Bab 11
Tidak salah, untuk membenci orang jahat. Mereka harus dibenci, agar tahu bahwa mereka salah..
.Pak Randy berdiri di depan seluruh siswa-siswi jurusan IPS yang terihat sedang berbaris rapi, diabsen ketua kelas mereka masing-masing.
Seperti biasa, diakhir pembelajaran Pak Randy selalu mengabsen murid-muridnya. Agar ia tahu, siapa saja yang mengikuti pembelajaran sampai akhir.
Karena, jika tidak demikian akan ada siswa-siswinya yang tiba-tiba jago akting, dengan alasan pusing, datang bulan, alergi matahari, asma, dll di tengah-tengah pembelajaran.
Pria berusia pertengahan tiga puluh tahun itu tersenyum hangat saat beberapa orang ketua kelas maju menghadapnya, lalu menyerahkan absen dengan disiplin.
"Ya sudah, kalau begitu pembelajaran Bapak akhiri sampai di sini. Yang belum bisa passing atas ataupun passing bawah, bisa berlatih di rumah atau minta ajari sama temannya yang bisa."
"Iya, Pak. Terimakasih atas pembelajarannya," kata salah satu ketua kelas yang dipilih sebagai pemimpin hari ini, dan akan terus berubah setiap minggunya.
Tidak lama setelah Pak Randy menghilang dari lapangan. Terdengar teriakan nyaring dari seorang gadis, hingga membuat seluruh mata anak-anak IPS tertuju pada si cantik Ivona dan si malang Naya.
Bagi Naya, hal yang paling menyenangkan dari sekolah adalah pembelajaran yang di lakukan.
Sebab, ia akan merasa lebih tenang dari gangguan makhluk-makhluk halus yang mencoba mengoda imannya.
Jam kosong membuat Naya terlihat seperti predator paling bawah dari rantai makanan. Ia tidak berdaya.
Byurr~
Tidak cukup mendorong bahu Naya, kini ia setengah basah diguyur dengan air oleh Ivona.
"Ups, kepeleset tangan gue licin," ucap Ivona sambil tersenyum bak malaikat setelah perbuatan hina bak penyihir.
"Ivona, lo udah gila ya?!" kata Naya dengan suara cukup tinggi, ia mengusap wajahnya yang basah dengan kedua telapak tangan.
Ivona mengabaikan Naya, pura-pura mengorek kuping. Tidak lama kemudian, ia menyerahkan botol kosong ke arah gadis cantik yang berdiri di belakang Naya.
"Kei tolong buang botol ini!" perintah Ivona menatao Kei lekat.
Kei gemetar takut. Ia melangkah kecil dan lama ke arah Ivona. Tangannya bergerak mengambil botol itu dari tangan Ivona.
"Jangan lambat! Waktu lo 10 detik, buat buang botol itu. Kalau nggak, lo tahu sendiri akibatnya. Satu, dua ...."
Mendengar ucapan Ivona yang penuh ancaman, Kei pun segera berlari.
Bruk!!!
Tidak lama, suara penuh gelak tawa terdengar. Kei jatuh tersungkur ke tanah, membuat celana olahraganya menjadi kotor.
"Yah, kesandung. Salah lo sih, nggak hati-hati." Lila merapatkan kakinya kembali, berdiri di samping Ivona dengan tangan terlipat di dada.
"Tiga... empat ...." Ivona terus-menerus menghitung.
Kedua bola mata Naya bergerak ke arah Ivona. Sementara, Kei langsung berdiri sambil memegangi pahanya yang terasa sakit.
"Kei, biar gue aja yang buang botolnya!" Naya merampas paksa botol belas air mineral itu dari cengkram kuat Kei. Sementara, Kei enggan memberikan benda tersebut pada Naya, karena ia takut pada Ivona.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN PERMEN KARET
Teen Fiction(RE-PUBLISH) Ini tentang Naya gadis cantik pemberani dari gang kumuh, yang berjuang mengejar mimpinya di tempat paling indah yang bahkan tidak pernah ia duga sebelumnya. Hidup Naya sesaat seperti seorang putri disney yang menang lotre. Penuh keajai...