Kukira

21 10 0
                                    

Sebelum aku mengenalmu, bagiku pria dingin hanyalah sebuah cerita fiksi yang hanya tertulis di dalam novel saja.

Ternyata aku salah, pria dingin itu sekarang adalah orang yang sedang benar-benar aku kagumi dan berusaha aku miliki.

Dia tidak suka berbicara banyak, dia juga tidak begitu sering bercanda kulihat.

Otaknya yang encer menjadikan poin lebih di mataku.

Bisa-bisanya aku menyukai orang dingin dengan tinggi 180cm seperti mu Zii.

••••••

Hari ini cukup melelahkan, rasanya aku ingin cepat-cepat pulang saja. Sudah ada yang menantiku di rumah.

Siapa? Ya siapa lagi kalau bukan kasur dan bantal untuk badanku rehat sejenak.

Aku berjalan menyusuri lorong sekolah, di sekelilingku ramai sekali karna dari kelas tujuh, delapan, dan juga sembilan pulang bersamaan.

Oh iya, lorong tempatku berjalan pulang ini, bersebelahan langsung dengan dengan kelas sembilan.

Iya benar, aku memang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Untuk informasi saja, aku masih berada di kelas delapan.

Saat aku berjalan menyusuri lorong itu, ku denger ada seseorang memanggilku.

"Firaaaaa.. raaaaa" Triak seorang laki-laki dari sudut kiriku.

Ya, Namaku Zafira Fany, orang-orang lebih suka memanggilku dengan sebutan Fira.
Perempuan dengan kulit sawo matang dan rambut yang terlihat begitu panjang menjuntai.

Aku yang merasa namaku di panggil seketika menoleh memastikan apakah benar ada orang yang memanggilku?

Benar saja, ku lihat seorang pria tinggi dengan senyum lebar dan tangan yang melambai terlihat di sudut kiriku.

Aku mengenalnya. Dia adalah Ayan, pria pintar yang sekarang sedang menjabat menjadi ketua dalam satu organisasi. Dia teman ku, bedanya dia adalah Kaka kelasku disini.

Aku menghampirinya segera.

"Ada apa?" Tanyaku bingung.

"Lu ikut Pramuka yukk, besok ada tes seleksi dewan penggalang." Ucap Ayan tersenyum.

"Lu gila ya? Gua aja kaga paham apa-apa cuy!" Ucapku sedikit kesal.

"Bentar-bentar" Ucap Ayan lalu segera mengambil tas miliknya dan ku lihat dia terburu buru mengambil sesuatu di dalam tasnya.

"Nih, lembar soal yang bakal di bagiin buat seleksi dewan penggalang besok." Ucap Ayan memberikan beberapa lembar kertas itu padaku.

Aku membalik-balikan selembaran itu berusaha memahami apa yang ada di dalamnya.

"Udah gua isi, tenang aja." Ucap Ayan tersenyum sumringah padaku.

Aku tidak berkata apapun setelah itu selain beranjak pergi dari hadapan Ayan.

ALEXI ACHAZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang