dipanggil Zul, dan saya dari kelas XII-I MIPA."
"Baik, karena hari ini adalah hari pertama kita di tahun ajaran baru, silahkan memperkenalkan diri kalian."
Oh, perkenalan. Itu hal yang wajar. Apalagi sekarang kami -yang merupakan anggota baru- baru datang ke sini untuk pertama kalinya.
Lalu, seorang perempuan berdiri dari kursinya dan berkata, "Perkenalkan, nama saya Anindya Hikari, biasa dipanggil Anin. Saya dari kelas XI IPS."
𝘞𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘴 𝘯𝘪𝘩.
Setelah itu, seorang pria jangkung (mungkin 179 atau 180 cm) berdiri dan mengucapkan perkenalan dengan bahasa Jepang. Hal itu lantas menimbulkan decak kagum dan tepuk tangan dari anggota lain.
Aku tidak merasa kalau ia bermaksud untuk menyombongkan diri. Bisa jadi ia ingin memberi motivasi kepada anggota baru. Kira -kira seperti...
𝘏𝘦𝘪 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘱𝘦𝘮𝘶𝘭𝘢 ! 𝘓𝘪𝘩𝘢𝘵𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶 ! 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘪𝘬𝘶𝘵𝘪 𝘦𝘬𝘴𝘬𝘶𝘭 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘪𝘬, 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘬𝘶. 𝘑𝘢𝘥𝘪, 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘩𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 !
Dari yang kudapat di 𝘎𝘰𝘰𝘨𝘭𝘦 𝘵𝘳𝘢𝘯𝘴𝘭𝘢𝘵𝘦, Namanya Raihan Fikri. Biasa dipanggil Raihan, dari kelas XII-III MIPA.
Sekarang, tinggal 3 orang lagi. Aku, Rasyid dan seorang perempuan.
Setelah aku dan Rasyid memperkenalkan diri, saatnya giliran perempuan itu. Ia berdiri dari tempat duduknya dan mengucapkan salam. Lalu, ia memperkenalkan dirinya.
"Perkenalkan, saya Dian Khairunnisa. Biasa dipanggil Dian, dari kelas X-IV MIPA."
Itu berarti dia juga anggota baru. Sama sepertiku. Jadi, ada Bang Zul, Bang Raihan, Kak Anin, aku, Rasyid dan Dian. Lengkap sudah anggota ekskul ini.
Setelah perkenalan selesai, Bang Zul memberitahu bahwa guru pendamping ekskul ini adalah Pak Rizaldi, dan mulai menginformasikan panjang lebar tentang tata tertib ekskul.
Belum selesai Bang Zul berbicara, seorang pria gempal berlari mendatangi ruangan kami. "Zul! gawat Zul!", ujar pria itu kepada Bang Zul dengan raut wajah yang panik.
***
Aku berbaring di sofa rumahku. Dibawah sinar lampu yang terang, aku mengingat kejadian di sekolah sore hari tadi. Aku masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan pria gempal itu...
"Zul! Si Yudha, dia, dia, aaagh! Yudha, Zul! Dia, dia-" , "kau ngomong yang jelaslah! Yudha kenapa ?", jawab Bang Zul dengan nada yang marah bercampur kebingungan.
"Dia masuk ruang BK. Kata orang-orang, dia mencuri 𝘩𝘢𝘯𝘥𝘱𝘩𝘰𝘯𝘦 guru.", ujar pria gempal itu.
Setelah mendengar hal itu, kami semua terkejut tidak percaya. Apakah Yudha yang dimaksud orang ini adalah peraih nilai ujian akhir tertinggi kelas XI se-angkatan? dia orang baik lho.
Kebetulan Bang Yudha ini meraih penghargaan dari guru saat hari pertama sekolah, makanya aku mengenalnya... bukan, mungkin semua orang mengenalnya.
Bang Zul bahkan mengerutkan keningnya dan bertanya kepada pria gempal itu.
"Yudha yang juara se-angkatan itu? kau serius Fan?"
"Iya, serius. Aku tadi sedang jalan ke labor komputer, terus aku lihat ada kerumunan di ruang BK. Setelah kutanya dengan seseorang, ternyata Yudha ditangkap karena tuduhan pencurian 𝘩𝘢𝘯𝘥𝘱𝘩𝘰𝘯𝘦."
Bang Zul bahkan menggelengkan kepalanya, seolah tidak percaya dengan semua yang ia dengar. Begitu juga dengan kami yang berada di ruangan ekskul.
Bagaimana mungkin peraih nilai tertinggi se-angkatan, peraih perunggu olimpiade matematika tingkat nasional, orang yang cerdas, ramah, bahkan hafizh quran 15 juz, melakukan hal seperti itu ?
Bukankah guru-guru sering membanggakan Bang Yudha sebagai murid terbaik ? Mengapa ia menjadi musuh para guru sekarang ini ? Kok bisa dalam waktu tak lebih dari sebulan, nasibnya berbalik 360°?
Berbagai pertanyaan terus berputar di kepalaku.
Di tengah kegundahan itu, ponselku berbunyi, "⁴Futari no Ai-", "Assalamu'alaikum Ren, met malam, bisa datang sekarang ke toko Pak Mul ?"
Mengapa Rasyid mengajakku berjalan di malam hari ? Sial, Dia selalu datang saat momen yang tidak tepat. Mungkin lebih baik aku tidur saja.
Tapi, karena sekarang masih jam 8, sepertinya aku bisa datang kesana. Lagipula toko Pak Mul tidak jauh dari sini.
"Wa'alaikumussalam, aku datang. Tunggu aku disana sekitar 5 menit lagi.", jawabku.
"Baiklah, jangan sampai tidak datang ya.", ujar Rasyid kepadaku.
"Ya, tenang saja."
Aku mengucapkan salam dan menutup telepon setelah ia menjawabnya. Lalu, aku mengganti pakaianku dan berjalan kaki ke toko Pak Mul.
Di tengah perjalanan, aku kembali berpikir. Apakah memang Bang Yudha, yang melakukan pencurian itu ?...
***
Ctt :
³Sebutan untuk menyapa teman-teman, atau saudara sekalian, dalam bahasa Jepang.
⁴Nada dering yang dipakai Ren adalah lagu dari RADWIMPS -Nandemonaiya. Ia mengangkat teleponnya ditengah lirik dimainkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Detik
Teen FictionRen Affa adalah seorang siswa SMA yang 𝘪𝘯𝘵𝘳𝘰𝘷𝘦𝘳𝘵. Dia tidak mempunyai banyak ketertarikan terhadap suatu hal dan jarang bersosialisasi. Atas ajakan Rasyid -teman baiknya yang hobi bersepeda- Ren memutuskan untuk masuk ke ekstrakurikuler Sas...