"Bintang apa yang paling kau sukai?"
"Sirius. Terlalu mainstream bukan? Tapi kau tidak akan bisa lari darinya di malam gelap."
"Aku bahkan baru tahu kalau itu bintang, kupikir hanya nama tokoh dalam Harry Potter."
Suara dersik menyapu sela-sela ranting pohon dan menggugurkan daun-daun kering kecokelatan. In Kyu beberapa kali memutar lagu yang sama di ponselnya, lagu yang belakang mengingatkan dirinya pada seseorang, sambil menatap daun-daun berguguran di luar jendela. In Kyu mengambil higlighter di samping kanannya dan mulai menggoreskannya ke sebuah halaman di sebuah buku yang sedang ia baca, ia menandainya dengan saksama.
Nitrogen dalam DNA kita, Kalsium dalam gigi kita, Zat Besi dalam darah kita, hingga Karbon dalam pai apel kita terbuat dan berasal dari dalam interior bintang. Kita semua berasal dari bahan bintang!
Kosmos – Carl Sagan
In Kyu terlihat antusias membaca ungkapan dalam buku itu, dengan segera ia mengambil ponsel untuk memfotonya dan mengunggahnya ke Instagram. Kosmos, adalah buku yang pernah dibaca oleh sahabat baiknya yang sudah meninggal. Dia menjadi antusias dengan segala hal yang terkait dengan masa lalu sahabatnya itu, buku-buku, lagu, dan juga bidang kegemaran.
Sekarang aku jadi tahu makna lagu ini. Dia bergumam dalam hati, melihat ke layar ponselnya yang memperlihatkan judul lagu yang sedang ia putar. Seperti seorang beruntung yang memenangkan lotre, dia terlihat begitu senang sampai-sampai kembali membaca ungkapan yang ada di buku itu berkali-kali. Belum ada bagian lain dari buku itu yang dapat membuatnya begitu antusias, bahkan lebih tepatnya bahagia. Buku yang ia baca adalah 'dunia' baru yang belum pernah ia jelajahi, membahas mengenai sains dan astronomi bukanlah gayanya.
Bukankah terlambat aku mempelajari apa yang kau gemari? Ternyata itu menarik juga. In Kyu mengingat masa-masa saat dulu dia selalu heran pada sahabatnya, bukankah membaca buku itu membosankan, apalagi mengenai bidang-bidang yang bukan 'gaya' kita, itu membuat kita harus berpikir lebih dalam. Dia jadi tahu kenapa dulu sahabatnya lebih suka menyendiri, ada makna besar dalam sikapnya yang pasif terhadap dunia sosial. Ada makna besar dalam buku-buku yang ia baca, lagu-lagu yang ia dengarkan, dan bintang-bintang yang selalu ia nantikan di gelapnya malam. Bahkan namanya secara harfiah merupakan sebuah bintang yang ada dalam tata surya kita. Sun-Woo.
"Jika kau adalah Sirius A, maka aku akan menjadi Sirius B!"
"Berarti kau bintang kerdil!"
"Lho, ku kira ukuran mereka sama."
"Sirius A dan Sirius B adalah bintang, bukan saudara kembar!" Sun Woo tersenyum menyeringai, menanggapi In Kyu yang berbicara seperti seolah-olah sudah mengerti segalanya, padahal reaksinya adalah sebuah lelucon.
Sirius A dan Sirius B adalah sistem bintang. Mereka tidak memiliki ukuran yang sama namun mengorbit satu sama lain, tak terpisahkan, dan bahkan keduanya secara bertahap mendekati tata surya. Sirius B memang memiliki ukuran yang lebih kecil, dia adalah bintang katai putih seukuran setengah dari massa matahari, sementara itu Sirius A memiliki massa dua kali lebih besar dibanding matahari. Sun Woo sangat suka memperhatikan Sirius di malam hari dengan teleskop dari balkon kamarnya. Dulu, setiap pulang sekolah ketika langit bermerkah jingga, dia juga akan selalu menatap ke arah barat ketika berada di jembatan Mapo, saat matahari berada di atas horison, Sirius akan cukup terlihat ketika cuaca bersih dan cerah. Namun sangat sulit memandangi gugusan bintang dengan mata telanjang bahkan ketika langit sedang begitu cerah di malam hari, karena cahaya mereka terkalahkan oleh gemerlap kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mikrokosmos
Short StoryIn Kyu mulai tertarik dengan hal-hal yang pernah disukai Sun Woo semasa hidupnya, dia kemudian menemukan makna mengapa sahabatnya yang telah tiada itu sangat menyukai bintang, terlebih lagi Sirius. Cerita ini merupakan interpretasi penulis mengenai...