Sahabat Kursi Roda

7 0 0
                                    


Sudah empat tahun, aku sudah tak memakai kursi roda, dan selama itu juga kamu menghilang setelah hari kelulusan tiba. disaat itu ternyata hari terkahir pertemuan kita.

Aku ingat pertama kita bertemu, tepat di hari senin. Hari dimana hari aku pertama masuk Sekolah SMA. aku baru saja naik ke kursi roda dan tiba-tiba seseorang langsung mendorong kursi roda ku, padahal itu kursi roda otomatis yang bisa aku gunakan tanpa harus bantuan orang lain.

tapi kamu mendorongnya menghindari kakak kelas dan guru yang mengawasi siswa terlambat. kamu mendorongnya sampai di belakang barisan. padahal aku tidak di anjurkan ikut upacara karena kondisiku seperti ini.

"makasih" ucapmu saat itu, dan langsung pergi entah kemana. tapi di saat itu juga pertama kali aku merasakan ikut upacara sejak aku duduk di kursi roda ini.

sinar matahari mulai meninggi, para siswa mulai merasakan pegal di kakinya, sesekali melirik aku yang duduk di kursi roda tanpa harus menahan pegal.

"Andin" ucap salah satu guru yang aku kenal saat daftar ke sekolah ini, guru itu bernama bu iren.

"saya carii ternyata kamu disini, tadi saya lihat kamu di dorong sama orang, kamu tau siapa?" aku hanya menggelengkan kepala. teman sekelas pun belum aku kenal, apa lagi kamu saat itu.

"ohh, ya ya saya paham, kalau begitu ikut sebentar" bu iren mendorong kursi rodaku menuju pinggir lapangan, ke tempat lebih teduh dari sebelumnya.

"antara empat orang itu, ada yang dorong kamu tadi?" tunjuk ke empat orang berdiri di pinggir lapangan juga.

bu iren menjelaskan mereka berempat orang yang melanggar kelengkapan upacara, orang yang tak berpakaian lengkap , tak memakai topi, dasi, dan celanana di atas mata kaki. dan kamu salah satu dari berempat.

aku menggatakan ia, mereka ada di antar empat tanpa menunjuknya siapa. bu iren juga bilang karena kamu dan ketiga lainnya orang yang susah di atur. dan aku di minta menjauh darinya.

saat itu aku baru sadar, ternyata kamu memanfaatkan aku agar biar gak terkena hukuman upcara, tapi hasilnya kamu tetap di hukum.

berdiri mengahadap bendera merah putih yang sudah menjulang tinggi, tak hanya itu kamu juga harus menghormat dengan kepala terus menatap bendera.

tepat di tengah pelajaran pertama  mulai berjalan, kamu masuk dengan wajah muram dan bekeringat.  aku agak terkejut karena kita sekelas, kamu duduk paling belakang sendirian. dan kamu sibuk

berminggu-minggu aku mendengar kejelekan yang di bicarakan teman sebangku aku,  membuat aku benar-benar tak ingin berurusan dengan kamu.

suatu hari aku memakai kursi manual, karena kursi roda otomatis aku rusak, tepatnya pelajaran penjaskes. aku hanya bisa melihat di depan kelas. menyaksikan orang-orang berlari keliling lapangan, bermain bola dan lainnya dengan bebas. itu membuat aku iri secara tak langsung.

"mereka deket karena cuman di jajanin doang sama lo" ucap kamu sambil menyeruput es dari plastik. ucapan yang paling pedas saat itu aku dengar.

"apa bukti? jangan asal ngomong!!" kataku gak terima dengan kata-kata kamu.

"ini buktinya,  lo gak di ajak olahraga sama mereka, karena takut ngedorong orang kayak lo" jawab kamu lagi, membuat aku menjadi emosi.

"lo gak liat kondisi gue haa?" kataku meninggi. yang ada kamu tertawa geli mendengarnya, dengan santai terus menueruput es sambi jongkok di atas teras.

"terus kenapa lo milih disini gak kesana?"

 "Ah gue tau, lo gak kuat kan kesana?" sambung kamu yang ternyata lebih cerewet dari kelihatannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sahabat Kursi RodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang