Prolog

9 0 0
                                    

Seorang gadis duduk memeluk badannya sendiri dengan melas, tangisan kecil bersuara tanpa permisi air matanya keluar begitu saja.

"gimana kurang puas gak lo dengan hadiah kita kali ini" tanya seorang perempuan didepannya

"yaa pasti puas lah" sahut temannya lagi diseberang

"Resya mau kita apain lagi ni anak? menurut lo gimana ada yang kurang gak?" tanya seorang perempuan tadi kepada temannya yang tak lain bernama Resya

Resya pun diam memandang gadis yang terkulai lemas dan tangis yang membanjiri wajahnya. Sulit mengartikan wajah Resya yang terkesan diam namun teduh. Ingin ia berada di samping gadis itu, tapi ia tidak punya cukup nyali menghadapi para perempuan yang tepat berada didekatnya saat ini.

"Res. . ."

"Resyaa"

"a-aaa i-iyaa?" Resya tersadar dalam lamunannya dan kembali terkejut, siap-siap mendengar bentakan dari para perempuan ini

"lo punya telinga gak si?"

"gimana ada yang kurang gak?"

"atau perlu gue siram dia pakek air panas lagi?" tawar perempuan didekat Resya

"g-gak perlu Tha dia sudah tidak berdaya lagi tampaknya" tolak Resya dengan keyakinan dan keberanian untuk menjawabnya

"yaudah gaiss kita pergi dari sini sebelum kita kena hukuman lagi dari kakak tercinta nya ini" ucap Thalia memimpin

"dan lo gadis brengsek jangan lo adu lagi ke kakak lo itu. awas aja ya gue pantau lo" ancam Thalia kepada gadis yang terkulai lemah didepannya ini

"Resya gimana gue udah bantu lo buat balas dendam sama ni cewek dan kalo lo bantu dia lagi siap-siap lo bernasib sama kayak cewek sialan ini" tambahnya

Resya diam mematung, dia binggung harus bagaimana. Tangannya sudah bercucuran keringat, dan badanya mulai gemetar. Demi apapun dia harus menyelamatkan dirinya sendiri.

"udah yuk pergi bau banget disini pantes buat tempat ni cewek" perintah Thalia kepada teman-temannya terutama Resya, ya Resya sekarang masuk dalam circle dia bukan sebagai teman tapi, babu.

mereka pun keluar meninggalkan tempat bau itu, cukup benar untuk dibilang bau karena tempat tersebut adalah toilet. Hanya tersisa gadis yang terkulai lemah dalam ruangan ini, ia diam memandang kepergian orang yang sudah membuatnya menangis.

ia pun menelusuri pandangannya benar saja tempat ini begitu sepi dan hanya terdengar tangisan dia seorang. Ia merasakan sakit disekujur tubuhnya. Berusaha untuk berdiri walaupun tertatih

Bercermin cukup lama membuat ia merasa bertambah sedih, ia mulai menghapus air matanya dan membasuh wajahnya. Bagaimanapun ia harus kuat dan mencoba melupakan kejadian tadi meskipun masih terdapat bekasnya.

tbc.


thank u
don't forget to vote and coment 👋🏻👋🏻

FEDORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang