prolog

408 83 66
                                    

Assalamu'alaikum semua.

Jangan lupa vote dan comment ya

Happy reading! Semoga suka💖

──

Plakk

"Pergi kamu dari rumah ini!"

Plakk

"Gara-gara kamu lahir, hidup aku jadi hancur, semua temen aku ngejauh dan ngegosipin aku!"

Plakk

"Kenapa kamu harus lahir didunia ini, dan bikin aku sengsara hahh? Dasar pembawa sial!"

Wanita berumur 22 tahun itu menampar habis-habisan gadis kecil yang masih berusia 5 tahun, wanita itu  beranjak mengambil sabuk didalam lemari dan mencambuknya tanpa belas kasihan.

Hanya tangisan dan kata maaf yang bisa dikeluarkan dari mulut gadis malang itu. Tubuhnya sudah ambruk dilantai dengan beberapa bercak darah disudut bibirnya akibat tamparan sang ibu yang cukup keras. Tubuhnya bergetar hebat dan terdapat beberapa lebam akibat cambukan sabuk.

Sang ibu mengandung dirinya saat usianya masih terbilang muda yaitu 17 tahun akibat hubungan terlarang. Dan ya, gadis itu kini menjadi korban keganasan dan mungkin pelampiasan dari ibunya.

"PERGI KAMU DARI RUMAH INI!" Teriak wanita itu dengan nafas memburu.

Tanpa berpikir panjang, gadis berumur lima tahun itu berlari keluar rumah dengan tertatih. Kakinya sangat sakit dan terasa perih dibeberapa bagian tubuh lainnya, membuat ia hampir ambruk dipinggir jalan.

Air matanya turun dengan deras. Ia akan berlari sejauh mungkin, entah ia akan tinggal dimana nantinya, yang terpenting ia harus pergi menjauh dari ibunya yang bersifat iblis itu.

───

"Wahh terima kasih Toni, kerja kamu sangat luar biasa hari ini. Ah iya aku dengar juga kamu sudah diangkat menjadi CEO muda diperusahaan ternama, selamat ya!"

Pria berjas navy itu menjabat tangan Toni, kemudian melepasnya dan tersenyum.

Toni Mahendra, seorang ayah sekaligus CEO yang baru-baru ini diangkat diperusahaan ternama, karena Toni bersifat sangat dewasa dan berwibawa, dan juga ia merupakan pria yang sangat ulet dalam mengerjakan tugas-tugas kantor.

"Terima kasih juga pak, Alhamdulillah cita-cita saya menjadi CEO muda sudah terwujudkan,"
ucap Toni dengan tersenyum hangat menampilkan lesung di pipi kanannya.

"Jangan panggil saya pak, saya masih seusia dengan kamu Toni," pria itu tertawa kecil.

"Ah iya maaf" Toni menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal.

"Yasudah kalau begitu saya pamit pulang, istri saya akhir-akhir ini terlihat stress dan tidak bisa ditinggal berlama-lama. Kemudian besok saya harus mengurus perusahaan Ayah saya yang berada diluar negeri, oleh karena itu ini adalah kerjasama terakhir kita, Terimakasih" Pria berjas navy itu berdiri dan merapikan seragam kantornya.

"Iya, ucapkan salam untuk istrimu, dan jangan lupa untuk menjaga kesehatan"

Pria itu menganggukkan kepalanya dan tersenyum simpul kemudian beranjak keluar dari caffe.

Toni pun memasukkan laptopnya kedalam tas kantor, merapikan dasi yang terasa mencekik lehernya dan berjalan keluar.

Baru saja lima langkah dari caffe itu, ia melihat anak kecil berusia sekitar lima tahun diseberang jalan, lebih tepatnya di sebelah kursi toko, gadis itu menangis sembari memeluk lututnya. Ditubuhnya terdapat beberapa luka dan lebam, rambutnya terlihat sangat berantakan dan kusut.

Toni sangat kasihan melihat keadaan gadis malang itu, ia menyeberang jalan dan menghampirinya.

"Dek," panggil Toni sambil berjongkok dan menepuk pundak gadis itu pelan.

Gadis itu mengangkat kepalanya "Hikss i-iya om?" jawab gadis itu dengan suara serak.

"Kamu kenapa? kok bisa ada disini hm? Kenapa nangis?" Tanya Toni.

"Hikss, a-aku diusil dali lumah om, ma-mama aku ngamuk sama aku telus aku dipanggil pembawa sial hikss abis itu aku dipukulin sama ditampal... Telus aku HUAAA!" gadis itu tak melanjutkan ucapannya dan menangis sekeras-kerasnya membuat beberapa orang yang lewat dijalan itu menatap kasihan kearah gadis itu.

Toni menutup telinganya, ia tak mau menjadi tuli akibat tangisan gadis itu.

"Hei cupp cup, udah ya jangan nangis, nanti kalo nangis digigit sama monyet ompong" ujar Toni menakut-nakuti.

"HUAAAAA" gadis itu menambah volume tangisannya. Sedangkan Toni hanya mengelus dadanya sambil beristighfar, harus sabar menghadapi anak kecil ini.

"Eh eh jangan nangis, gini deh nanti om beliin coklat, mau berapa?1 toko? 1 pabrik atau 1 negara?" Tanya Toni.

"Co..cok..coklat?" Tanyanya dengan mata berbinar.

Toni menganggukkan kepalanya pelan dan tersenyum.

"Mauuu" gadis itu mengelap ingusnya menggunakan piyama tidurnya.

"Pinter, jangan nangis lagi ya, oh iya nama kamu siapa? Kenalan dong sama om"

"N-nama aku Alana om, pa-panggil aja nana" jawab gadis itu dengan sesenggukan. Sebenarnya Arana, namun karena cadel jadi ia menyebut Alana.

"Ohh Nana, bagus namanya, sekarang kamu mau tinggal dimana? Dirumah om mau?"

Nana tampak menimang-nimang tawaran dari Toni, pasalnya ia pernah diberi tau oleh Ayahnya tidak boleh percaya dan mengikuti ajakan atau tawaran dari orang asing.

"Tenang, dirumah om nanti kamu punya temen, namanya Alzard, dia anaknya om, jadi nanti kamu nggak sendirian" ujar Toni seperti mengetahui isi pikiran Nana.

"i-iya deh om, Nana ikut"

Mendengar hal itu, Toni tersenyum lega dan segera menggendong Nana kedalam mobilnya.

───

"Ayah, dia siapa?" Tanya bocah laki-laki didepan pintu sambil bersedekap dada dan menatap tajam kearah gadis tak dikenal dibelakang Ayahnya.

"Dia Nana, mulai sekarang dia akan tinggal dirumah ini, dan sementara Nana tidur dikamar kamu karena dirumah ini cuma ada 2 kamar" ucap Toni memberitahu.

Melihat keadaan Nana, Alzard meringis pelan, kasihan sekali gadis kecil itu, keadaannya sangat buruk dan berantakan.

"Eitss tapi ada imbalannya dong yah" Alzard menengadahkan tangannya dan menaik turunkan alisnya. Sedangkan Toni hanya memutar bola matanya malas.

"Nih" Toni memberikan selembar uang berwarna merah, "udah sana kamu anterin Nana kekamarnya, Ayah mau mandi dulu".

Alzard menganggukan kepalanya dan membiarkan Ayahnya pergi meninggalkan mereka berdua.

"Dasar mata duitan" gumam Toni pelan, lalu memasuki kamarnya yang berada dilantai atas.

Alzard menghampiri Nana yang terlihat pucat pasi dan membisikkan sesuatu ditelinga Nana, "Untuk saat ini, kita tidur bareng sebagai teman, tapi nggak tau untuk masa depan, bisa jadi sebagai suami dan istri."

Alzard tertawa keras dan segera berlari meninggalkan Nana yang mematung ditempat, bulu kuduknya seketika meremang.

"Itu orang atau setan? Kok aku merinding?"

─────────

Jangan lupa vote dan komen ya!

Lopyuu

alzardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang